Episode 10 - Keceriaan Yang Telah Kembali

Kalau dipikir-pikir, perasaan aku tidak pernah memasak untuk orang lain selain mantan pacarku dulu. Semoga saja ibunya yang sedang sakit itu akan merasa lebih enakkan setelah makan soto ini.

Sambil berjalan bersama Bianca menuju ruangan di mana Hanna Spanner berada. Hengki ingat jika dirinya sangat jarang melayani orang lain selain pacarnya dulu. Oleh karena itu dirinya saat ini merasa cukup gugup, khawatir kalau ibunya Minna akan merasa tidak cocok dengan makanan yang telah dibuat Hengki.

Hengki berjalan di sebelah Bianca. Ketika hari akan malam dirinya tampak masih kagum dengan arsitektur kastel milik Zeno ini. Koridornya yang panjang menandakan bahwa kastel ini sangat besar.

Melihat Bianca yang dari awal menggenggam kedua tangannya terus, sambil menatap ke arah Hengki dengan tatapan yang cukup aneh dan mencurigakan. Membuat Hengki bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan olehnya.

"Ada apa? Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Hengki sambil membalas tatapan Bianca.

Sadar bahwa tatapannya mengundang tanda tanya bagi Hengki. Bianca lalu menjawab. "Bagaimana seorang pria sepertimu bisa memasak hidangan dengan sangat baik."

Ternyata selama ini Bianca merasa heran dengan keahlian Hengki. Menurutnya sangat jarang bahkan tidak pernah ia lihat ada pria yang cukup pandai dalam memasak selain Hengki.

"Dunia kita sepertinya memang berbeda. Di tempatku malahan biasanya koki yang terkenal rata-rata adalah seorang pria, jadi wajar kalau laki-laki itu banyak yang pintar masak." jawab Hengki.

Bianca cukup terkejut dengan jawaban Hengki. Ia merasakan rasa lega yang selama ini tidak pernah dirasakannya.

"Kalau begitu, apakah tidak apa-apa jika seorang wanita tidak bisa memasak?" tanya Bianca dengan rasa penuh harap.

Mendengar pertanyaannya dan juga melihat ekspresinya. Hengki berasumsi jika wanita yang sedang menuntunnya ini tidak bisa memasak.

"Wanita itu biasanya memasak untuk pasangannya kan. Tapi kalau si pria bisa masak sendiri, yah... buat apa bisa masak kecuali jika si pria itu misalkan sibuk yang membuatnya tidak ada waktu untuk masak sendiri, maka mungkin si wanita wajib bisa masak untuk pasangannya walaupun tidak harus ahli juga." jawab Hengki.

Umm... Kalau begitu, aku harus mencari pasangan yang bisa masak sendiri dan juga tidak sibuk.

Bianca kemudian langsung menyimpulkan sendiri jawaban yang diberikan oleh Hengki.

"Apa kamu tidak bisa masak?" tanya Hengki.

Bianca tidak menjawab pertanyaan Hengki. Tapi dilihat dari ekspresi dan reaksinya setelah ditanya seperti itu juga sebenarnya sudah menjawab kalau wanita ini tidak bisa masak.

Bukannya aneh ya kalau pelayan tidak bisa masak sama sekali? pikir Hengki.

\===========

Di ruang kamar yang terlihat sangat mewah tampak terbaring seorang wanita yang begitu menawan sedang berbincang dengan seorang anak kecil. Wajahnya yang menawan tampak sangatlah pucat, Ia mengalami demam yang sangat tinggi dan juga kehilangan nafsu makannya akibat sakit yang ia derita.

"Aku benar-benar minta maaf Mama. Makanan yang dikasih oleh pendeta dari Paleohara untuk Mama telah habis dimakan oleh kakak yang membantu paman Bobs." Minna tampak sangat sedih ketika berbincang dengan wanita di depannya. Dari tadi ia terus-terusan meminta maaf.

"Tidak apa-apa sayang. Mama juga tidak begitu suka dengan makanan dari kuil itu. Makanan yang ada di kuil rata-rata hambar, melihatnya saja sudah membuat nafsu makan mama langsung hilang," jawabnya sambil mengelus kepala Minna.

Wanita itu ternyata adalah orang yang sedang dicari oleh Hengki. Ibunya Minna, Hanna Spanner atau Duchess Hanna, orang paling penting ke-2 di Wilayah ini.

"Jadi Mama tidak suka dengan makanan dari kuil, tapi pak pendeta bilang makanan itu akan membuat umur Mama jadi semakin panjang," ucap Minna dengan sangat polosnya.

"Tenang saja sayang. Tanpa makan makanan itu pun Mama pasti berumur panjang kok, Mama akan temani kamu sampai kamu menikah waktu dewasa nanti. Mama Janji."

Hanna kemudian memeluk Minna.

"Oh iya, katanya kakak yang tadi kamu sebut lagi masak buat mama yah?" tanya Hanna ketika sedang memeluk anaknya.

"Iya, katanya kakak itu jago masak. Malahan dia bilang mama pasti akan sangat suka dengan masakannya." jawab Minna.

Mendengar jawaban anaknya membuat Hanna tersenyum.

Karena penyakit ini aku kehilangan nafsu makanku. Semua makanan yang biasa aku makan tiba-tiba terasa hambar di mulut. Tapi untuk menghargai usahanya karena telah capek-capek masak untukku mungkin aku bisa sedikit berbohong mengenai rasa dari masakannya.

Karena penyakit yang sedang dideritanya, Hanna menjadi kehilangan nafsu makan. Bahkan sesekali saat di tengah malam dirinya selalu merasa mual dan muntah. Namun, untuk menghargai usaha yang telah dilakukan oleh anak muda yang sedang membuat makanan untuknya. Hanna berpikir untuk sedikit berbohong kalau makanan yang dibuatnya itu enak.

Tok! Tok! Tok!

Terdengar suara ketukan pintu.

"Silakan masuk. Uhuk... Uhuk...."

Mendengar suara ketukan, Hanna lantas mempersilahkan orang itu untuk masuk.

Ketika pintu terbuka, tampak 2 orang menghampirinya. Ia adalah Bianca dan juga didampingi anak muda yang sedang membawa mangkuk makanan.

"Nyonya, makan malam anda sudah siap," ucap Bianca sambil menunduk ke arah Hanna.

"Wah aku sudah tidak sabar memakannya. Terima kasih karena sudah memasak untukku."

Hanna mengucapkan rasa terima kasihnya sambil tersenyum ke arah Hengki.

"Ini bukan apa-apa tante. Lagi pula saya memasak ini adalah untuk memenuhi janji saya karena telah makan makanan yang seharusnya dimakan oleh tante," balas Hengki.

Hengki kemudian menjawabnya dengan sangat rendah hati, niatnya. Tetapi ketika mendengar jawaban Hengki, Bianca merasa heran karena Hengki malah memanggilnya tante. Ketika Hengki menyebutnya tante Bianca yang sedang menunduk lantas melirik Hengki dengan tatapan tajam.

Ta-tante..., Sambil tersenyum Hanna menyembunyikan rasa kagetnya setelah dipanggil tante.

Hengki lalu memberikan soto ayam yang telah ia buat kepada Hanna.

Sesaat setelah menerima hidangannya. Hanna langsung kaget dengan aroma dari sup ini, aromanya sangat asing tapi begitu menggoda padahal dirinya sedang pilek yang otomatis membuat penciumannya tidak begitu baik.

"Aromanya sangat aneh tapi begitu menggoda, saya tidak pernah melihat sup seperti ini sebelumnya. Kalau boleh tahu apa nama sup ini?" tanya Hanna dengan sangat penasaran.

"Ini namanya soto ayam, saya sengaja memasaknya karena hidangan ini sangat cocok untuk orang yang sedang sakit seperti tante sekarang," jawab Hengki menjelaskan makanan apa yang telah ia buat.

"Jangan memanggilnya tante...," bisik Bianca kepada Hengki.

Bianca merasa risi karena dari tadi Hengki terus memanggil majikannya dengan sebutan tante.

Hengki kemudian meresponsnya dengan mengangkat kedua bahu dan juga mengerutkan alisnya, gesturnya mengatakan 'kenapa tidak boleh?'.

"Saya makan yah."

Hanna lalu mengambil sendoknya dan mencicipi kuahnya terlebih dahulu.

Terbelalak!!

Matanya langsung terbuka lebar, rasa hambar yang selama ini ia rasakan tidak berpengaruh terhadap hidangan yang di masak oleh Hengki.

"Wah...! Apa ini!? Saya tidak pernah makan sup seenak ini!?"

Slurp! Slurp! Slurp!

Dengan nada terkejur Hanna berkata jika ia tidak pernah makan sup seenak ini seumur hidupnya. Ia lantas melahap makanan yang bernama soto ayam itu dengan sangat lahap.

\===========

"Ke depannya kita harus lebih berhati-hati, Roderick," ucap Zeno.

"Siap tuan, saya akan berusaha sebaik mungkin," jawabnya.

Tampaknya Zeno dan Roderick belum selesai berdiskusi.

"Tampaknya hari sudah ma-"

Uhuk! Uhuk! Uhuk!

Ditengah-tengah obrolannya tiba-tiba terdengar suara batuk yang sangat keras di arah kamar Zeno dan hanna. Sontak mereka kaget dan dengan cepat lari ke arah pintu kamar itu berada.

"Nyonya, tolong pelan-pelan saja!"

"Mama! Jangan makan seperti itu?"

Pelan-pelan? Makan? Apa yang terjadi? Apa istriku telah diracun?

Ketika mereka sudah dekat, terdengar suara pelayan dan anaknya Minna sedang menyuruh istrinya supaya pelan-pelan dan jangan makan seperti itu. Perkataan itu sontak membuat Zeno menjadi lebih panik.

BRAK!!!

Zeno kemudian membuka pintu kamarnya dengan sangat kencang.

"Apa yang terjadi!?"

Tanya Zeno dengan nada yang membentak.

Melihat situasi sekitar, matanya lalu tertuju ke arah Hengki. Zeno tanpa pikir panjang menuduh istrinya telah diracun oleh Hengki.

"Apa yang telah kau perbuat kepada istriku, bajingan!?"

Zeno dengan cepat menghampiri Hengki dan membentaknya.

Uhuk! Uhuk! Uhuk!

Tiba-tiba suara batuk itu terdengar lagi.

Zeno lantas melihat ke arah istrinya dan ternyata tidak terjadi gejala kalau istrinya telah diracun.

"Jangan panik begitu sayang, aku hanya tersedak," ucap Hanna.

"Makanan yang dibuat kakak ini katanya benar-benar lezat papah, aku saja tadi tergoda dengan aromanya. Aku jadi ingin makan soto ayam buatan kakak juga." lanjut Minna.

Tampaknya Zeno dan Roderick telah salah sangka. Yah, sebenarnya wajar juga mereka salah sangka kepada Hengki karena situasi akhir-akhir ini cukup berbahaya apalagi untuk keluarga bangsawan seperti Spanner.

Namun, beruntung ketika Zeno menuduh Hengki telah berbuat yang tidak-tidak kepada istrinya. Hengki tidak balik marah karena pada saat itu suasana hatinya sangat baik karena melihat masakannya di makan dengan oleh lahap oleh Hanna.

"Apa sebegitu lezatnya sampai-sampai kamu makan hingga tersedak?" tanya Zeno kepada istrinya.

"Iya, kamu harus mencobanya juga sayang. Tapi kamu tidak boleh meminta punyaku," jawab Hanna.

Zeno sangat senang dan juga terharu melihat istrinya kembali ceria. Ceria yang sesungguhnya bukan keceriaan palsu yang selama ini ditunjukkan oleh istrinya.

"Maafkan saya Nak Hengki, saya hanya merasa khawatir karena akhir-akhir ini situasi sedang tidak baik-baik saja untuk keluargaku. Jadi saya dengan gampangnya salah paham kepadamu."

Zeno tampak sangat menyesal karena telah menuduh Hengki.

"Kalem paman, santai saja," jawabnya.

"Terima kasih." ucap Zeno sambil memegangi kedua pundak Hengki.

Zeno kemudian mengucapkan terima kasih kepada Hengki. Dan Hengki sadar meskipun dirinya tidak begitu peka orangnya tapi ia tahu jika kata terima kasih yang dikatakan oleh Zeno adalah sebuah ungkapan yang sangat dalam. Ungkapan yang membuat Zeno terbebas dari rasa sedih yang selama ini ia pendam ketika melihat istrinya yang selalu pura-pura ceria dan anaknya yang selalu dalam ancaman.

"Sama-sama paman. Tapi maaf, saya tidak bisa membuat hidangan lagi untuk anda. Karena besok saya mungkin akan menghilang dari sini," ucap Hengki.

Mendengar perkataannya kalau ia akan pergi, membuat semua orang yang berada di ruangan itu merasa sangat menyangkannya.

Roderick merasa kagum ketika Hengki mampu memprediksi apa yang akan terjadi dengan kerajaan ke depannya.

Minna tidak pernah memiliki hubungan dengan pria seumuran Hengki sebelumnya. Tadinya ia berharap jika Hengki mungkin bisa menjadi menjadi seorang kakak yang akan menemani dirinya, apalagi selama ini Minna selalu main sendiri karena telah menjadi anak tunggal di keluarga Spanner saat ini.

Bianca tadinya berharap kalau Hengki bisa dipakai untuk mengajar dirinya cara memasak yang baik dan benar.

Sedangkan Hanna ingin terus merasakan makanan buatan Hengki.

"Kalau kamu harus pergi, maka kita tidak berhak memaksa kamu untuk tinggal. Tapi saat ini hari sudah malam dan penginapan juga sangat jauh. Jadi bagaimana untuk malam ini kamu tinggal di kastelku saja?"

Zeno kemudian menawarkan Hengki untuk menginap di kastelnya.

"Apa boleh?"

Hengki lalu bertanya, karena takutnya tawaran Zeno hanyalah sebuah basa-basi belaka.

"Anggap saja permintaan maafku." jawab Zeno.

Ternyata tawarannya bukanlah basa-basi.

"Terima kasih banyak kalau begitu."

Terpopuler

Comments

Luthfy

Luthfy

apa hengki bakal dianggap sebagai anak angkat/kaka minna? hmn

2022-08-15

3

Luthfy

Luthfy

BTW masakan yang di buat hengki non MSG ga ya? hmm

2022-08-15

3

Luthfy

Luthfy

jangankann koki, dokter yang ngurusin ibu hamil/melahirkan aja kebanyakan laki-laki

2022-08-15

3

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 - Rutinitas
2 Episode 2 - Mimpi Yang Membingungkan
3 Episode 3 - Setelah Sekian Lama
4 Episode 4 - Bobs. Kendalikan Emosimu
5 Episode 5 - Ksatria Sejati
6 Episode 6 - Namaku Hengki Tantama
7 Episode 7 - Prediksi Masa Depan
8 Episode 8 - Tampan Tetapi Kejam
9 Episode 9 - Soto Ayam
10 Episode 10 - Keceriaan Yang Telah Kembali
11 Episode 11 - Masih Di sini
12 Episode 12 - Surat Permohonan
13 Episode 13 - Keramaian
14 Episode 14 - Sang Mata Elang
15 Episode 15 - Penghakiman Yang Tidak Sempurna
16 Episode 16 - Janji Sang Terdahulu
17 Episode 17 - Kastel Naupaktos
18 Episode 18 - Reuni Singkat 2 Legenda
19 Episode 19 - Persiapan Berlayar
20 Daftar Wilayah
21 Episode 20 - Tak Tahu Diri
22 Episode 21 - Mobilisasi Pasukan
23 Episode 22 - Yang Tersisa
24 Episode 23 - Persiapan
25 Episode 24 - 2 Panglima Pemula
26 Episode 25 - Thriller
27 Episode 26 - Avis
28 Episode 27 - Gelombang I
29 Episode 28 - Benedict
30 Episode 29 - Sebelum Memulai Kembali
31 Episode 30 - Kublai Khan + Pengumuman
32 Episode 31 - Antara Pesimis & Optimis
33 Episode 32 - Permulaan Gelombang II
34 Episode 33 - Bidik & Lepaskan
35 Episode 34 - Who Is Really Being Threatened?
36 Episode 35 - Hutan Membara
37 Episode 36 - Nullum Consilium est Perfectum
38 Episode 37 - Darah
39 Episode 38 - Kemenangan Benedict
40 Episode 39 - Awal Kisah Untuk Hengki
41 Episode 40 - Tersanjung
42 Episode 40.1 - Kenangan Buruk
43 Episode 41 - Berlebihan
44 Episode 41.1 - Gambaran Stabia
45 Episode 41.2 - Curahan Hati Ajax
46 Episode 42 - Mindset
47 Episode 43 - Tanda Awal Perubahan
48 Episode 44 - Elliot Lascaris
49 Episode 44.1 - William Artemis
50 Episode 44.2 - Awal Mahakarya
51 Episode 45 - New Journey Begins
52 Episode 45.1 - Kemarahan Ajax
53 Episode 45.2 - Ajax, Pasukannya dan Dendam Rakyat Stabia (1)
54 Episode 46 - Jan, Pasukannya dan Dendam Kapten Alfred (2)
55 Episode 46.1 - Jan, German dan Dendamnya Masing-Masing (1)
56 Episode 46.2 - Jan, German dan Dendamnya Masing-Masing (2)
57 Episode 47 - Situasi Terkini Di Tempat Lain
58 Episode 47.1 - Jan, Mimpinya & Penyelamatan Hengki
59 Episode 47.2 - Hengki, Kesempatan & Tekad Jan
60 Episode 48 - Kesedihan Dan Kesenangan
61 Episode 48.1 - Belum Usai
62 Episode 48.2 - Dilema William
63 Episode 49 - Percikan Awal
64 Episode 49.1 - Hari Pertama Setelah Tumbangnya German
65 Episode 49.2 - Pendekatan Dengan Jan
66 Episode 50 - Semuanya Butuh Pertolongan
67 Episode 50.1 - Beringas
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Episode 1 - Rutinitas
2
Episode 2 - Mimpi Yang Membingungkan
3
Episode 3 - Setelah Sekian Lama
4
Episode 4 - Bobs. Kendalikan Emosimu
5
Episode 5 - Ksatria Sejati
6
Episode 6 - Namaku Hengki Tantama
7
Episode 7 - Prediksi Masa Depan
8
Episode 8 - Tampan Tetapi Kejam
9
Episode 9 - Soto Ayam
10
Episode 10 - Keceriaan Yang Telah Kembali
11
Episode 11 - Masih Di sini
12
Episode 12 - Surat Permohonan
13
Episode 13 - Keramaian
14
Episode 14 - Sang Mata Elang
15
Episode 15 - Penghakiman Yang Tidak Sempurna
16
Episode 16 - Janji Sang Terdahulu
17
Episode 17 - Kastel Naupaktos
18
Episode 18 - Reuni Singkat 2 Legenda
19
Episode 19 - Persiapan Berlayar
20
Daftar Wilayah
21
Episode 20 - Tak Tahu Diri
22
Episode 21 - Mobilisasi Pasukan
23
Episode 22 - Yang Tersisa
24
Episode 23 - Persiapan
25
Episode 24 - 2 Panglima Pemula
26
Episode 25 - Thriller
27
Episode 26 - Avis
28
Episode 27 - Gelombang I
29
Episode 28 - Benedict
30
Episode 29 - Sebelum Memulai Kembali
31
Episode 30 - Kublai Khan + Pengumuman
32
Episode 31 - Antara Pesimis & Optimis
33
Episode 32 - Permulaan Gelombang II
34
Episode 33 - Bidik & Lepaskan
35
Episode 34 - Who Is Really Being Threatened?
36
Episode 35 - Hutan Membara
37
Episode 36 - Nullum Consilium est Perfectum
38
Episode 37 - Darah
39
Episode 38 - Kemenangan Benedict
40
Episode 39 - Awal Kisah Untuk Hengki
41
Episode 40 - Tersanjung
42
Episode 40.1 - Kenangan Buruk
43
Episode 41 - Berlebihan
44
Episode 41.1 - Gambaran Stabia
45
Episode 41.2 - Curahan Hati Ajax
46
Episode 42 - Mindset
47
Episode 43 - Tanda Awal Perubahan
48
Episode 44 - Elliot Lascaris
49
Episode 44.1 - William Artemis
50
Episode 44.2 - Awal Mahakarya
51
Episode 45 - New Journey Begins
52
Episode 45.1 - Kemarahan Ajax
53
Episode 45.2 - Ajax, Pasukannya dan Dendam Rakyat Stabia (1)
54
Episode 46 - Jan, Pasukannya dan Dendam Kapten Alfred (2)
55
Episode 46.1 - Jan, German dan Dendamnya Masing-Masing (1)
56
Episode 46.2 - Jan, German dan Dendamnya Masing-Masing (2)
57
Episode 47 - Situasi Terkini Di Tempat Lain
58
Episode 47.1 - Jan, Mimpinya & Penyelamatan Hengki
59
Episode 47.2 - Hengki, Kesempatan & Tekad Jan
60
Episode 48 - Kesedihan Dan Kesenangan
61
Episode 48.1 - Belum Usai
62
Episode 48.2 - Dilema William
63
Episode 49 - Percikan Awal
64
Episode 49.1 - Hari Pertama Setelah Tumbangnya German
65
Episode 49.2 - Pendekatan Dengan Jan
66
Episode 50 - Semuanya Butuh Pertolongan
67
Episode 50.1 - Beringas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!