Ghisell terkejut saat Haikal terus menarik tangannya, membawanya ke kamar hotel tempat mereka tidur bersama dulu.
"Kenapa bawa aku kesini?" Ghisell mencoba melepaskan diri dari gengaman Haikal.
"Agar kamu mengingatnya." Haikal mengunci tubuh Ghisell di dinding kamar hotel itu, Ghisell sangat gugup saat badan mereka begitu sangat dekat, Haikal memandanginya dengan nafas terengah-engah seakan menahan sesuatu.
"Apa kamu sudah mengingat apa yang terjadi diantara kita disini?" Tanya Haikal, dia ingin Ghisell tidak berpura-pura lagi tidak mengingatnya.
Namun Ghisel masih terdiam, dia malah menatap tajam pada Haikal.
"Atau perlu kita mengulang lagi kisah panas kita agar kamu ingat?"
Glek!
Ghisell menelan saliva dengan kasar mendengarnya. Mengulangnya lagi?
Karena tidak ada jawaban dari Ghisell juga, Haikal mulai mencondongkan wajahnya untuk mencium Ghisell, namun tanpa di duga Ghisell menginjak kaki Haikal dengan high heelsnya, membuat Haikal meringis karena Ghisell menginjak kakinya dengan begitu keras.
"Arggght...." Haikal melepaskan Ghisell , dia mengusap-usap kakinya yang terluka.
Ghisell sangat puas melihat Haikal kesakitan seperti itu, "Salahkan kamu sendiri, aku sudah bilang tidak mengingatnya. Tapi kamu tetap saja memaksaku untuk mengingat pria bajingan seperti kamu."
"Bajingan?" Haikal tidak terima disebut bajingan.
"Kamu sengaja memanfaatkan aku yang sedang mabuk untuk meniduriku!"
Haikal malah menyeringai mendengar ucapan Ghisell, "Waktu itu aku juga mabuk, aku benar-benar gak ingat..."
Ghisell memotong pembicaraan Haikal, "Hhh... karena itu aku tidak ingin berurusan dengan kamu lagi, aku tidak mau bertemu kamu lagi."
Haikal tidak terima dengan permintaan Ghisell, "Gak bisa, kita gak bisa lepas begitu saja. Bahkan apa yang kita lakukan itu sangat int*m."
Ghisell menghela nafas berkali-kali "Disini yang merasa dirugikan itu aku, kamu gak akan rugi, gak akan ada bekasnya. Jadi untuk apa kamu mengejarku?"
"Karena aku ingin bertanggung jawab." jawab Haikal dengan mantap.
Ghisell tersenyum sinis, "Bertanggung jawab? Segitu gampangnya kamu bilang itu, bahkan kita tidak saling mengenal."
"Ya makanya aku aku ingin mengenalmu lebih jauh." Haikal mengatakannya dengan serius.
"Gak usah. Kamu gak perlu repot-repot untuk bertanggung jawab padaku. Aku..."
Haikal memotong pembicaraan Ghisell, "Kalau begitu kamu yang harus bertanggung jawab padaku. "
Hah? Ghisell tidak mengerti dengan jalan pemikiran pria ini.
"Kamu pikir aku gak rugi? Ini pertama kalinya untukku, aku tidak mungkin sembarangan menanamkan benih aku ke orang lain. Dan aku telah menanamkan benih aku di tubuh kamu, hanya ditubuhmu, itu artinya bisa saja nanti akan hadir calon anak kita."
Ghisell mengerutkan dahinya, dia sedikit menganga "A-anak kita?"
"Iya karena itu aku ingin kamu menjadi kekasihku. Kita harus saling mengenal satu sama lain dan secepatnya menikah."
Ghisell sangat keberatan dengan permintaan Haikal, "Nggak, aku gak mau. Aku sudah punya kekasih. Bahkan sebentar lagi kita mau menikah."
"Apa dia akan menerima kekurangan kamu?"
"Ten-tentu saja. Kami saling mencintai." Padahal Ghisell juga tidak yakin apa Rafael akan menerima kekurangannya.
Haikal tersenyum samar melihat keraguan di wajah Ghisell saat menjawab pertanyaannya, "Aku ingin menjadi kekasihmu juga."
"Kau gila ya?" Ghisell tidak mengerti dengan pria dihadapannya ini.
"Kita sudah saling menyatu, saling memiliki. Bahkan itu bisa dikatakan lebih dari seorang kekasih. Jadi mulai sekarang aku sudah putuskan kamu adalah milikku."
Milikku? Ghisell menatap Haikal dengan tatapan jengkel.
"Berikan nomor ponselmu!" Haikal menyodorkan ponselnya kepada Ghisell menyuruh Ghisell menulis nomornya di ponsel Haikal.
Ghisell terpaksa menulis nomor asal agar dia bisa secepatnya pergi dari kamar hotel itu. Dia pikir Haikal akan langsung melepaskannya tapi nyatanya dia malah mencoba menghubungi nomor yang ditulis Ghisell.
Ghisell sangat gusar saat melihat Haikal mencoba menghubungi nomor yang itu.
tuuttt...tuutttt...
Ternyata nyambung.
Mampus aku!
Ghisell padahal menulis nomor ngasal yang penting bukan nomor dia.
"Hallo, jeung saha ieu?" Malah suara pria dari daerah lain yang dia dengar.
Haikal menatap tajam pada Ghisell rupanya Ghisell sudah membohonginya, membuat Ghisell gugup ditatap seperti itu.
Klik!
Haikal segera menutup panggilan telepon itu, bukanya marah, Haikal malah tersenyum manis, dia menghimpit kembali tubuh Ghisell di dinding itu, "Ternyata kamu bisa bercanda juga."
"Bu-bukan be..."
Cup!
Ghisell membulatkan mata saat Haikal tiba-tiba mengecup bibirnya. Dia ingin menamparnya tapi tangannya di tahan Haikal.
"Tulis nomor kamu, harus benar. Kalau sekali lagi bohongiku, aku akan mengulang kisah panas kita seperti malam itu." Hembusan nafas Haikal membuat Ghisell bergetar, dia tidak percaya kalau yang mereka lakukan itu adalah yang pertama untuknya, dia cocok sekali menjadi seorang casanova yang meniduri banyak wanita.
Ghisell melepaskan tangan Haikal dengan kasar, "Cepat sebutkan nomor kamu!" Ghisell terpaksa mengalah, agar Haikal tak lama menahannya disini. Dia meronggoh saku roknya untuk membawa ponsel.
Haikal tersenyum lebar, dengan semangat dia menyebutkan nomot ponselnya "0813xxxxxx"
Ghisell memanggil nomor itu sehingga ponsel Haikal bergetar.
Drrttt....Drrrtt...
"Sekarang kamu percaya kan?" Ghisell mengatakannya dengan nada kesal, "Itu artinya aku boleh pulang." Ghisell merasa lega mengatakannya.
Ghisell segera melangkahkan kaki untuk pergi dari kamar hotel itu, tapi sungguh di luar dugaan, Haikal menarik lengannya dan membuat tubuhnya beradu dengan tubuh Haikal, dia langsung menyambar bibir Ghisell. Ghisell ingin berontak, tapi tenaganya lemah, bahkan Haikal menekan tengkuknya, dia menggigit bibir Ghisell agar terbuka dan menelusupkan lidahnya masuk ke dalam, dia menyesapnya dengan segala emosi yang dia miliki, rasanya begitu menggairahkan dan membuatnya candu, bahkan dia baru kali ini menjadi pria pemaksa.
Haikal melepaskan ciuman itu, dia membersihkan bibir Ghisell yang basah karena ulahnya.
"Kamu...." Ghisell ingin protes tapi Haikal malah menciumnya kembali.
"Setiap kamu protes aku akan menciummu." Haikal mengatakannya dengan tersenyum penuh rasa gemas. "Nama kamu siapa?"
Bukannya jawaban, tapi Ghisell malah menendang kakinya Haikal.
"Arggghhtt...." Kaki Haikal untuk kedua kalinya mendapatkan hadiah dari Ghisell.
Ghisell segera berlari meninggalkan tempat itu, dia berharap untuk tidak bertemu lagi dengan pria menyebalkan seperti Haikal.
"Akhirnya aku bisa lepas dari dia. " Ghisell sangat bernafas lega.
Drrrttt...Drrrttt....
Dia mendapatkan pesan dari nomor yang belum di save nomornya.
[Selamat malam calon istri, tolong jaga dengan baik calon anak kita.]
Calon anak kita? Ih najis kalau sampai mengandung anak dia.
...****************...
...Jangan lupa like, komen, vote dan beri hadiah yah kawan 🙏 😁...
...Dan terimakasih banyak buat yang sudah memberi itu semua, semakin membuat saya semangat!...
...Mohon maaf belum bisa balas komen satu persatu, tapi saya selalu baca komen dari kalian....
...Jangan lupa simak terus ke bab-bab berikutnya!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Susi Andriani
apa jadinya kalau ketahuan kakaknya haikal
2025-02-07
0
Alexandra Juliana
Nah loh nyasar ke nomor hp Otor...
2025-02-21
0
aas
haduuh haikaaaal pede banget sih 😂
2025-01-30
0