Haikal membawa Ghisell ke hotel yang dekat sekali dengan klub itu, dia bermaksud untuk menolong Ghisell, merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang empuk itu, dia sedikit tercekat saat matanya melihat ada kancing baju Ghisell yang terlepas sampai terlihat jelas belahan dada gadis itu, membuat hasratnya bergejolak, menembus sanubarinya.
Haikal ingin mengancingkan kembali baju Ghisell, tapi, mungkin karena pangaruh alkohol juga, Haikal tak bisa berpikir jernih, akal sehatnya tak ada disana, jakunnya naik turun memperhatikan wanita yang ada dibawah kungkungannya. Tanpa sadari bibirnya telah menempel pada bibir lembut gadis itu. Rasanya begitu sangat memabukan.
Tidak ada penolakan dari Ghisell, membuat Haikal semakin tertantang, bahkan tubuhnya kini terasa sangat panas, membuat di bawah sana terasa begitu sesak. Dia mencium kembali bibir Ghisell dan memposisikan dirinya berada di atas tubuh itu, bahkan ciuman itu kini disertai luma tan yang lembut, dia semakin bersemangat saat merasakan respon dari bibir Ghisell membalas ciumannya. Matanya terpenjam, tapi badannya ikut bereaksi dengan apa yang dilakukan Haikal.
Di dalam situasi seperti ini, apalagi sama-sama sedang mabuk dan berada di dalam satu kamar, pastinya tidak akan jauh dari kata khilaf. Begitupun mereka, tidak butuh waktu yang lama kondisi mereka kini telah tanpa busana.
Ghisell melenguh panjang begitu Haikal meraba-raba menjelajahi disetiap inci tubuhnya, memuja keindahan yang begitu menggairahkan, mereka saling bergerak mengikuti hasrat mereka, bahkan dia beberapa kali menjilati dan menyesap dada Ghisell yang bahkan Rafael pun tidak pernah menjamah tubuh itu ke bagian terdalam.
Sampai tiba di penyatuan mereka, Ghisell sedikit meringis merasakan ada yang masuk ke dalam sana, terkoyak dengan sempurna, bahkan suara rintihan itu kini berbaur dengan suara erangan manja saat Haikal melai bergerak dengan lembut menghantamnya terus menerus, membawa Ghisell terbang melayang memekiknya dengan nikmat, dan akhirnya mereka mengerang bersama-sama saat mencampai puncaknya, begitu sangat hangat terasa sampai mereka ambruk dan terlelap malam itu.
Paginya, Haikal terbangun, dia terkejut saat menyadari berada di kamar hotel bersama seorang wanita.
"Siapa dia? Mengapa aku ada disini?" Haikal memijat-mijatk kepalanya untuk mengingat kejadian semalam.
Dia mengusap wajahnya dengan kasar saat mengingat semuanya, dia ingat ternyata wanita itu adalah wanita yang ada klub semalam.
Tak ada satupun memory yang dia lewatkan di kepalanya dari awal dia terfana melihat Ghisell, membuatnya peduli untuk menolongnya, tapi malah berakhir di ranjang. Entah bisa dikatakan musibah atau ketiban durian karena Haikal sudah mengingat jelas kejadian semalam.
Haikal memperhatikan Ghisell yang masih terlelap, hampir saja dia tida bisa berkedip memperhatikan lebih dekat paras wajah wanita itu, sangat cantik, dan mempesona. Dia membelai rambut Ghisell dan pandangannya tidak bisa lepas dari wajah cantik Ghisell.
Haikal segera bangkit untuk menarik selimut, dia ingin menyelimuti Ghisell, dia terparangah saat melihat ada noda darah di seprai itu, rupanya dia yang pertama, begitupun juga dirinya.
Haikal merasa beruntung karena wanita ini bertemu dengannya, coba kalau bertemu dengan pria lain, mungkin nasib Ghisell lebih sial dari ini. Haikal tidak mungkin mengacuhkan wanita yang telah memberikan mahkota yang paling berharga untuknya.
Haikal menyelimuti Ghisell, dia memperhatikan wajah Ghisell yang sangat membuatnya terpesona itu, "Karena aku yang pertama, aku akan bertanggung jawab."
Haikal mengecup bibir Ghisell, sangat menggila dan aneh rasanya, sampai hatinya terus bergetar, padahal dia tidak pernah sekalipun mencium Vira.
Drrrt...Drttt...
Ponsel Haikal bergetar, dia baru menyadari rupanya ada puluhan panggilan tidak terjawab dari mama dan papanya.
Dia segera mengangkat telepon dari papa Bara, "Papa!"
"Kenapa kamu tidak pulang? Dimana kamu sekarang?" tanya Papa Bara.
"Oh aku..." Haikal mencoba mencari alasan. "Aku semalam menginap di rumah Raymond, Pa." Haikal tidak mungkin bilang menginap di kamar hotel bersama wanita, bisa-bisa sapu lidi melayang dari sang mama.
"Ya sudah, cepat pulang. Mamamu sengaja memasak makanan kesukaan kamu."
Setelah mengatakan itu, papa Bara langsung menutup telepon.
Haikal tau mamanya tidak bisa memasak, tapi mungkin karena sudah lama tidak memasak untuk Haikal, mamanya pasti berusaha keras memasak untuknya yang sudah lama tinggal di Inggris, walaupun masakannya tidak begitu enak, tapi ada saatnya Haikal merindukan masakan sang mama.
Haikal memperhatikan Ghisell yang terlelap itu dengan bimbang, bingung harus berbuat apa pada Ghisell, dia tidak mungkin berani mengeradah tas Ghisell untuk melihat kartu id-nya. Dia mengusap lembut rambutnya, "Aku pulang dulu sebentar, setelah itu aku akan balik lagi kesini. Jadi tunggu aku."
...****************...
...Jangan lupa like, komen, vote dan beri hadiah yah kawan 🙏 😁...
...Dan terimakasih banyak buat yang sudah memberi itu semua, semakin membuat saya semangat!...
...Mohon maaf belum bisa balas komen satu persatu, tapi saya selalu baca komen dari kalian....
...Jangan lupa simak terus ke bab-bab berikutnya!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
AldoArt85
Krn Rafael pelok cewe lain, gw ga simpati suer. Apa bedanya dia sm Revan coba? 😦🤣🤣
2024-06-12
1
Qaisaa Nazarudin
Seharusnya kamu bkk dompetnya,sekurang2 nya kamu tau siapa nama nya dan anak siapa..
2023-12-19
0
Qaisaa Nazarudin
Mungkin dia di takdirkan berjodoh dgn mu..
2023-12-19
0