Sampai di rumah, Ardi segera mandi setelah Adinda lebih dulu membersihkan diri. Rasa hatinya seperti ada ribuan petasan yang meledak berhamburan di langit.
Adindaku.. Aku harus berterima kasih kepada Almarhum suamimu yang pasti selalu mengajarkanmu beribu kebaikan. Bersyukur pada takdir yang mempertemukan kita.
Di lihatnya Adinda yang menyisir rambut panjangnya. Adinda mengikat rambutnya seperti ekor kuda, tangan Adinda terhenti sebelum ia menyelesaikan ikatannya, Ardi menarik tangan Adinda yang menggulung rambut setengah terikat
"Jangan diikat, aku ingin melihatnya tergerai indah malam ini"
Mata sayu, suara berat Ardi mulai dimengerti oleh Adinda.
"Apa kamu sudah ikhlas menerima abang dek?"
"Iya bang, sudah"
Ardi merebahkan tubuh Adinda dengan lembut. Saat ini desiran perasaannya sungguh tidak dapat ia tahan lagi. Ardi dan Adinda pun melakukan kewajiban mereka. Memang Ardi mendapatkan 'hadiahnya' hari itu. Adinda telah utuh menjadi miliknya.
"Abang ingin segera membawamu ke asrama dek. Terus tinggal disini membuat abang khawatir" Ardi memeluk Adinda dalam satu selimut
Senyum Adinda mengembang, Menyadari telah memiliki Ardi dalam hidupnya membuat hatinya begitu tenang.
Ardi mengusap perut Adinda dengan lembut. Ada secercah harapan di dalam hatinya
"Papa tunggu kamu ada disini sayang" bisiknya lembut.
"Insya Allah bang" Adinda tersipu melihat Ardi
***
"### Ijin Danton.. ada kabar terbaru"
Tengah malam Ardi dan anak buahnya berada di kawasan pelabuhan, kota besar di daerahnya. Ardi menyamar sebagai pedagang ikan. Pria berumur 27 tahun itu berhasil membekuk salah satu anggota di kantornya yang menggunakan psikotropika.
Ardi melepas pakaiannya dan segera mandi. Subuh telah tiba, ia segera beribadah dan apel pagi. Hari ini Ardi ingin memberikan seluruh berkasnya tapi komandan tidak ada di tempat. Wajahnya berubah menjadi gelisah, di saat Komandan sedang tidak di tempat dia sedang di kantor. Sedangkan saat Komanda sedang di kantor, dia lah yang sedang bertugas di luar.
Komunikasi memang terjadi antara dirinya dengan komandan, tapi membicarakan hal ini sangat tidak mungkin di bicarakan melalui sambungan telepon kecuali urusan pekerjaan.
Ya Allah kapan semua ini berakhir. Kalau sibuk seperti ini akan semakin lama. Sudah sebulan sejak hari itu.
***
2 minggu setelahnya Ardi benar benar bisa bertemu dengan komandan dan menyerahkan berkasnya. Komandan menerima dan melegalkan Ardi dan Adinda
"Selamat ya Lettu Ardi, silahkan mengurus berkas KUA"
"Siap Dan, terima kasih banyak" Ardi keluar dengan wajah sumringah. Ardi melihat seniornya bang Pandu, Lettu Pandu sedang mondar mandir sibuk mengerjakan sesuatu.
"Ada apa bang?" Tanya Ardi
"Ini Ar.. minggu depan ada latihan gabungan, kita akan berangkat kesana. kamu siapkan dirimu juga" bang Pandu mengarahkan
"Siap bang" Ardi melangkah ke ruangannya dan merenung sesaat lalu menghubungi anak rekannya.
***
"Kamu sudah siap dek?" Ardi menutup pintu kontrakannya. Barang Ardi sudah di angkut anak buahnya ke asrama, di rumah yang akan Ardi dan Adinda tinggali sekarang. sedangkan ia menyusul di belakangnya.
"Iya bang" Adinda tersenyum malu
"Istri abang ini menggemaskan sekali" Ardi tidak tahan untuk tidak mencubit hidung mancung istrinya.
"Lhoo..mas Ardi mau pindah?" tanya Ida yang kebetulan lewat disana bersama seorang ibu warga kampung.
"Iya da, Saya dan istri saya akan pindah ke asrama" Jawab Ardi
"Oohh..jadi benar ya pak, ini istri bapak?" tanya ibu di sebelah Ida
"Ya benar, saya khan juga sering pulang kesini, pak RT pun tau" Ardi merasa heran dengan ucapan ibu tersebut
"Oohh..maaf ya mbak, saya kira mbak ini hanya pacaran saja dengan pak Ardi. Maaf kami sudah suka berbicara buruk" Ibu itu meminta maaf
Ardi menoleh ke arah Adinda dengan menyimpan banyak pertanyaan. Berarti selama tinggal disini Adinda di perlakukan buruk oleh warga tapi Adinda tidak menceritakan apapun padanya
"### Lain kali, tidak juga pada siapapun jangan berprasangka buruk sebelum tau kebenarannya" Ardi berbicara tegas dan meninggalkan rumah kontrakan itu.
"Kenapa kamu nggak beritau abang dek?"
"Itu hanya masalah kecil saja bang, tidak ada yang serius. Lagipula memang tidak ada yang tau tentang pernikahan kita kecuali pak RT" jawab Adinda
Ardi masih melajukan motornya dengan pelan melewati jalan berbatu tajam. Sekitar 500 meter jalanan menuju batalyon itu rusak dan belum di perbaiki. Ardi mengusap lutut Adinda sekilas sambil mencerna perkataan istrinya.
***
Ardi membantu Adinda menata rumahnya hingga terlihat begitu indah.
"Bang, rumah sebagus ini pertama kali Adinda tinggali. Adinda dulu terbiasa tinggal di rumah beralaskan tanah" ucap lirih Adinda membuat Ardi merasa iba akan nasib istrinya dulu.
"Abang tenang meninggalkanmu disini, setidaknya banyak tetangga yang akan menemanimu" Ardi mengecup kening Adinda
"3 hari lagi abang berangkat latihan gabungan dek, kamu baik baik ya di rumah" pesan Ardi
Adinda terkejut mendengar Ardi harus berangkat secepat itu. Hatinya belum siap dan masih takut sendirian tanpa Ardi yang menjaganya.
Ardi memahami kegelisahan istrinya "Adek khan istri seorang perwira. Menjadi istri abang harus siap dengan segala keadaan ini. Harus kuat disini" Ardi menunjuk dada Adinda untuk menyemangati dan menguatkan Adinda
"Iya bang, Dinda mengerti" Senyuman Dinda menenangkan hati Ardi seketika itu juga.
"Ayo kita buat teman untukmu dek" Ardi menautkan keningnya pada kening Adinda. Wajah Adinda memerah menahan malu yang di sambut tawa Ardi yang gemas melihatnya.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Erna Setiani
romantis skali bang ardi 🥺kerasa loh ke sini huhu
2024-02-06
0
Kaira Caem
sebelum nya panggil mas,skrg uda panggil abang aja,,,cie cie,yg dpt janda rasa perawan gas trs bg jgn kasi kendor🤣🤣🤣
2022-02-09
0
A..S..J
edan bener tulidanya d tebelin ma author abes brapa tinta nihh thor ,,, 🤣🤣🤣🤣
2022-01-26
0