Setelah sarapan bersama Yura dan Winter di rumah Benjamin. Magma pergi ke perusahaan, ia duduk di kursi kebesarannya dengan Lail berdiri di depannya.
"Kita tidak bisa mengganti model, Tuan. Laura sudah cukup bagus menjadi brand ambassador untuk teknik marketing perusahaan kita. Fans nya sangat banyak di sini, mereka selalu mengikuti apa yang Laura pakai. Saya mengerti masalah anda dengan dia, Tuan."
"Tapi akan lebih baik jika kita bersikap profesional tentang pekerjaan."
Magma mengusap wajahnya gusar. Sungguh, alasan Laura menyebarkan nomornya hanya untuk main-main saja benar-benar menyebalkan, dia sampai harus tiga kali ganti nomor.
Kalau saja Laura tidak masuk dalam keluarga De Willson, sudah di habisi oleh Magma kemarin malam.
"Baiklah, dia tetap menjadi model kita."
Lail mengangguk dengan senyum tipis di wajahnya kemudian ia keluar dari ruangan.
*
Sore harinya ada pembuatan iklan tas yang di rancang langsung oleh Mahavir group. Para MUA dan photografer sudah siap sedia di ruangan khusus untuk menunggu Laura datang.
Magma duduk di dekat kameraman sambil merokok. Lail duduk di pojokan sambil berbincang tentang tema iklan yang akan di buat hari ini.
Pintu terbuka memperlihatkan satu perempuan asli dan satu perempuan buatan. Laura memakai mantel panjang sampai lutut, penampilannya benar-benar tertutup, ia mengancingi mantelnya membuat tidak ada celah di badan Laura yang terlihat, kecuali betisnya saja.
Sedangkan si perempuan buatan atau Jeni, dia memakai kemeja putih dan celana panjang, rambutnya memakai Wig pendek dengan polesan make up di wajahnya, Jeni juga memakai heels dan membawa tas berwarna hitam di tangannya.
Laura berjalan menghampiri Magma.
"Syuting sekarang?"
Magma mengangguk kemudian mematikan rokoknya di asbak. Ia berdiri dan berbalik menatap Laura.
"Ganti bajumu, kita tidak punya waktu lagi untuk menunggumu ..."
"Aku pikir, perusahaan mu yang membutuhkan ku, bukan aku yang membutuhkan kerjaan ini!" sahut Laura dengan tersenyum kecut membuat Magma menghela nafas kasar dengan iris mata menatap tajam Laura.
Perusahaannya seperti sedang di rendahkan oleh Laura hanya karena dia seorang model terkenal.
Sungguh, melihat wajah Laura ia selalu kesal perihal nomornya yang di sebarkan. Di sisi lain, Laura sangat penting bagi kerjaannya karena dia model terkenal yang fans nya sangat banyak di Indonesia.
Fans Laura sering di sebut fans bar-bar, karena mereka mengidolakan Laura mati-matian. Apapun yang Laura pakai selalu di ikuti, siapapun yang bermasalah dengan Laura akan di bully habis-habisan di media sosial.
Wajah Laura memang sangat cantik, tubuhnya juga sangat bagus dan outfit nya yang mahal selalu di tiru orang-orang. Wajar, Laura selalu jadi panutan mereka.
Hal itu sangat untung untuk perusahaan Magma.
"Cepat ganti bajumu!" Magma berbicara di sela-sela giginya yang menggertak kesal. Tangan nya diam-diam mengepal.
Laura melukis senyuman di wajahnya, senyuman masam yang berbeda disaat Magma pertama kali bertemu dengan Laura di apartemen. Saat di apartemen Laura terlihat sedikit ramah.
Laura membuka kancingnya satu persatu dengan mata tak henti menatap Magma di depannya.
Semua orang hanya diam memperhatikan Laura sampai akhirnya.
"Aisshhh!!"
"Astaga ..."
"Waduh ..."
Semua orang langsung memalingkan wajahnya melihat penampilan asli Laura yang tersembunyi di balik mantel. Bagaimana tidak, penampilan luarnya saja tertutup, ternyata di balik mantel nya Laura memakai cross wrap top dengan model off shoulder warna putih dengan bawahan rok mini berwarna hitam dengan nuansa monokrom.
Outfit ini terlihat sangat sexy karena membuat bahu mulus model terkenal itu terpampang nyata apalagi baju nya yang ketat itu membuat belahan dada nya turut mengintip.
Aura kes*ksian Laura semakin terpancar dengan rambut Curly yang terurai panjang.
Laura melangkah satu langkah lebih dekat kepada Magma kala pria itu juga ikut-ikutan memalingkan wajah darinya seperti yang lain.
Jeni hanya tersenyum miring dengan tangan bersedekap dada. Dia sudah biasa melihat Laura s*xy seperti itu.
Laura mendekatkan bibirnya tepat di telinga Magma. Magma bisa merasakan hembusan nafas model cantik itu di telinga nya. Laura berbisik.
"Jangan so suci, Tuan M. Melihatku memalingkan wajah, tapi setiap malam kau menelanj*ngi perempuan virg*n di klab! Mu-na-fik!!"
Magma memejamkan mata apalagi ketika selesai bicara Laura malah meniup telinga Magma membuat tubuhnya seperti tersengat listrik.
Magma berusaha menahan kekesalannya dan juga g*irah yang muncul tiba-tiba. Baru kali ini ada perempuan yang berani memancing g*irah nya untuk bangkit di depan orang banyak.
Laura bersedekap dada dengan tersenyum miring seakan tidak berdosa melakukan hal itu.
"Mulai syuting sekarang," pekik Magma lalu keluar dari ruangan tersebut dengan membanting pintu.
Semua orang menoleh heran menatap kepergian Magma.
"Aku akan syuting dengan pakaianku seperti ini. Siapapun tidak boleh protes!" teriak Laura lalu berjalan menuju green screen di depannya.
Para kru saling menoleh, tapi mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka juga bekerja untuk Magma.
Syuting iklan produk dari Mahavir group pun di mulai. Laura sudah pintar bergaya di depan camera dan juga mengikuti alur yang susah di tentukan, membuat pembuatan iklan berlangsung tidak lama.
*
Magma dengan kesal membuka pintu ruangan nya, ia duduk di kursi kebesarannya dengan menghela nafas panjang lalu mengeluarkannya perlahan.
S*al, haruskah ia mencari perempuan virg*n sore-sore begini karena Laura yang membangkitkan g*irah nya.
Nafasnya terlihat menggebu-gebu, ia menatap langit-langit ruangan dengan menetralisir amarah dan ga*rah di waktu bersamaan.
"Perempuan itu, kenapa berani sekali bersikap seperti itu kepadaku!! dia benar-benar memancing emosiku!!"
Pintu ruangan tiba-tiba terbuka. Ia pikir Lail, ternyata Laura. Dia berjalan dengan pinggang modelnya menghampiri meja Magma.
Magma langsung memalingkan wajahnya seraya mendengus kasar.
Masalahnya, Laura adalah sepupu Winter, adik iparnya sendiri. Ia tidak bisa berbuat jahat kepada Laura atau Yura akan marah dengan dirinya.
Keluarga De Willson benar-benar di halangi oleh tangan Yura. Sampai-sampai Magma tidak bisa berkutik ketika salah satu keturunan De Willson membuat ulah, seperti Laura sekarang.
Laura membungkukan badan, menopang tubuhnya dengan kedua tangan di meja.
"G*irahmu baik-baik saja, Tuan M?"
Magma diam tidak menjawab ataupun menoleh. Tangan Yura kemudian terulur membuka satu kancing baju Magma. Jarak mereka hanya di batasi oleh meja kerja pria itu.
Magma memejamkan mata, berusaha menetralisir amarahnya tapi sayang, tidak bisa.
Pria itu segera beranjak dari duduknya dengan kesal, ia mendekati Laura dan langsung mencekik leher perempuan itu, mendorongnya sampai ke dinding.
Magma bicara penuh penekanan di sela-sela giginya yang saling menggertak marah. Laura terlihat santai karena Magma mencekiknya tidak terlalu kuat juga.
"Aku diam karena kau keturunan De Willson ... tapi bukan berarti, kau bisa bersikap semaumu!! Jaga sikapmu Nona L atau aku akan menerkam mu sekarang juga!!"
Magma mendorong kepala Laura sampai perempuan itu terbentur ke dinding. Tapi tidak terlalu kuat.
Laura bak orang gila, bukannya takut dengan ancaman Magma, dia malah tersenyum miring. Lalu melangkah lebih dekat kepada Magma.
"Bagaimana kalau ternyata aku memang ingin di terkam olehmu ..." kata Laura dengan tersenyum miring tepat di depan wajah Magma sampai membuat hidung mereka bersentuhan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Dam Dyy
h kok yura
2023-06-24
0
Dam Dyy
huu suka thor 😩
2023-06-24
0
ulus imla
hadeeh mirip emak nya ya
Bar bar bgt
2022-07-28
0