Kalau bukan karena video nya yang takut tersebar, Magma benar-benar tidak akan datang untuk Dinner bersama Laura.
Selain tidak penting ini juga bukan termasuk pekerjaan. Tapi mau tidak mau, Magma harus datang akibat Laura yang mengancam.
Pria itu memarkirkan mobilnya di depan restaurant Redwine. Penampilan Magma terlihat biasa saja, memakai kaos polos hitam, dan celana panjang dengan rambut gondrongnya yang di ikat.
Langkahnya membawa masuk ke restaurant hingga seorang pelayan yang berdiri di depan pintu bertanya.
"Tuan Magma?"
Magma mengangguk.
"Mari saya antar ..." pelayan tersebut dengan ramah mengantarkan Magma menuju meja Laura.
Laura memesan tempat di ruangan kecil yang hanya bisa di isi oleh satu meja dan dua kursi saja. Dia tidak mau bergabung dengan yang lain, selain takut dirinya di kerumuni fans, ruangan ini membuat dia bisa lebih dekat dengan Magma.
Di sampingnya ada jendela yang terbuka untuk membiarkan angin malam masuk menerpa wajahnya. Ini lebih nyaman dari pada duduk di meja yang sama dengan pelanggan yang lain.
Magma berdecak ketika melihat Laura sedang mengisi gelas kecil dengan botol alcohol di tangan nya.
"Silahkan Tuan ..." Pelayan tersebut pun pergi meninggalkan mereka berdua.
Magma duduk di depan Laura.
"Kau terlambat lima menit Tuan," kata Laura lalu menyimpan gelas kecil berisi wine itu di depan Magma.
Mata Laura perlahan menatap iris mata pria itu. Tampan, hanya itu yang ada di pikiran Laura. Walaupun dinner kali ini Magma terlihat memakai pakaian biasa tapi dia tetap tampan.
"Padahal aku sudah memakai dress mahal untuk malam ini. Tapi kau hanya memakai kaos hitam saja ..."
"Tidak ada yang bisa mengatur cara berpakaian ku!!" sahut Magma dengan geram lalu mengambil gelas kecil tersebut dan meneguk Wine nya sekali tegukan.
Laura tersenyum miring. "Tapi aku bisa mengatur waktumu Tuan ... Iya kan?"
Magma menyimpan gelasnya dengan kasar di meja mendengar ucapan Laura barusan. Benar, Laura bisa mengatur waktu Magma. Sampai bisa membuat pria itu datang ke restaurant.
Laura menopang dagu nya dengan satu tangan di atas meja, menatap Magma yang terlihat kesal. Laura tersenyum bak orang gila.
"Waktumu, milikku Tuan M ... kau harus datang setiap kali aku membutuhkan mu!!"
Magma mencengkram gelas kecil di tangan nya dengan kuat. Kenapa Laura semakin semena-mena dengan dirinya. Dia bos Laura, dia yang mempekerjakan Laura di perusahaannya, tapi malah Laura yang seenak jidat mengatur waktunya.
Tangan Laura yang lain mengelus punggung tangan Magma dengan lembut. "Jangan terlalu keras memegang gelasnya, nanti kau terluka Tuan ..." kata Laura dengan lembut dan nada seperti menggoda.
Magma menepis tangan Laura. "Kalau kau meminta waktuku malam ini hanya untuk Dinner. Bereskan sekarang!! setelah ini aku akan pulang!!"
"Sabarlah ... malam masih panjang."
"Permisi ..."
Keduanya menoleh dan tatapan Magma melunak seketika karena ada pelayan datang. Pelayan tersebut menyimpan beberapa makanan di meja lalu kembali pergi.
Magma langsung mengambil steak, ia hanya fokus dengan steak nya sekarang. Tidak mau mendongak menatap Laura di depannya, karena itu menjijikan menurutnya. Laura juga sedang memotong steak.
"Di masa depan, aku berani bertaruh. Aku lah yang akan mengatur caramu berpakaian ..."
"Jangan harap!" sahut Magma lalu menyuapkan daging ke mulutnya.
Laura tersenyum kecut. "Kau akan melihatnya nanti. Semua itu akan terwujud ..."
Hening, Magma tidak menjawab apapun selain terdengar suara denting pisau dan garpuh yang saling beradu.
"Bagaimana pakaianku? apa terlihat cantik?" tanya Laura kemudian.
"Dress dengan belahan dada terbuka. Itu memang ciri khas mu ..." jawab Magma tanpa menatap Laura.
Lagi-lagi Laura tersenyum kecut. Ia menyimpan pisau dan garpuh lalu bersedekap tangan di atas meja dengan menatap Magma.
"Pakaianku memang terbuka Tuan ... tapi harga diriku tertutup!! Bukan kah perempuan virg*n yang sering kau tiduri itu pakaiannya tertutup. Cih, tapi harga dirinya terbuka lebar ..."
Magma berhenti mengunyah mendengar itu. Ia menghela nafas sejenak, s*alnya ucapan Laura selalu tepat sasaran.
Perempuan yang menjual harga dirinya kepada Magma memang kebanyakan memakai pakaian tertutup ketika masuk ke kamar klab. Tapi mereka justru berpakaian seperti itu untuk menjual harga diri mereka.
Laura kembali memakan steak nya dengan sesekali menatap Magma dengan senyuman miringnya.
"Kalau kau ingin tau, aku tidak berbuat apa-apa kepadamu karena kau keturunan De Willson ..." kata Magma yang kemudian menatap Laura setelah menyimpan pisau dan garpuh di tangan nya.
"Kalau kau mau berbuat sesuatu kepadaku. Lakukan saja ... karena hal itu juga yang aku inginkan. Berakhir di ranjang bersamamu ..." Laura mengedipkan sebelah matanya dengan menggoda.
"Benarkah?" satu alis Magma terangkat naik. Dia ingin tahu, sebesar apa nyali Laura.
Paling kalau sudah di ajak ke kamar, Laura akan menolak dan ketakutan. Magma yakin itu.
"Kita ke kamar sekarang ..." ucap Magma dengan iris mata menatap lekat bola mata Laura.
"Kau pikir aku takut?"
Laura beranjak dari duduknya setelah mengambil tas di belakang tubuhnya. Ia berjalan keluar dari ruangan itu.
"Cih!!" Magma pun beranjak mengikuti Laura.
Mereka pergi untuk mencari hotel di dekat Restaurant. Ketika mendapatkannya, mereka langsung memesan satu kamar.
Laura membuka pintu kamar di ikuti Magma dari belakang. Ia menyimpan tas nya di meja lalu duduk di ranjang dengan menyilangkan kaki membuat paha mulusnya terpampang nyata di depan Magma.
Magma masih berdiri dengan memasukan kedua tangan nya ke saku.
"Kulit dari De Willson bukankah haram kau sentuh Tuan ... tapi sepertinya sekarang sudah tidak lagi ..."
Laura tersenyum miring dengan mata kucingnya yang menatap tajam Magma. Pikiran Magma, Laura akan takut ternyata salah besar.
Perempuan itu justru malah membuka dress nya dan sekarang dia hanya memakai bra dan celana d*lam saja.
"Kemari ..." Laura memanggil dengan melentikkan jari tangan nya.
Magma terdiam. Dia sedang berpikir, harus mendekati Laura atau tidak.
"Ayolah ... bukan kah kau yang ragu kalau aku masih virg*n? tidak mau mencoba? perempuan yang terlihat baik menjual harga dirinya ketika umurnya di bawah dua puluh tahun, kau akan kaget jika menemukan perempuan di atas dua puluh lima tahun masih virg*n sepertiku ..."
"Perempuan yang lain aku bayar dengan harga tinggi. Bagaimana jika aku tidak membayarmu, bukankah itu merendahkan harga dirimu sendiri Nona L?" ucap Magma.
"Tentu tidak. Mereka di bayar dan berhenti berhubungan denganmu setelahnya. Tapi aku? jangan harap kau bisa lepas dari gangguanku Tuan. Gangguan dariku dalah bayaran darimu Tuan Magma Mahavir ..."
"Perempuan mana yang berani mengganggumu selain aku?" Laura menarik ujung bibirnya tersenyum.
Magma mengepalkan tangannya diam-diam di saku celana. Dan dia memilih keluar dari kamar tersebut karena enggan menyentuh tubuh Laura.
Laura memudarkan senyumnya dan berteriak. "KAU MAU KEMANA MAGMA ..."
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Hary
dasar dungu...!!!
2025-02-27
1
Upin Ipin
iya keluar😂😂
2024-04-19
0
Mr.VANO
laura ceplaan dr miwa,yg mengejar laki laki,
2022-06-12
1