Adinda sedang membersihkan kamar mandi belakang. Ia merasa lelah tapi tidak berani menolak keinginan ibu mertuanya.
Vania dan Bu Nuri sedari tadi hanya bercanda menyuruh Adinda melakukan ini dan itu, sedangkan Ardi ikut bapaknya mengambil ikan di empang.
"Dinda, jangan lambat kamu. Jangan mentang-mentang Ardi suka padamu terus kamu mau seenaknya" kata Bu Nuri memberi tumpukan pakaian kotor di hadapan Dinda.
"Iya ibu" Dinda mengerjakan seluruh pekerjaan itu tanpa mengeluh. Hingga saat ia menjemur pakaian. Kepalanya terasa sangat pusing, mual yang sempat ia tahan akhirnya pun tak bisa ia tahan.
Ardi pulang melihat istrinya sedang muntah di wastafel dekat tempat ia menjemur pakaian. Ibu dan Vania hanya cuek saja tanpa ada rasa belas kasihan dan perhatian sama sekali.
Ardi meletakan ember berisi ikan yang ia bawa. Lalu segera menolong istrinya, di pijatnya dengan lembut tengkuk Dinda, betapa kasihan ia melihat istrinya itu merasa tidak nyaman.
"Maafkan Abang ya. Abang mengajakmu jalan-jalan biar bisa menghiburmu, malah sekarang Abang jadi menyusahkan mu"
Adinda hanya menutup bibir Ardi dengan tangannya agar suaminya tidak bicara apapun lagi.
"Heh, buatkan aku minuman. Aku haus sekali!" perintah Vania dari dalam rumah.
Ardi geram sekali mendengar istrinya di perlakukan layaknya pembantu seperti itu.
"Kalau tanganmu tidak bermasalah, lebih baik kamu buat sendiri" tegur Ardi.
"Mas Ardi" senyum Vania terkembang, ia langsung bangkit dan memeluk Ardi tanpa memperhatikan perasaan Adinda.
"Lepas!!" perintah Ardi.
"Nggak mau" tolak Vania.
"Tolong hargai istri saya" ucapnya tegas. Vania terpaksa melepaskan pelukannya.
Adinda yang sudah tidak bisa menahan rasa lelahnya langsung pingsan.
"Dek.. sayang" Ardi panik langsung mengangkat Adinda ke dalam kamar.
"Dasar lemah, pemalas, pintar drama" kesal Bu Nuri.
"Iya, baru juga membersihkan kamar mandi, mencuci, menjemur dan memasak, sudah langsung tepar" gerutu Vania yang sebenarnya mencari pembenaran ucapannya.
"Apa????? Kalian menyuruhnya bekerja seperti itu??? Sebanyak itu????" kesal Ardi.
"Iya, itu khan sudah biasa. Dia lambat dan susah mengerjakan pekerjaan ringan itu. Kamu tinggalkan saja dia. Dinda tidak pantas untuk kamu" kata ibu Nuri dengan sombong.
"Keterlaluan" kesal Ardi
"Vania yang pantas untuk kamu, Dinda tidak pantas sama sekali. Tinggalkan dia sekarang juga" perintah ibu Nuri.
"Tidak bisa Bu" kata Ardi.
"Kamu pilih Dinda atau ibu???" tegas Ardi.
"Tolong lah Bu, anak ibu ini mencintai wanita yang ibu benci ini. Aku nggak akan bisa memilih ibu ataupun Dinda. Kalau ibu memaksa untuk memilih, Aku nggak akan sanggup, ibu dan Dinda sama-sama wanita yang aku sayang. Dinda nggak punya siapa-siapa lagi dan dia nggak lagi drama Bu. Dinda pasti lelah dan banyak pikiran"
"Wanita sekarang pandai akting mas, jangan percaya" ketus Vania.
"Diam kamu Vania!!!!! Jangan sok tau tentang apapun yang terjadi dalam rumah tangga ku juga istriku" bentak Ardi kuat. Ibunya pun sampai kaget mendengar ketegasan putranya.
"Jangan sekeras itu dengan Vania nak. Dia gadis yang baik" tegur ibu Nuri.
"Apa ibu mau bilang Adinda ini bukan gadis yang baik?? Dia pilihanku Bu, Istriku, menantu ibu. Kalau ibu memaksaku berpisah dengan Adinda.. lebih baik aku mati saja. Nyawaku sekarang bukan hanya Dinda, tapi juga anak ku yang ada dalam rahim Dinda Bu dan ibu sudah memperlakukan Dinda seperti itu" jengkel sekali rasa hati Ardi saat ini namun tidak mungkin Ardi akan meluapkan amarahnya pada ibu yang melahirkannya.
"Ayah.. Ardi pamit mau membawa Dinda pergi. Dinda tidak akan tenang kalau lebih lama tinggal disini" Ardi membereskan cepat pakaiannya juga Dinda lalu memapah pelan tubuh Dinda keluar dari rumah orang tuanya.
"Kalau kamu keluar, ibu tidak akan memaafkanmu" kata Bu Nuri.
"Silahkan Bu, seorang suami juga akan di laknat jika menyia-nyiakan istri nya terlebih istrinya sedang hamil" ucap Ardi lalu menutup pintu mobilnya
-_-_-_-
"Bang..ayo kembali ke rumah ibu!!"
"Abang tau sifat ibu. Biarkan ibu berpikir dulu. Kamu juga harus rileks, jangan banyak pikiran" senyum Ardi menenangkan Adinda.
"Sekarang kita mau kemana bang?"
"Abang ada dua tempat yang bisa kamu pilih. Pertama.. hotel di daerah pegunungan yang dingin, Kedua di tempat si mbah di kaki gunung. Nah.. kamu mau yang mana?" tanya Ardi.
"Hotel boleh bang?"
"Boleh donk sayang..yuk kita kesana" senyum Ardi menenangkan Adinda.
-_-_-_-_-
Ardi dan Dinda sudah masuk ke dalam kamar. Saat itu juga Dinda merebahkan badan dan langsung tidur.
Ardi menghela napas. Ia melepas sepatu Dinda, lalu menaikan kakinya di ranjang, melepas jilbab istrinya.
"Maafin Abang ya, kamu pasti lelah sekali disana" Ardi memijat istrinya, sesekali tangannya mengusap rata perut istrinya.
"Yang ini sakit bang" Dinda mengigau manja menunjukan punggungnya yang mengkin terasa pegal. Ardi tersenyum melihat tingkah istrinya.
"Maaf Bu, Dinda salah Bu" katanya kembali mengigau.
"Abang tidak akan sia-siakan kamu. Abang sayang kamu. Sayang anak kita" gumamnya sendu.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Kaira Caem
mertua laknat ke laut aja lu.😠😠😠
2022-02-09
0
karisya putri
❤️❤️❤️❤️❤️❤️
2022-01-20
0
n_utami
netes air tuban ku bang.. eh air mataku maksud nya, 😅 sungguh sejati kamu ardi 😍
2022-01-05
0