Setelah membuat salad di mansion Winter untuk adiknya, Magma pergi ke Rumah Sakit bersama Lail. Ini masalah perempuan yang mengidap HIV saat tidur bersamanya, Magma sudah mengatakan kepada Lail kalau ini hanya permainan Laura saja, ia yakin perempuan yang tidur bersama dirinya tidak mengidap HIV.
Tapi Lail tetap memaksa Magma untuk melakukan tes darah terlebih dahulu, takut jika penyakit itu telat terdeteksi.
"Virus nya mungkin belum menyebar, Lail. Jangan gila!" pekik Magma yang berjalan di koridor Rumah Sakit bersama Lail.
"Mencegah lebih baik, Tuan. Sekalian kita meminta obat anti virus sebelum virus nya berkembang di tubuh anda, Tuan."
Magma hanya berdecak sambil menggelengkan kepala dengan sekretarisnya yang terlalu khawatir itu.
Pria itu mengikuti semua prosedur Rumah Sakit, pemeriksaan kesehatan seraya tes darah di lakukan, mereka hanya tinggal menunggu hasilnya saja selama beberapa hari.
Magma juga di beri obat yang harus di minum untuk mematikan dan mencegah virus yang bisa berkembang di tubuhnya.
Ketika mereka berjalan pulang menuju mobilnya yang parkir di garasi. Seorang perempuan bersandar di kap mobil dengan tangan bersedekap dada dan senyum miringnya yang menatap kehadiran Magma.
Magma dan Lail sontak menghentikan langkahnya. Magma menghela nafas panjang, lalu berjalan lebih cepat mendekati perempuan itu, siapa lagi kalau bukan Laura.
"Takut, Tuan?" tanya Laura tepat ketika Magma berhenti di depannya.
"Minggir!" titah Magma.
"Kau sampai pergi ke Rumah Sakit untuk tes darah, takut Tuan?" ulang Laura dengan mata kucingnya menatap tajam Magma dan senyuman miring yang penuh keberanian untuk terus menganggu Magma.
"Aku tidak takut, Laura!! aku kesini karena Lail!!" gertak Magma dengan geram.
Laura berdecih menatap Lail yang berdiri di belakang mereka.
"Sekretarismu sungguh perhatian denganmu ya ..."
"Apa .." Laura menggantung kalimatnya. "Kau butuh sekretaris baru, Tuan M? aku siap jika kau--"
"Minggir!!" Magma langsung menepis tubuh Laura ke samping membuat perempuan itu hampir saja tersungkur.
Laura menghela nafas panjang lalu megeluarkannya perlahan, ia menatap jengkel Magma dan Lail yang kini sudah masuk mobil.
Ketika mesin mobil menyala. Perempuan itu segera berdiri di depan mobil mereka dengan melentangkan kedua tangan nya.
"BAWA AKU ATAU TABRAK AKU!!" Teriak Laura.
Magma berdecak di dalam mobil, Lail yang duduk di balik kemudi hanya bisa menggelengkan kepala tanpa berkata apapun.
Magma membuka kaca mobilnya lalu berteriak. "Aku pilih yang kedua!!"
"Tabrak Lail," titah Magma.
"Tuan ..." Lail menatap Magma dengan terkejut.
"Aku bilang tabrak Lail!!" pekik Magma yang sudah tidak bisa menahan kesabarannya. "Dia akan menghindar ketika kau menginjak gas nya, aku yakin dia juga tidak mau mati!!"
Akhirnya suara deru mobil terdengar bising di garasi Rumah Sakit, lampu mobil menyorot tubuh Laura yang berdiri dengan nafas menggebu-gebu.
"LALAAAAA ..."
BRUKH
Tepat ketika Lail menginjak pedal gas dari samping kanan Jeni langsung mendorong seraya memeluk tubuh Laura dan berakhir mereka berdua jatuh terguling dengan mobil Magma yang melaju meninggalkan mereka, deru Lamborghini itu terdengar gagah meninggalkan garasi.
"A-aaw ..." Laura mendesis berusaha bangun dan melihat siku tangan nya yang terluka.
Jeni pun langsung bangun dan meraup wajah Laura dengan khawatir.
"La ... La, Lala baik-baik saja?"
"Ihhhh!!" Laura berteriak kesal menepis tangan Jeni dari wajahnya sambil menghentak-hentakan kakinya. "Kau kenapa sih menggangguku saja!!"
"Astaga Lala ... Lala mau bunuh diri, Jeni tidak akan membiarkan Lala mati. Lala kenapa sih, coba cerita sama Jeni ... hidup Lala itu udah enak, La. Jadi model terkenal, anak orang kaya, keturunan De Willson ... apalagi sih, La. Sadar La sadar!!" Jeni memegang kedua pundak Laura.
Laura lagi-lagi menghempaskan tangan Jeni dengan kesal.
"Kau tau siapa yang ada di mobil tadi?"
Jeni menggeleng.
"DIA ITU MAGMA, JENI!!" Teriak Laura dengan keras akibat terlalu kesal dengan sekretaris banci nya itu.
"Aku jadi tidak masuk mobilnya karena kau datang!!"
Jeni ternganga dengan mulut setengah terbuka, ia tidak menyangka kalau orang yang hendak menabrak Laura adalah Magma.
Jeni menepuk-nepuk tubuhnya dengan kesal untuk membersihkan tubuhnya. Laura yang melihat itu mengernyit, wajah Jeni terlihat sangat marah.
Kemudian Jeni berdiri. "Jeni akan melaporkan ini kepada Tuan Arsen dan Tuan Maxime ..."
Ketika Jeni hendak pergi, Laura langsung menahan tangannya. "Eeehhh ..." perempuan itu langsung berdiri.
Jeni kembali menatap Laura. "Lala, dia mau melakukan tindakan kriminal kepadamu dia mau membunuhmu Lala ih, kita harus laporin ini ke Daddymu Lala!! dia itu mafia, La. Dia bahaya!!"
"Apasih bahaya-bahaya!!"
BUGH
"Aawwww ..." Jeni menjerit dengan suara melengking karena Laura menendang betisnya.
"Kau ya, kau tidak tahu apa-apa. Magma itu baik, dia jahat luarnya saja. Aku yakin di dalamnya ada malaikat tersembunyi ..."
Laura pun berjalan meninggalkan Jeni, tidak memperdulikan suara Jeni yang terus memanggil dirinya.
"Bahaya sekali dia kalau sudah di mabuk cinta. Dasar Lala, mana bisa malaikat bersembunyi di tubuh Iblis," gerutu Jeni sambil terus mengusap-ngusap kakinya yang sakit akibat tendangan Laura.
*
Magma berada di kamar, di rumah Benjamin. Dia duduk di ranjang, meluruskan kakinya dengan laptop di atas paha.
Dia benci dengan Laura tapi s*alnya omset pendapatannya dari tas yang di keluarkan mahavir group terjual habis dalam waktu satu hari.
Fans Laura benar-benar pantas mendapat piagam penghargaan sebagai fans bar-bar karena benar-benar mengikuti fashion idolanya.
Magma berdecak seraya memijit keningnya pening. Laura menyebalkan tapi di sisi lain membawa keberuntungan juga untuk mahavir group.
Dia bimbang antara mempertahankan atau mengganti brand ambassador mahavir group.
Magma hanya diam sambil menonton iklan dari Laura yang mempromosikan tas nya di laptop miliknya. Bagaimana Laura bergaya di depan camera, berjalan dengan pinggang modelnya yang istimewa, melenggak-lenggok dengan senyuman manisnya sambil menenteng tas mahavir group.
"Tidak bisakah dia bekerja profesional, apa yang harus aku lakukan untuk membuat dia kapok!!" gerutu Magma.
Magma harus berhati-hati untuk membalaskan kekesalannya terhadap Laura. Kalau dia mempermalukan Laura di depan umum lalu memvideo nya dan menyebarkannya di internet, ia takut hal itu akan berimbas ke perusahaanya. Karena Laura aset berharga Mahavir group sekarang.
Ponselnya bergetar, ia mengambil ponselnya di samping paha nya. Sebuah pesan masuk dari Laura.
Jam tujuh malam, temani aku Dinner di Restaurant Redwine. Kalau tidak, aku akan menyebarkan nomormu lagi ...
Magma menggertakan giginya kesal dengan mencengkram ponselnya kuat. Ia tidak mau kalah dari Laura, Magma pun membalas.
Aku juga bisa menyebarkan nomor model terkenal sepertimu. Fans mu pasti akan senang.
Kemudian Laura kembali membalas.
Hahahaha. Lebih baik kau pikiran lagi jika ingin menyebarkan nomorku.
Laura mengirim sebuah video. Magma pun membukanya, ia tercengang dengan mata membulat sempurna. Video dimana dirinya sedang olahraga bersama perempuan virg*n di klab, desah*n dan jeritan itu pun terdengar di video.
"Arrrggghhh!!"
PRANG
Ponsel Magma kembali di lempar ke lantai sampai hancur. Dada pria itu naik turun dengan amarah yang memuncak.
Yang dia takutkan ketika video itu tersebar adalah, Yura, Benjamin dan Bayuni melihatnya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Hary
magma... mafia dungu
ha.. ha.. ha..
2025-02-27
2
Mr.VANO
maqma sulusiny cuma satu,trima cinta laura beres tdk ad lg penyebaran nomor
2022-06-12
0
Wulan Flower
ditunggu kelanjutan ya thor
2022-05-20
1