Bahkan ketika Magma tidur di rumah Benjamin pun tengah malam ia terus terganggu lagi dengan ponselnya yang berdering. Ponsel Magma sudah di ganti dengan yang baru.
Magma awalnya membiarkan ponselnya itu berdering sampai mati sendiri tapi belum satu menit ponselnya kembali berdering.
Magma berdecak mengambil ponselnya di nakas dan lagi-lagi nomor asing yang menelponnya.
Magma mencoba mengangkat panggilan tersebut dan lagi-lagi ucapannya sama dengan kemarin malam.
"Tuan ... apa saya orang pertama yang menghubungi anda di jam 12 malam. Apa saya pemenangnya, Tuan?"
Magma menghela nafas kasar dan mematikan panggilan tersebut lalu menonaktifkan ponselnya agar tidurnya bisa nyenyak.
Di pagi harinya ketika ia mengaktifkan kembali ponselnya ribuan pesan masuk ke ponsel Magma sampai membuat ponselnya itu error karena terlalu banyak notif pesan baru.
Magma hanya diam di meja makan seraya menatap ponselnya di meja yang terus memunculkan pesan-pesan semalam.
Tuan apa saya pemenangnya.
Tuan saya bergadang untuk mendapatkan undian tersebut.
Ibu saya sedang sakit. Kalau saya menang, uang itu untuk pengobatan Ibu dan juga untuk merenovasi rumah.
Tuan, saya harap saya pemenangnya.
Tuan kenapa nomornya tidak aktif, saya akan mencoba menelpon lagi besok.
Kemarin saya menelpon anda Tuan tapi malah tidak aktif. Sekarang tidak aktif lagi, apa undian itu penipuan?
Berbagai notif pesan di ponselnya itu benar-benar membuat kesal. Undian apa, Magma tidak mengadakan undian apapun bagi siapapun.
Bisa saja setiap malam Magma menonaktifkan ponselnya tapi pagi hari ia pasti akan mendapatkan ribuan pesan. Setelah di pikir-pikir mengganti nomor ponselnya juga bukan ide yang baik karena banyak nomor teman-teman Magma di sana.
"Magma, kenapa?" tanya Bayuni berjalan membawa roti yang sudah di olesi selai di nampan. Ia memberikannya kepada Magma. "Sarapan dulu ..."
"Tidak apa-apa Mom." Magma mengantungi ponselnya lalu melahap roti dari Ibunya.
"Kau seperti sedang banyak pikiran."
"Tidak, Mom. Hanya saja banyak nomor asing yang menelponku akhir-akhir ini."
"Nomormu tersebar?"
Magma mengangguk seraya mengunyah roti di mulutnya.
"Astaga ... siapa orang yang tidak sopan yang menyebarkan nomormu."
"Tidak tau, Mom." Magma meminum kopi.
"Ganti saja nomormu."
"Banyak nomor penting juga di sini, kalau aku ganti nomor temanku di Spanyol akan sulit menghubungi ku, malas juga aku harus menelpon mereka satu persatu dengan nomor baru."
"Suruh saja Lail memberitahu teman-temanmu, apa susahnya."
Magma terdiam menatap Ibunya. Benar juga apa kata Bayuni, suruh saja Lail dia kan sekretarisnya.
Bayuni menggelengkan kepala, pasti Magma lupa kalau dia bisa mengandalkan Lail.
*
Bukan hanya ponsel yang di ganti, sekarang nomornya juga di ganti. Selama satu jam Lail menelpon teman-teman Magma dan memberitahu nomor baru pria itu.
Mereka berada di balkon rumah Benjamin. Setelah selesai menelpon teman-teman Magma, Lail yang semula berdiri di dekat pagar balkon pun berbalik menghampiri Tuan nya yang sedang duduk di sofa.
"Ini Tuan, sudah."
"Menelpon Yura juga kan?" tanya Magma.
"Iya Tuan."
Magma mengangguk.
"Apa kita akan kembali ke Spanyol, Tuan. Tidak baik terus-menerus mengandalkan Adrian mengurus perusahaan, Tuan."
Adrian adalah salah satu teman Magma di Spanyol. Semenjak Magma lebih banyak tinggal di Indonesia bersama Lail, perusahaan nya di kendalikan oleh Adrian, jika ada hal darurat maka Adrian akan menelpon Lail atau Magma langsung.
"Mungkin satu minggu lagi di sini, aku baru pulang kesini Lail, aku tidak mau mendengar mulut Dad yang berbusa ketika marah lagi kepadaku karena kembali ke Spanyol."
Lail mengangguk paham.
*
Seorang perempuan berjalan dengan heels tinggi, rambut curly yang terurai panjangx dia memakai pakain casual, pinggangnya bergerak ke kanan ke kiri, walaupun tidak sedang berjalan di atas catwalk profesinya sebagai model membuat cara jalan nya berbeda dari yang lain.
Perempuan itu berjalan di trotoar hendak pergi ke pasar untuk mencari target. Dia memakai kaca mata dan masker karena bau pasar yang tidak terbiasa di hidung nya selalu menusuk indra penciumannya itu.
Dia menghampiri tukang becak yang sedang menunggu penumpang.
"Mau kemana, Non?" tanya pria paruh baya pemilik becak tersebut.
"Antar saya ke apartemen anggrek," sahut perempuan itu.
"Siap, Non. Silahkan masuk."
Pria itu menggayuh becaknya mengantar model terkenal tersebut, tidak ada yang mengenali model itu karena dia memakai kaca mata dan masker.
"Cantik-cantik kok naik becak ya, emang dia tidak punya mobil," gumam si bapak pemilik becak.
Ketika model itu menghampirinya, parfum nya saja tercium sangat wangi, harga parfum nya saja pasti sangat mahal, kulitnya sangat mulus dan bersih, pakaian dan tas nya juga terlihat mewah. Hal itu membuat si bapak bertanya-tanya dalam benaknya tentang penumpang nya kali ini.
Sesampainya di depan apartemen anggrek, perempuan itu keluar, ia mengambil uang di dompet dan memberikannya kepada si bapak.
"Loh, Non. Ini kebanyakan." Bapak tersebut menatap beberapa lembar uang di tangannya.
"Ambil saja." Kemudian model tersebut masuk ke apartemen meninggalkan si Bapak yang masih ternganga dengan lembaran uang di tangannya.
Ia mencoba menghitung jumlah uang tersebut tapi ada salah satu uang yang di coret-coret dengan pulpen.
Ia mengernyitkan dahi lalu membaca tulisan di uang tersebut.
Undian tengah malam. Siapapun yang berhasil menelpon nomor ini tepat pukul 12 malam. Maka akan mendapatkan uang satu milyar.
Mulut si Bapak sampai terbuka setengah membaca tulisan di uang tersebut.
"I-ini beneran ..." gumam si Bapak pemilik becak.
*
Setelah mengganti nomornya, ia pikir malam ini Magma akan tidur dengan nyenyak karena nomor baru, tapi ternyata dugaannya salah.
Ponselnya kembali berdering panjang, Magma berpikir itu Lail atau teman nya jadi ia tidak mengangkat atau melihat nomor tersebut.
Tapi setiap ponselnya mati karena panggilan berakhir, ada lagi nomor baru yang terus menelpon Magma sampai tidak bisa membiarkan ponselnya diam selama satu menit saja.
Magma mencoba melihat siapa yang menelpon tengah malam lagi, ia mengambil ponselnya di sisi bantal.
Magma menautkan kedua alisnya, nomor asing lagi yang menelpon Magma. Padahal ini nomor baru tapi kenapa ada orang lain yang tahu.
Magma memperhatikan ponsel di tangannya yang berdering sampai panggilan berakhir. Dan lagi, nomor yang lain kembali menelpon Magma.
Magma mendengus kasar, mencengkram kuat ponselnya dengan gigi menggertak.
"Siapa yang menyebarkan nomorku!!"
Alhasil ponsel kembali melayang ke dinding dengan keras sampai mati total.
Magma kembali tidur dengan menutupi tubuhnya dengan selimut. Besok pasti dia harus ganti ponsel lagi karena ponselnya saja di lempar sampai retak.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
terselubung
2022-09-20
0
Farida
Tebak misterius....bikin magma pusing
2022-09-10
0
lovely
cerita nya nih di Spanyol di LN kan ko ada becak 😜
2022-07-07
0