Satu bulan sudah terlewati. Danu mengadakan acara syukuran makan di kantornya. Kehamilan istrinya sudah 7 bulan. Seluruh anggota juga ikut bahagia dengan kebahagiaan Lettu Danu beserta istri
Adinda duduk di sebuah meja hanya mengaduk makanannya. Ardi mengambilkan makan karena Adinda tidak enak makan beberapa hari ini. Ardi tau belakangan ini Adinda juga sibuk mengerjakan laporan untuk di kirimkan ke pusat. Begitulah tugas istri seorang prajurit.
"Tuh khan nggak di makan lagi, sini Abang suapin" Ardi mengambil sendok dan mulai menyuapi Adinda
"Jangan bang, banyak orang" Adinda sangat malu Ardi memanjakannya di depan banyak orang.
"Abang menyuapi istri sendiri, bukan istri orang lain" akhirnya Adinda menurut setelah melihat ekspresi datar suaminya.
Anggota yang melihat hanya tersenyum melihat perlakuan Ardi pada istrinya. Adinda dengan susah payah menghabiskan makannya karena Ardi selalu menyuapinya.
"Setelah ini abang antar pulang" Adinda berhasil menelan suapan terakhir dari Ardi.
"Iya bang" Ardi selalu senang karena Adinda memang seorang istri yang penurut. Membuat hatinya selalu adem hanya melihat senyumnya.
***
"Dinda sudah pulang Ar?" tanya Danu yang tidak melihat lagi Adinda di sekitar kantor
"Sudah ku antar pulang, sepertinya Dinda lelah dengan pekerjaannya" Ardi membubuhkan tanda tangan sambil melihat tanggalan bulan ini
"Hmmm Dan.. istri anggota akan mengadakan pertemuan rutin di tanggal 10 saat ada kunjungan kerja dan uji perorangan. Itu hari ulang tahun Dinda. bantu aku donk" Ardi tersenyum licik.
Danu mengkoordinir di sana sini melaksanakan permintaan sahabatnya. Ardi juga meminta ijin kepada atasan untuk melakukan kejutannya.
***
Adinda keluar dari kamar mandi dengan tersenyum tipis, yang di ingat hanya wajah suaminya, tiba tiba senyumnya pudar Adinda melihat suaminya sangat lelah hari ini. Ardi terlihat pusing dan merebahkan tubuhnya di tempat tidur
"Abang sakit?" Adinda menyentuh kening Ardi, tapi suaminya tidak demam.
"Hanya pusing saja, banyak pekerjaan. Abang lelah sekali sayang" Ardi tidak membuka matanya.
"Abang makan ya, nanti minum obat" Wajah Adinda sudah tidak tega melihat Ardi.
"Aduuh dek.. dada abang sakit sekali, abang mau muntah ini" Ardi menampakkan wajah yang kesakitan membuat Adinda semakin panik
Adinda panik mencari obat sampai kotak obat itu jatuh berantakan. Tanpa di sadari Ardi mengedipkan mata ke arah kamera yang sedang di sembunyikannya
Hari ini sampai tidur, ada saja ulah Ardi yang membuat istrinya sibuk, takut dan panik. Mulai dari mengejang, hampir tidak sadar. Adinda menghubungi sana sini tapi semua panggilannya tidak di jawab. hingga Ardi mulai tenang dan tidur, Adinda pun mengikutinya tidur juga.
***
2 hari keadaan Ardi yang "tidak biasa" membuat Adinda semakin khawatir
"Abang tidak usah ikut kegiatan ya! Abang belum sehat" bujuk Ardi yang sudah memakai seragam lengkap di tanggal 10 itu
"Ini khan tugas Abang, mana mungkin abang tidak ikut dek" jawab Ardi
"Tapi bang.." Ardi mengecup bibir Adinda menyelesaikan ucapan Adinda
-----
Adinda bersama ibu yang lain selesai melaksanakan kegiatan pertemuan rutin. Adinda melihat para anggota sedang latihan turun tebing. Di sebelah Adinda ada seorang anggota yang berlari sambil berbicara melalui Handy talky
"Jangan meluncur dulu, pengaman untuk Lettu Ardi belum siap. ganti.." kata anggota berpangkat Serda itu
"Tapi ini bersiap meluncur.. pak Ardi.. tahan dulu" Terdengar kericuhan di pembicaraan mereka.
Adinda begitu terkejut sementara matanya juga melihat ke arah tower dari jarak yang cukup jauh bahwa suaminya sudah meluncur deras dari arah atas
"Abaaanng" Adinda berlari menghampiri Ardi. Derai tangis Adinda mengiringi langkahnya berlari.
Anggota lain dengan sigap mempersiapkan prank untuk istri pimpinannya.
Adinda menangis terisak melihat banyak darah di wajah Ardi, badannya juga berdarah. Di peluknya Ardi tanpa bisa berkata apapun. Hanya kesedihan yang terasa sesak mendera hati. Wajah Adinda begitu pucat seketika tubuhnya lemas sambil memeluk tubuh Ardi.
Anggota lain sengaja menambah panik keadaan. Lisa yang baru tiba disana sangat terkejut melihat pemandangan itu
"Mas, gimana ini.. apa persiapan uji perorangan ini tidak matang. ayo tolong mas Ardi.. aku takut kalau mbak Adinda sekarang sedang hamil mas. setelah kegiatan beberapa waktu yang lalu aku dan mbak Adinda ke apotik, mbak Dinda membeli testpack" ucap Lisa sedih. ia pun lemas memegang perutnya melihat keadaan ini
"Astagfirullah.. serius kamu dek?" tanya Danu mengguncang bahu Lisa pelan. Lisa hanya mengangguk. Danu menepuk dahinya tidak tau harus berbuat apa.
Danu melangkah pelan mencoba menenangkan Adinda
"Dinda.. tenang ya, Ardi nggak apa-apa" Ardi merasa Danu berucap tidak sesuai rencana. bukannya membuat Adinda panik malah semakin menenangkan Adinda. Danu menghentikan tandu yang berjalan ke arahnya.
"Mas Danu, tolong bantu suamiku. selamatkan dia.. kumohon mas" Suara lirih Adinda sangat terdengar sedih dan tidak bertenaga. Wajah pucatnya juga membuat anggota lain ikut cemas
"Kenapa harus begini bang.. Dinda tidak sanggup hidup tanpa Abang. Dinda takut bang" Adinda terisak kuat, tidak sanggup melihat kondisi Ardi, Adinda pingsan seketika.
Ardi terperanjat kaget dengan cepat menangkap punggung Adinda yang akan jatuh ke tanah, dia juga menjadi cemas dengan reaksi Adinda
"Sudah jadi begini terus harus bagaimana??? Prank mu ini bikin masalah Ar. Kalau Adinda hamil gimana itu. Itu juga kata istriku" Tegur Danu
"Ya Allah sayang.. Abang minta maaf" Ardi mengangkat Adinda dan di bawa ke ruangan kesehatan. Adinda menjadi demam, air mata tak hentinya mengalir dari sudut mata Adinda. Ardi menghapus air matanya.
-----
"Dek..sayang, apa yang tidak enak??" tanya Ardi dengan cemas
Adinda bingung dengan situasi di sekitarnya, di lihatnya suaminya baik baik saja.
"Abang tidak luka?"
"Maaf sayang, sebenarnya abang ingin memberimu kejutan ulang tahun. tapi kacau begini" Ardi merasa sangat bersalah
"Dinda sungguh takut Abang terluka, kenapa Abang mempermainkan Dinda? taukah seberapa takutnya Dinda melihat abang seperti tadi? Adinda menangis memukul kuat dada Ardi dengan sisa tenaganya. Ardi diam dan menerimanya karena dia memang salah.
Ardi memeluk erat istrinya yang belum berhenti memukulnya
"Abang tau abang salah. Abang minta maaf. Abang keterlaluan. Abang tidak mengukur seberapa kuatnya perasaan Dinda" Kecupan sayang dari Ardi membuat Adinda luluh dan tenang di pelukan Ardi.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Dwi Hartati
udah deh degan aku
2022-04-10
0
amalia gati subagio
aduch ah..jahilnya si om kacang ijo royo2 itu kaya copy paste kamu sich... gw bapper thor... momen jahil ultahku dulu..banget...uh uh...dpt kado gulungan kertas manila merah muda bertuliskan ABANG KANGEN CINTAKU segede gaban pake lipensetip merah merona 😈 diteriakannya ditengah anggotanya yg berbaris rapi diatas KRI yg membawanya kembali pdku setelah penugasan yg lama diujung negeri, OMG..semoga engkau damai di sisinya, do'a terbaik utkmu... jodoh, rezeki, pertemuan, perpisahan..Kau taqdir manis yg taktergantikan...mafkan thor..aku bapperan 😣 love you more ❤💖💚💛💙💜💪💪💪💪
2021-07-26
3
Amrih Ledjaringtyas
prank kena prank
2021-06-18
0