Ditengah perjalanan pulang, Haikal masih terbayang dengan jelas kisah panas dengan gadis yang baru ditemuinya itu, sebenarnya sekarang lebih cocok dipanggil wanita karena Haikal telah mengambil kegadisannya. Apa Haikal merasa bersalah? Tentu saja tidak, karena mereka melakukannya tanpa paksaan, bahkan keduanya begitu menikmatinya. Pokoknya sulit diungkapkan dengan untaian kata.
"Wanita itu harus jadi milikku, kalau bisa aku akan cepat menikahinya setelah kak Rafael menikah nanti. Atau juga aku akan menikah lebih cepat dari kak Rafael, bagaimana kalau dia hamil?"
Haikal tidak akan lari dari tanggungjawabnya. Masalah Vira, dia bisa mengakhiri hubungannya dengan Vira secara baik-baik, apalagi dia tidak pernah mencintai gadis itu, dia terpaksa menerima perjodohan itu karena tidak mau melawan papanya. Dari masa sekolah Vira sangat bucin padanya, saking bucinnya dia ikut kuliah juga di Inggris, makanya kedua orang tua Vira sangat ingin menjodohkan Haikal dengan Vira. Untungnya Vira tahun depan lulus kuliahnya jadi Haikal merasa bebas tidak ada yang mengikutinya lagi.
Begitu sampai rumah, Haikal langsung memeluk sang mama dengan hati yang berbunga-bunga bagai telah memenangkan jackpot semalam.
"Mama!"
"Kenapa nih kok kelihatan senang gitu?"
Sang papa malah memisahkan mereka, "E-eh udah pelukannya."
"Apaan sih papa ganggu aja, anak kita makin ganteng ini, Pa." Karin malah mengencangkan pelukannya kepada anak bungsunya itu.
Haikal yang tengah dipeluk sang mama hanya bisa menjulurkan lidahnya kepada sang papa, untuk meledeknya.
"Ehm! Rafael di anggurin nih." ucap Rafael yang baru saja menuruni anak tangga.
"Ya udah, sini papa peluk." ucap Bara.
Mereka berempat malah tertawa bersama, keluarga mereka semakin lengkap setelah kepulangan Haikal. Dan mereka termasuk keluarga yang begitu sangat bahagia.
Dan akhirnya mereka sarapan bersama, Karin memasak khusus pagi ini demi Haikal, padahal biasanya pembantu yang masak.
"Bagaimana rasanya?" tanya Karin begitu melihat ketiga jagoannya mencicipi masakannya.
Ketiga lelaki di rumah itu saling pandang dan saling mengisyaratkan.
"Emm... e-enak, enak. Iya kan, Kal, Pa?" Rafael mengangkat kedua alisnya menatap adik dan papanya.
"Oh iya dong enak sekali." sambung Haikal, dia mengatakan itu seperti menahan mau muntah.
Bara hanya mengangguk saja. Dia tidak mampu membuka mulutnya. Namun wajahnya begitu sangat merah padam seakan mau ledek.
Karin penasaran, dia segera mencicipi masakannya, seketika apapun yang ada di dalam perutnya rasanya ingin keluar semua, "Huweekkk..." Karin segera berlari ke dapur, diikuti oleh Rafael dan Bara. Mereka belari berhamburan ke dapur.
Haikal hanya tertawa kecil melihat kelakuan keluarganya, ya begitulah keluarga mereka, kadang ada hal konyol diantara mereka.
"Loh ko masih dimakan, ini masakan mama gagal total, bikin eneuk!" Karin merebut piring milik Haikal.
Haikal membawa kembali piring itu dari tangan mamanya "Oh enggak, Ma. Buat Haikal ini enak. Sudah lama Haikal tidak makan masakan mama." Haikal begitu lahap memakannya walaupun lidah dan mulutnya begitu sangat tersiksa, tapi tidak apa-apa dia harus menahannya, sang mama telah menyempatkan diri memasak untuknya padahal dia tau mamanya tidak mahir dalam memasak.
Karin merasa tersanjung dengan anak bungsunya itu.
"Kamu beneran tidur di apartemen Raymond? Bukan di rumah cewek?" goda Rafael kepada adiknya.
Pertanyaan itu membuat Haikal salah tingkah, " Ya ng-nggak lah,"
"Hmm... awas aja kalau sampai ketahuan tidur bareng cewek, langsung nikahin aja pa,ma." kata Rafael lagi sambil terkekeh.
"Bukan dinikahin, tapi akan mama pites kalau sampai nidurin cewek sembarangan. Setelah kamu nikah nanti dengan Ghisell, nanti giliran Haikal taun depan menikah dengan Vira. Jadikan papa dan mama bisa santai. Biar Neo dan K Grup di urus sama kalian." Karin menimpali ucapan Rafael.
Haikal hanya diam, dia pura-pura nyengir mendengarkan pembicaraan sang mama.
"Ghisell belum pulang juga dari Singapura, Rafael?" tanya Bara.
"Belum pa, malah dari semalam dia susah di hubungi. Dia bilang mau pulang secepatnya." jawab Rafael dengan nada khawtir.
"Udah pacaran berapa lama kak sama cewek itu?" tanya Haikal, dia penasaran dengan wanita yang akan menjadi kakak iparnya itu. Dia memang tidak pernah mendengarkan curhatan dari Rafael mengenai calon kakak iparnya itu, apalagi selama lima tahun di Inggris, Haikal hampir tidak pernah pulang karena banyak kegiatan.
"Empat tahun, kakak dulu seniornya waktu kuliah di Singapura." jawab Rafael, dia tersenyum lebar saat membayangkan waktu dia jadian dengan Ghisell, dia sangat gugup sekali saat menyatakan perasaannya pada Ghisell, beruntung sekali Ghisell menerima cintanya waktu itu.
"Papa dengar Chika datang ke pesta ya semalam?" tanya papa Bara.
"Ah iya semalam dia datang, tapi hanya sebentar."
Rafael dan Chika memang terjebak friendzone. Semalam Chika sangat sedih karena dia sudah dikhianati kekasihnya, karena itu Rafael membiarkan Chika memeluknya untuk membuat Chika tenang. Rafael menganggap Chika adiknya sendiri, namun tetap saja Ghisell cemburu dengan kedekatan mereka .
Dari cara Chika memandangi Rafael Ghisell tahu betul kalau Chika memiliki perasaan lebih pada Rafael dan tidak suka jika Rafael berpacaran dengan Ghisell. Ghisell sudah beberapa kali bilang kepada Rafael kalau dia cemburu setiap kali Rafael dekat dan perhatian kepada Chika namun Rafael selalu bilang 'Chika itu sudah aku anggap sebagai adikku sendiri, jadi aku harap kamu mengerti dengan pertemanan kami.'
Beberapa kali Ghisell mencoba untuk mengerti dengan pertemanan mereka dan mengakrabkan diri dengan Chika tapi Chika sepertinya tidak ingin dekat dengannya. Dan tetap saja hatinya selalu cemburu kepada Chika karena Rafael selalu lebih mendahulukan Chika dibandingkan dirinya. Setiap melihat kedekatan Chika dan Rafael membuat hatinya selalu bad mood, mungkin begitu resiko pacaran dengan orang yang kurang peka. Makanya semalam Ghisell sangat kesal bahkan mungkin dia berpikir selama dia menjalani hubungan jarak juah dengan Rafael, Rafael bisa begitu bebas dekat dengan Chika atau mungkin bisa saja mereka jadian karena di depannya aja Rafael sudah begitu dekat dengan Chika, apalagi di belakang.
Di tambah baru juga dia pulang malah diberi pemandangan yang menyakitkan dan membuat Ghisell kecewa.
"Papa harap setelah menikah nanti kamu jangan terlalu dekat juga dengan Chika, bukan berarti harus menjauh, tapi harus ada batasan. Seperti papa dan mamanya Raymond, kami bersahabat tapi kami tau batas masing-masing, makanya mama kamu gak pernah cemburu malah ikut akrab dengannya. Begitu juga kamu, kamu harus bisa menghargai perasaan Ghisell." Bara mencoba untuk memberikan saran kepada Rafael.
"Iya bener, buat kamu mungkin biasa-biasa aja dan nyaman dengan pertemanan kalian. Tapi buat wanita itu beda, wanita agak sensitif apalagi sahabat terdekat kamu itu seorang wanita, boleh bersahabat tapi kamu harus tau batasan juga. Apalagi dari tatapannya itu Chika kayak yang suka sama kamu lho." Karin ikut menimpali ucapan suaminya itu untuk Rafael.
Rafael malah tertawa geli, "Ya gak mungkinlah Chika suka sama aku, Ma. Kita itu sudah berteman lama, dari SD lho, kita memang sudah nyaman berteman dari dulu."
Haikal mencoba mencairkan ketegangan diantara mereka "Wah aku penasaran sama calon kakak iparku itu, ada fotonya gak, Ma?" tanya Haikal kepada mama Karin.
"Ada sih, mama sering foto berdua sama Ghisell, setiap dia pulang ke Indonesia kan sering belanja bareng mama." Karin meronggoh ponselnya di saku celananya.
" Sini, Haikal mau lihat."
"Eh tunggu sebentar, mama lagi chatan sama mbak Ghea, katanya Ghisell sudah pulang lho kemarin, Raf!" kata Karin, dia memang ingin mengakrabkan diri dengan calon besannya.
"Yang benar, Ma?" Rafael terperangah mendengarnya, ada rasa senang dan kecewa di hatinya, dia senang Ghisell sudah pulang ke Indonesia, tapi dia sedikit kecewa kenapa Ghisell tidak memberitahunya bahkan tidak datang ke pesta semalam, terlebih lagi dari semalam Ghisell tidak merespon panggilan dan pesan darinya.
Rafael mengecek ponselnya, rupanya ada beberapa pangilan tidak terjawab dari calon mertuanya, mungkin karena mereka khawatir Ghisell tidak pulang semalaman. Malam itu setelah mengantarkan Chika pulang, Rafael menghubungi kekasihnya dulu tapi karena Ghisell tidak merespon juga pesannya, Rafael tertidur.
Setelah beres sarapan, Haikal segera berpamitan untuk pergi lagi. "Pa, Haikal ada urusan sebentar. Haikal pergi dulu ya."
"Loh kok pergi lagi." Bara tidak mengerti mengapa Haikal begitu terburu-buru sekali.
...****************...
...Jangan lupa like, komen, vote dan beri hadiah yah kawan 🙏 😁...
...Dan terimakasih banyak buat yang sudah memberi itu semua, semakin membuat saya semangat!...
...Mohon maaf belum bisa balas komen satu persatu, tapi saya selalu baca komen dari kalian....
...Jangan lupa simak terus ke bab-bab berikutnya!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
koen
chika datang sebentar , biasanya kalo datang sebentar, pulang sendiri, gak diantar..
mama mau Nunukan photo Gisel,
tapi gak ada cerita kelanjutan nya. yg ada Haikal mau keluar...
*gak nyambung kan ceritanya*
wkwkwkkk
2025-02-02
0
Alexandra Juliana
Yaaa Ghisel terlalu gegabah krn salah paham dia yg hrs kehilangan sesuatu yg berharga..Mana dia g tau siapa yg sdh bobo sama dia...
2025-02-21
0
Alexandra Juliana
Ih dasar bedegong dibere nyaho teh..mudah2an w kena batuna tah si Rafael, di jebak ku si Chika bobo bareng..
2025-02-21
0