Laura tiduran di paha Nathan, setelah di tinggalkan Magma, perempuan itu langsumg menelpon Nathan dan yang lain.
Mereka sedang berada di klab. Ada Lalita dan juga Nala di sana. Mereka memang sering kumpul berempat, tidak mungkin mengajak si musim dingin karena pria itu dari dulu sulit di ajak kumpul bersama, Summer juga jarang kumpul bersama mereka karena dari dulu tinggal di Italy dan pulang ke Indonesia tidak lama langsung menikah.
"Dari banyaknya pria di hidupmu, kenapa harus Magma sih. Mana dia sudah tua, Laura!" pekik Nala tak habis pikir.
"Iya, kalau Dad tau pasti marah besar. Dad melarang kita berhubungan dengan mafia, La!" sambung Lalita.
Nathan menatap Laura yang tiduran di pahanya. Perempuan itu tidak menjawab sama sekali, malah memejamkan mata dengan tangan bersedekap dada. Nathan tahu Laura tidak tidur.
"Jawab!" ucap Nathan sambil mengetuk-ngetuk kening Laura dengan jari telunjuknya.
Kemudian Laura berdecak. "Diamlah, kalian tidak akan mengerti! cinta tidak memandang usia ataupun status!!" sahut Laura tanpa membuka matanya.
"Tapi kau sampai mengajak dia ke kamar, itu sudah keterlaluan Laura, dimana harga dirimu!!" kesal Lalita kembarannya.
"Harga diriku aman. Dia yang menantang ku ke kamar, dia juga yang pergi!" Laura menahan tawa nya.
"Kalau suatu saat kau benar-benar di tiduri olehnya, kau akan menyesal Laura ..." hardik Nathan.
Laura membuka matanya menatap Nathan yang juga merunduk menatapnya.
"Apa yang harus aku sesali? memang itu tujuanku, tidur dan kemudian punya anak bersama dia."
"Harusnya menikah dulu Laura ..." ucap Nala. "Baru tidur dan punya anak!"
"Pria yang satu ini sedikit sulit kalau menikah dulu ..."
Lalita hanya menunduk sambil menggelengkan kepala. Dia di suruh diam dengan tingkah Laura yang kelewatan.
*
Laura pulang lebih dulu dari klab sekitar pukul sebelas malam. Dia masuk ke mobilnya, menyalakan mobil dan ia pun pergi dari tempat klab.
Di jalan, saat lampu merah ia menyipitkan matanya melihat plat mobil Lamborghini di depannya, ia seperti kenal dengan plat nomor tersebut.
"Magma ..." gumamnya kemudian.
Lampu berubah menjadi hijau, semua mobil kembali melaju. Laura yang hendak pulang kini malah mengikuti mobil Magma dari belakang.
"Mau kemana dia malam-malam seperti ini ... ah, pasti klab lagi."
Laura terus mengikuti mobil Magma, hingga mobil pria itu berbelok menuju jalan ke kantor.
"Loh, untuk apa ke kantor malam-malam ..."
Laura berhenti beberapa meter dari mobil Magma. Ia membiarkan mobil Magma parkir dulu di halaman kantor, barulah ia kembali melajukan mobilnya setelah memastikan Magma masuk ke kantornya.
Mobil Laura berhenti tepat di samping mobil Magma. Buru-buru perempuan itu masuk ke kantor dengan setengah berlari.
Ia langsung masuk ke lift untuk menyusul Magma. Ketika pintu lift terbuka, ia keluar dan berjalan perlahan menuju ruangan Magma.
Pelan-pelan agar langkahnya tidak di ketahui pria itu. Sesekali ia celengak-celinguk mengawasi sekitarnya takut ada orang tiba-tiba atau mungkin ada Lail juga di kantor.
Laura sudah berdiri di depan pintu ruangan Magma. Ia perlahan memegang knop pintu dan dengan sangat hati-hati Laura membuka pintu tersebut sedikit untuk mengintip.
Matanya melebar ketika ia melihat ada perempuan yang tengah duduk di pangkuan Magma sambil berci*man.
BRAKH
Perempuan di pangkuan Magma sontak berdiri dan Magma segera mengancingi kembali celana nya setelah melihat Laura berdiri menatap tajam ke arahnya dengan nafas menggebu-gebu.
Pandangan Laura beralih ke arah perempuan yang berdiri di dekat Magma. Tangan nya sontak mengepal geram.
"Untuk apa kau berdiri di situ!! keluar!!" usir Magma setengah berteriak.
Bukannya keluar, Laura justru berjalan dengan amarah yang sudah sampai di ubun-ubun menghampiri perempuan tersebut.
Ia menjambak perempuan tersebut. "Berani sekali kau mengotori kantor ini!!"
"Aaarrgghhh ..." Perempuan tersebut memekik kesakitan.
Magma bukannya membantu, dia malah menonton. Karena menurut Magma perempuan itu datang untuk bekerja dengan dirinya, yaitu melayani dirinya malam-malam seperti ini dan juga di bayar olehnya.
Jadi kalau ada sesuatu yang terjadi, sesuai kesepakatan Magma tidak mau bertanggung jawab.
"Keluar kau dari sini jal*ng!!" Laura menarik rambut perempuan tersebut, menyeretnya keluar dari kantor.
"Lepaskan aku, hei itu sakit!!"
Laura mendorong perempuan itu lalu menutup pintu dengan keras. Sekarang giliran Magma.
Laura menoleh dengan tajam ke arah Magma. Magma sontak menautkan kedua alisnya.
Ketika Laura berjalan ke arahnya, Magma cukup tenang, tidak takut sama sekali. Tapi yang terjadi malah.
PLAK
"Apa kau ingin HIV beneran?!"
Magma sontak berdiri memegang ujung bibirnya. Ia menatap geram Laura, ia benar-benar tidak habis pikir kalau Laura berani menamparnya.
"Berani sekali kau menamparku!!"
Laura menunjuk wajah Magma. "Satu-satunya tempat yang sudah kau kotori dengan para jal*ng itu adalah klab, aku tidak suka kau mengotori kantor ini dengan jejak tubuh para jal*ng itu!!"
Magma mencekik dan mendorong leher Laura. "Ini kantorku!!" geram Magma di sela-sela gigi nya yang saling menggertak marah.
"Kau tidak ada hak untuk mengatur apapun di sini!! Kau bekerja untukku, jadi tunduklah dengan perintahku untuk tidak ikut campur masalah apapun, Laura!!"
Laura memegang tangan Magma di lehernya. Ia sedikit kesulitan bernafas sampai nafasnya tersenggal tapi tatapan dia tetap tidak melunak, marah dan tajam kepada pria itu.
"Aku tidak akan membiarkan para jal*ng itu mengotori tempat kerjaku!!" ucap Laura di sela-sela giginya yang merapat marah.
"Pecat aku kalau kau masih berhubungan dengan jal*ng di kantor ini!!"
Magma mendorong tubuh Laura sampai tersungkur ke sisi meja. Kemudian Magma tertawa jengkel.
"Apa kau merasa berlian untuk mahavir group? kau berpikir aku tidak berani memecatmu Nona L hm?"
"Kau di pec--"
"Video terkirim!" potong Laura seraya mengacungkan ponselnya yang di ambil dari dalam tas.
Laura tersenyum miring penuh kemenangan dengan satu alis terangkat naik.
Magma sontak mengambil ponsel Laura. "Jangan bercanda sial*n!!" Pekik Magma hendak membuka ponsel Laura tapi sayang, ponselnya memakai sidik jari dan juga password.
"LAURA!!" teriak Magma.
"Makannya, jangan macam-macam denganku ..." ucap Laura dengan tangan bersedekap dada.
"Tenang ... aku bercanda, video nya belum terkirim kemanapun. Tapi ..." Laura berjalan selangkah lebih dekat sampai wajah mereka hampir tidak ada jarak.
"Kalau kau berani berbuat seperti tadi di kantor ini. Kau akan tanggung akibatnya, Tuan M. Bukan hanya video yang tersebar, akan aku pastikan perusahaan mu bangkrut seketika ..."
Setelah mengatakan itu Laura pergi dari kantor meninggalkan Magma yang frustasi bukan main. Ini kantornya, miliknya. Tapi seakan-akan Laura mengambil alih semuanya.
Pria itu hanya duduk dengan mengatur nafasnya seraya menatap langit-langit ruangan. Sudah gagal menyalurkan hasrat nya, eh pipinya malah di tampar.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Dam Dyy
magma itu nyalur girah ny itu juga gara2 si laura jdi nglmpias nfsu ny ke cwe lain
2023-06-24
0
ulus imla
cakep NONA L aku mendukung mu 💪
2022-07-28
0
lid
wkwkwkkwkw kapok lu magmah
2022-06-28
0