Pasukan bersiap kembali ke kesatuan masing masing. Satu bulan telah usai. Rangsel sudah naik di truk dan para pasukan pulang.
----
Satu persatu anggota berbaris rapi memasuki area kantor. Mereka di sambut para istri. Adinda baru saja keluar dari ruang pengurus, tidak di lihatnya suaminya yang biasanya ada di barisan depan atau sebelah pasukan, sampai akhir pasukan memasuki area Batalyon tidak tampak Ardi berada disana
Adinda melangkah maju dan mencari sosok Ardi. Dinda menengok melihat ke sekelilingnya, kecewa mendera hatinya. Di tariknya napas panjang karena tidak menemukan suaminya juga.
"Abang disini dek" Ardi melangkah perlahan dengan sedikit memar di wajah, tangannya tergores luka dan terlihat perban melingkar di lengan. Kaki tertatih karena terkilir di kuatkan berjalan mendekati istri tercintanya.
"Abaaanng" Pekik Adinda terkejut melihat kondisi Ardi yang jauh dari bayangannya.
Adinda berlari dan menubruk Ardi, ia memeluk dan menahan tangisnya di dada Ardi. Sebenarnya dada Ardi masih sakit, tapi obat terbaiknya saat ini adalah melihat istri yang begitu di rindukannya.
"Abang kenapa begini, kenapa Abang tidak bilang!!"
Ardi memercing menahan sakitnya karena pelukan Adinda yang begitu erat. Adinda tidak tau suaminya sempat tidak sadar karena terombang ambing angin saat penerjunan dan jatuh dengan keras karena tidak seimbang.
"Apa Abang ini seorang gadis yang mengadu pada ibunya saat tersandung batu?" Adinda langsung mendongak sebal mendengar jawaban suaminya.
"Abang baik baik saja dek" Ardi mengusap jilbab Adinda. "Mana ciuman untuk suamimu? Masa Abang jauh datang, luka begini cuma dapat ingus?" Ledek Ardi
Adinda menghentakkan kaki karena malu. Ardi tertawa dan membenamkan lagi wajah Adinda dalam pelukannya.
"Sampai rumah bereskan Ar..." ledek Danu.
Ardi hanya tertawa saja mendengar ledekan Danu.
Pemandangan indah itu di saksikan rekannya dan para anggota lain. Mereka memaklumi kondisi Dankinya yang baru saja menjadi pengantin baru, juga Adinda yang langsung di tinggal tiga hari setelah memasuki Asrama.
***
"Dinda siapkan air hangat untuk abang mandi ya" Adinda berdiri tapi tangannya di cegah Ardi.
"Kenapa wajahmu masih kusut begitu? Sakit??" tanya Ardi cemas.
"Nggak bang, apa iya?" Dinda beranjak sambil menyiapkan air untuk Ardi mandi.
-----
Ardi sudah mandi dan segar. Adinda melihat penampilan suaminya yang banyak memar di tubuhnya. Perjuangan suaminya dalam bekerja sungguh membuatnya terharu.
"Sudah puas liatnya dek?" Ardi sudah berkacak pinggang dengan wajah Adinda berada di hadapan perut sixpacknya
Adinda salah tingkah dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ardi merasa lucu dengan tingkah istrinya. Sebenarnya Ardi sangat tergoda melihat rambut lurus Adinda yang tergerai indah, tapi apa daya Ardi masih merasakan sakit akibat kecelakaan kerja saat latihan.
Adinda tau suaminya tidak akan melakukan apapun saat kondisinya seperti ini. Adinda berdiri dan melingkarkan kedua lengannya memeluk suaminya dengan iseng, ia mengecup bibir suaminya dengan mesra.
Ardi yang mendapat perlakuan seperti itu tentu saja tidak bisa menerimanya dengan mudah, Istrinya yang pemalu itu jarang sekali melakukan hal itu. Ardi masih diam membiarkan istrinya yang seolah mengerjai dirinya.
Adinda memeluk dan menyandarkan kepalanya pada bahu Ardi. Bibir yang mengarah ke leher Ardi membuat hembusan napasnya terasa hingga membangkitkan perasaan, tangannya beralih ke pinggang semakin erat membuat tubuh mereka seakan lekat tak terlepas
"Kamu meremehkan Abang sayang?" Ardi mengeryit licik menatap Adinda dan seketika wajah Adinda berubah resah
"Abang istirahat ya! Abang khan masih sakit" bujuk Adinda
"Setelah membangunkan singa lapar, kamu harus tanggung jawab memberinya makan sayang" seringai Ardi membuat Adinda berdebar kencang.
"Abang.." ucapnya malu, tapi juga resah takut luka suaminya semakin parah.
-----
Ardi bangun dengan mengerang kesakitan setelah selesai mengamankan wilayah bersama Adinda. Adinda menjadi panik melihat suaminya
"Abang nggak apa-apa khan, kalau sakit kenapa abang paksa" tanya Adinda cemas.
"Kamu mancing terus dek" Ardi menutup matanya dengan telapak tangannya dan tangan lainnya menggenggam selimutnya menahan sakit.
"Maaf bang, Dinda pikir Abang tidak akan melakukannya karena Abang sakit" Adinda merasa bersalah melihat suaminya.
"Laki tuh begitu dek, lihat istri godain nggak mungkin kalau nggak nyetrum" ucapnya memercing sakit
"Hmm bang.. Dinda belum haid bulan ini" Adinda menunduk menyampaikannya pada Ardi
"Astagfirullah dek, kenapa kamu nggak bilang! Abang tadi..." Ardi melotot kesal pada Adinda karena dia meluapkan segala rindunya dengan tuntas
Melihat wajah istrinya yang berubah menjadi takut, Ardi tidak jadi memarahinya.
"Besok kita periksa ya, kita khan belum tau terlambatnya karena faktor hormon atau memang sudah rejeki kita" Ardi menarik lengan Adinda untuk kembali tiduran bersamanya.
"Iya bang" Adinda tersenyum manis melihat Ardi.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Kaira Caem
biasa baca novel yg adegan panasnya gc di skip,bgtu baca yg ini kyk agak gimana gitu.tpi aku suka ceritanya👍🏻
2022-02-09
1
Roshalyndhaa Ajj Daahh
mulai tertarik, awal- awal baca kira garing...eh ternyata👍
2022-02-06
0
Nadeak Ristaulina
di mesra . banget Thor
2022-01-28
0