Kenzo berjabat tangan dengan sopan kepada Winter, Maxime dan Summer.
"Kami sudah mencoba ikan masakanmu, sangat enak," ucap Maxime.
"Terimakasih Tuan," kata Kenzo dengan ramah dan tersenyum.
"Restaurant nya akan di bangun minggu depan, kami harap ada resep baru dari masakanmu yang bisa di bawa ke restaurant kami," ucap Winter.
Kenzo mengangguk beberapa kali. "Saya akan mencoba resep baru nya, Tuan ... kebetulan ada beberapa hidangan resep dari mendiang Ibu saya yang belum saya coba."
"Jadi ikan itu resep Ibumu juga?" tanya Summer.
Kenzo mengangguk mengiyakan.
"Hebat," kata Maxime memuji.
"Siapa yang akan memasak nanti? kau atau ..." Winter menatap bergantian Kenzo dan Ares menunggu jawaban dari pertanyaan nya.
"Farel, adik saya Tuan. Dia seorang koki dan sangat senang ketika tau akan bekerja di restaurant De Willson."
Maxime mengangguk. "Baguslah ... kita akan bicarakan ini nanti saja, sekarang nikmati saja pesta nya." Maxime menepuk beberapa kali pundak Kenzo lalu berjalan pergi di ikuti dua buntutnya, Winter dan Summer.
Kenzo mengedarkan pandangan nya, menikmati acara makan malam yang di penuhi para petinggi perusahaan.
"Bos ..." Ares menyodorkan segelas minuman.
Kenzo mengambil gelas tersebut, meneguk minumannya sambil terus memanjakan mata nya melihat para petinggi perusahaan berkumpul di tempat yang sama dengan dirinya yang terbilang pengusaha yang masih merintis.
Meski begitu, Kenzo juga mempunyai restaurant yang ramai di kunjungi oleh orang-orang. Bekerja sama dengan De Willson adalah impian terbesar Kenzo yang sekarang sudah terwujud. Dan juga ada hal lain mengapa Kenzo ingin masuk lingkungan keluarga De Willson.
Kenzo berhenti meneguk minuman nya kala melihat sosok pria tua dengan beberapa helai uban di rambutnya yang tengah berbincang dengan seseorang.
"Tuan Arsen ..." gumam Kenzo, memberikan gelas kepada Ares lalu berjalan menghampiri Arsen.
"Tuan Arsen ..." panggil Kenzo.
Arsen berbalik sedikit terkejut. "Hei, kau ... Akhirnya kau datang juga ..." Arsen menepuk pundak Kenzo seolah sudah sangat akrab dengan pria itu.
Kenzo tersenyum. "Apa kabar Tuan Arsen ..." Kenzo mengulurkan tangan nya dengan sopan. Arsen menyalami uluran tangan Kenzo.
"Baik," ucapnya. "Sudah bertemu dengan Maxime dan Winter?" tanya Arsen kemudian setelah melepas jabatan tangan nya.
"Sudah Tuan. Terimakasih ... kalau bukan karena Tuan Arsen, saya tidak mungkin berada di sini ..."
"Makananmu yang lezat yang membawa keberuntungan ..." ucap Arsen sambil terkekeh pelan.
"Oh iya Tuan, Nona Laura juga hadir di sini ..."
"Tidak, dia kan model. Tidak mungkin ada di sini," sahut Arsen membuat Kenzo mengerutkan dahinya.
"T-tapi ... tadi, tadi dia ada di kamar mand---" Kenzo menghentikan kalimatnya. Dia baru sadar kenapa tadi bertemu Laura di depan kamar mandi laki-laki. Dan lagi, dia juga melihat punggung pria yang hendak keluar dari lobby.
"Kenapa?" Tanya Arsen dengan satu alis terangkat naik.
Kenzo menggelengkan kepala. "Tidak Tuan. Aku pikir tadi Nona Laura ... mungkin salah orang."
"Di sini hanya ada dua perempuan. Milan dan besan nya. Sisa nya tidak ada yang bawa perempuan ke sini ..." ucap Arsen membuat Kenzo heran tapi dia tidak mau berkata apa-apa lagi selain menganggukan kepala.
*
Laura bersenandung pelan setelah keluar dari kamar mandi. Dengan bathrobe yang di kenakan dan handuk melilit di kepalanya dia menghampiri meja rias.
Perempuan itu terus bersenandung bahagia sambil mengeringkan wajahnya menggunakan tissue. Mengingat kejadian di kamar mandi membuat Laura tersenyum geli sendiri.
"Astaga ... cium*n itu ..." seru nya dengan tawa di wajahnya sambil terus mengeringkan wajahnya.
Laura memang sedikit liar dari penampilan nya. Tapi sebenarnya perempuan itu tidak pernah berpacaran dengan siapapun, berbeda dengan Lalita yang berpenampilan apa adanya tapi sudah beberapa kali ganti pacar.
Kembaran nya itu kerap kali datang ke kamar Laura hanya untuk mengadukan hubungan nya dengan kekasihnya. Terkadang mengadu jika kekasihnya tidak bisa di telpon, mengadu kekasihnya bermain wanita di belakangnya dan masih banyak lagi.
Hal itu membuat Laura malas untuk berhubungan dengan lelaki. Karena menurutnya lelaki hanya membuat hidupnya tidak tenang.
"Memang benar, lelaki membuat hidup tidak tenang. Karena ketenangannya datang kalau sudah di dekat dia saja," gumam Laura lalu tertawa
Laura membuang kapas di tempat sampah kecil di pinggir meja rias kemudian mengambil toner di meja untuk melembabkan wajahnya. Ia hanya meneteskan beberapa tetes toner ke telapak tangan lalu menepuk-nepuknya dengan lembut ke wajah. Menurutnya cara ini lebih efektif dari pada menggunakan kapas.
Ponselnya di meja bergetar panjang. Ia mengambil ponsel tersebut dan melihat siapa yang menelpon. Dan ternyata Lail.
"Hallo ..."
"Halo Nona Laura ..."
"Ya?"
"Maaf menelponmu malam-malam seperti ini. Saya mau memberitahu sesuatu ..."
"Apa?" tanya Laura.
Terdengar helaan nafas Lail di telpon. Sebelum berkata, Lail menoleh ke belakang, ke arah Magma yang masih tertidur di ranjang. Lail masih berada di kamar Magma di saat Benjamin dan Bayuni masih di acara makan malam perusahaan De Willson.
"Ada apa Lail?" tanya Laura penasaran.
"Begini Nona ... Mahavir group berhenti bekerja sama denganmu."
"APA?!" teriak Laura sampai berdiri dari duduknya. "Hei apa maksudmu Lail?"
Lail kembali menghela nafas lalu mengeluarkannya perlahan.
"Maafkan kami Nona ..."
"Tidak, tidak bisa seperti ini!! kontrak kerja samaku kan lima tahun, Lail!! kenapa tiba-tiba aku di pecat padahal belum sampai satu tahun!!"
"Tanyakan kepada Magma apa alasannya?!!" sentak Laura.
"Maaf nona ... Tuan Magma sedang istirahat."
"Loudspaker sekarang!!"
"Nona--"
"AKU BILANG LOUDSPAKER SEKARANG!!"
Akhirnya Lail pun menjauhkan ponselnya dari telinga lalu menekan tombol loudspaker di ponsel.
"HEI MAGMA SIAL*N, BEDEB*H KAU YA, DASAR LUTUNG KEPAR*T GILA!!"
Magma yang tengah memejamkan matanya sontak membuka mata mendengar caci makian dari Laura di telpon. Lail begitu terkejut mendengar Laura berani memaki-maki Magma.
Magma menghela nafas kasar mendengar caci makian tersebut.
"HEH, KAU YANG TADI MENC*UMKU YA!! KENAPA MALAH AKU YANG DI PECAT, SEHARUSNYA AKU YANG MENUNTUTMU ATAS DASAR PELECEHAN!!"
Lail yang tidak tahu apa-apa sampai menutup mulutnya sendiri saking terkejutnya mendengar Magma ternyata menc*um Laura. Padahal Lail tahu, Magma tidak mungkin melakukan hal itu karena sangat membenci keluarga De Willson beserta kerabatnya.
"KAU BERANI MELAWANKU HAH? KAU MAU AKU ADUKAN KEPADA DADDY KU KARENA KAU MELAKUKAN PELECEHAN TERHADAP WANITA DI KAMAR MANDI, MAGMA .... KAU TIDAK TAHU KALAU AKU PUTRI KESAYANGAN DADDY ARSEN HAH!!"
Nafas Laura memburu dengan nafas naik turun. Emosinya menyeruak sampai ubun-ubun, dia begitu kesal dengan Magma.
"Matikan Lail ..." hardik Magma yang dapat di dengar jelas oleh Laura di telpon.
Lail menoleh.
"Matikan!" ulang Magma.
"MAG--"
Tut.
"Arrrgghhhh ..." Laura melempar ponselnya ke ranjang dengan geram.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
lid
wkwkkwkw masi mengikuti alurnya thor
2022-06-28
0
my boy 😎
magma wez gak mempan sama ancaman.. udah pusing sama rasanya bibir keluarga De Wilson 😆😆
2022-06-19
0
Mr.VANO
gara gara ciuma pemutusa kerja sama,dasar pasangan aneh
2022-06-13
1