Magma memundurkan langkahnya ketika Laura bukannya sakit hati dengan ucapannya tapi malah menjawab 'Iya'.
"Kau sakit jiwa!" pekik Magma.
"Iya, sakit jiwa karena tergila-gila denganmu." Laura menggulum senyum di wajahnya dengan tangan bersedekap dada.
"Kenapa hm?" Laura berjalan selangkah demi selangkah mendekati Magma.
"Kenapa denganku kau berubah jadi seekor kucing? tidak berani menerkammu Tuan M?" Laura membelai pipi Magma dengan lembut.
Magma sontak menepis kasar tangan Laura. Matanya tajam dan berbicara penuh penekanan.
"Kulit dari keluarga De Willson haram aku sentuh!!"
Laura tertawa kecut mendengarnya. "Benarkah begitu Tuan M?" Tanya nya sambil mendekatkan wajahnya ke arah Magma.
"Kalau tubuhku haram di sentuh ..." Laura perlahan menyentuh dada pria itu dengan b*laian lembut.
"Biarkan aku yang menyentuh tubuhmu Tuan M. Aku akan membersihkan tubuhmu dari jejak perempuan virg*n yang sering kau tiduri ..." Laura tersenyum miring tepat di depan wajah Magma.
Magma tidak bisa mengartikan senyuman perempuan itu dengan matanya yang tajam seperti kucing marah.
Ketika tangan Laura hendak membuka kancing baju Magma, Magma segera menahan tangan nya.
"Enyahlah atau aku patahkan tangan modelmu ini!!"
"Cobalah Tuan M, tanganku patah maka Tuan Maxime Louis De Willson akan kembali menjadi mafia ..." ucap Laura dengan suara seakan menantang tanpa takut sedikitpun.
Magma langsung menghempaskan tangan Laura dengan kasar.
"Dengar ..." Dengan geram ia menunjuk wajah Laura.
"Kau beruntung karena bagian dari keluarga De Willson!! Seandainya tidak ada darah De Willson di tubuhmu, kau sudah mati Laura!!"
"Aku beruntung karena Yura adikmu, Tuan M." Laura kembali menyunggingkan senyumnya. "Jadi, jangan salahkan aku yang keturunan De Willson. Tapi karena Yura lah aku bisa mendekati mu ... seandainya adikmu tidak masuk keluarga De Willson kau pasti sudah berusaha membunuh kami semua ... Tapi sayangnya, Tuan Maxime lebih hebat darimu!! Grandpa ku selalu jadi yang terhebat!!"
Magma menarik leher Laura dengan kuat. "Aku benar-benar tidak mengerti dengan ucapanmu, model bod*h!! kau ingin memprovokasi aku dan kakek tua mu itu hah?"
"Tidak," sahut Laura dengan sedikit kesusahan bernafas karena cekikan Magma sedikit kuat di lehernya.
"Lalu apa tujuanmu mengangguku Laura!!" geram Magma.
"Me-menikah ..." ucap Laura terbata dengan wajah memerah.
Mendengar itu Magma langsung mendorong tubuh Laura sampai gadis itu mundur beberapa langkah dan segera mengatur nafasnya dengan menepuk-nepuk dada nya. Ia terbatuk sesekali.
Hal itu tidak membuat Laura takut toh ada Kakeknya yang akan membela nya kalau dia kenapa-kenapa dan juga ada Yura yang membuat Magma lemah.
"Aku tidak ada waktu untuk membahas hal konyol seperti itu!! hubunganku denganmu sebatas pekerjaan, lakukan kerjaanmu dengan profesional dan berhenti menganggu hidupku Nona L!!"
Magma berjalan keluar dari ruangan dengan membanting pintu membuat tubuh Laura terhentak kaget.
Laura menatap pintu tersebut. "Semakin mempesona saja kalau marah, cih ..." Laura tersenyum.
*
Malamnya Magma baru selesai olahraga dengan perempuan virg*n di klab. Ia merebahkan dirinya di kasur dengan selimut menutupi setengah tubuhnya.
Perempuan yang melayaninya sudah pergi dari kamar meninggalkan dirinya seorang diri yang hendak tidur.
"Tuan ...!!"
Magma membuka matanya kembali kala mendengar suara pintu yang di buka dengan keras. Lail, berdiri di dekat pintu dengan wajah panik.
Magma menarik dirinya untuk duduk. "Kenapa?"
Lail dengan ragu-ragu berjalan mendekati Magma dengan menunduk membuat Magma bingung.
"Ada apa?" ulang Magma.
Dengan gemetar Lail memberikan sebuah map kepada Magma. Magma mengambil dan membukanya.
Hasil tes kesehatan di salah satu Rumah Sakit. Hasil tes darah dengan nama Susi mengidap penyakit HIV menular. Susi adalah perempuan yang baru saja tidur dengan Magma.
Magma sontak melebarkan matanya lalu menatap Lail.
"Dia HIV?" tanya Magma dengan nada tidak percaya.
Lail mengangguk pasrah. Pasrah jika setelah ini ia harus di hukum oleh Magma.
"Lail kau--"
"Tuan maaf ..." Lail langsung bersimpuh di bawah ranjang dengan merapatkan kedua tangan nya untuk memohon ampun kepada Tuan nya.
"Dokter yang salah mendiagnosis penyakit, ada dua nama Susi ketika tes darah. Dan ternyata data nya tertukar Tuan ..."
Magma langsung mengacak-ngacak rambutnya frustasi dengan mendesis kesal pasalnya HIV bisa menular dengan berhubungan badan.
"Itulah kenapa punya bat*ng jangan celup sana celup sini ..."
Mereka langsung menoleh ke arah suara, Laura berjalan masuk ke kamar dengan tangan bersedekap dada. Ia menatap Magma dengan senyuman meledek.
"Enak? bagaimana kalau ternyata kau juga HIV nanti?"
Magma mengepalkan tangannya dengan amarah memuncak. Kenapa Laura suka sekali ikut campur dengan masalahnya.
"Ini bukan urusanmu Laura!!"
"Lail, keluarlah aku ingin bicara dengannya ..." titah Laura.
Lail sempat menatap Magma dan Magma mengangguk mengizinkan.
Laura menatap kepergian Lail dengan sinis lalu berjalan menuju ranjang. Ketika berada di samping ranjang, Laura mengambil kain yang ada di dalam tasnya.
Magma diam memperhatikan, mau apalagi perempuan itu.
Laura menyimpan kain itu di atas ranjang lalu ia duduk di atas kain tersebut.
"Maaf, kulitku gatal kalau duduk di seprai bekas perempuan rendahan ..." Laura berkata seperti itu untuk perempuan virg*n yang rela menjual harga dirinya kepada Magma.
"Kau tidak termasuk perempuan rendahan juga Nona L?" ucapan Magma terkesan meremehkan Laura. Tatapannya dari ujung rambut sampai ujung kaki Laura seakan tatapan ragu jika Laura masih virg*n.
Laura tersenyum miring menatap Magma. "Bahkan harta keluarga De Willson tidak mampu membeli harga diriku Tuan ... aku masih virg*n ..."
"Oh iya?" satu alis Magma terangkat naik. "Aku akan mencobanya kalau begitu ..."
"Maaf, mungkin virus HIV mu sudah menyebar sekarang ..."
Magma tertawa kecut. "Aku bukan orang bodoh Nona L ... kau yang merencanakan ini semua dan menukar data Pasien di Rumah Sakit itu kan ..."
Bukan kaget dengan tebakan Magma yang benar, Laura justru malah tertawa dengan bertepuk tangan sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali.
"Hebat ... hebat sekali ..." teriak Laura di sela-sela tawa nya.
Laura kemudian mendekatkan wajahnya ke arah Magma. "Itu yang aku suka darimu ... tebakanmu tidak pernah meleset Tuan M."
"Dengar Laura, kau tidak jauh rendahan dengan perempuan yang tidur di kamar ini bersamaku!!"
"Kau benar Tuan M. Aku menjadi wanita rendahan setelah mengenalmu. Harga diriku yang mahal jatuh ketika berada di dekat pria pemain wanita sepertimu ...!!"
"Dia sudah sangat kotor dan rendahan bukan? karena celup sana celup sini, uppss!!" Laura menatap bagian bawah tubuh Magma yang tertutup selimut.
Magma menghela nafas kasar, kenapa Laura pintar sekali berdebat dengan dirinya. Ingin sekali membuat perempuan itu sakit hati dengan ucapannya tapi Laura selalu bisa menjawab.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Arin
sy kpngin bngt klo orng yg kaya teh Sariwangi sperti ini klo udh ktmu pemeran cwenya itunya gmau bngun lagi klo mau gituan lagi sama cwe malem biar tau rsa
2022-07-27
1
lovely
gua rasa c Laura sma2 murahan ngapain ngejar2 cowok murahan macam magma yg rukang clup sana sini mnjijikan sekali 😠🥵
2022-07-07
0
lid
batang jaga magmah jangan kek teh celup🤭🤭🤭
2022-06-27
0