Hati Yang Terpasung
Malam begitu mencekam! Langit tampak bersih dengan beribu bintang yang bersinar indah. Tapi keinddahan malam itu sangat berbanding terbalik
dengan keadaan sebuah rumah pertanian di pinggir hutan.
Beberapa orang dengan memakai topeng telah menyelinap, memasuki pekarangan rumah yang di huni oleh sepasang suami istri, dan seorang anak lelaki kecil berumus lima tahun.
Saat itu mereka telah tertidur lelap, sehingga mereka tak menyadari bahaya yang tengah mengancam nyawa mereka.
Orang- orang bertopeng itu kini berpencar. Jumlah mereka ada enam orang. Seorang diantara mereka yang menjadi pemimpin memberi instruksi dengan membagi tugas, yang sebelumnya sudah mereka rencanakan dengan matang.
Dua orang memasuki rumah, dua orang pergi ke arah gudang. Dan sisanya dua orang lagi pergi ke arah selatan. Dimana beberapa sapi dan kerbau juga dua ekor kuda berada di kandang.
Setelah melepas tali kekang kuda, dan membuka kandang sapi dan kerbau. Kedua orang itu membakar jerami. Hanya beberapa detik, api telah melahap kandang itu. Lenguhan sapi dan kerbau, juga ringkik kuda memecah keheningan malam.
Api juga nampak membara di gudang, dimana puluhan karung gabah , jagung dan kedelai telah terbakar. Aromanya sangat khas. menebar membelah malam.
Kedua orang yang menuju rumah besar, kini telah berhasil masuk setelah membobol pintu depan.
Gerakan mereka sangat halus, sepertinya mereka sudah profesional dalam melakukan pekerjaanya.
Dengan tatapan mata tajam , mereka mencari kamar utama. Tempat di mana Pak Hartono dan istrinya Maria., terlelap.
Maria menggeliat dan terjaga. Seperti kebingung
an saat mencium aroma, yang sangat tajam. Sontak dia bangkit dari ranjang. Dan mengintip lewat celah gorden karena di luar nampak benderang.
Maria terkejut dan buru- buru membangunkan suaminya. Setelah di guncang beberapa kali, pak Hartono akhirnya bagun. Dan bersamaan dengan itu, anak kunci pintu kamar berputar.
Hartono memberi kode pada istrinya untuk diam. Siapa tamu tak di undang itu. Sepertinya Hatono sudah tau siapa orang yang melakukan semua ini.
Karena beberapa hari sebelumnya, Hartono sudah mendapat ancaman. Hanya saja dia tak menduga bahwa orang yang mengancamnya secepat itu merealisasikan ancamannya.
Hartono meraih pedang panjang yang selalu terpajang di dingding kamarnya. Sekali sentak pedang itu telah berada dalam genggamannya.
Maria istrinya sangat ketakutan. Hartono membisikkan sesuatu ke telinga istrinya supaya mengungsikan anaknya , Bara ke tempat aman.
Buru- buru Maria berbisik membangunkan, Bara. Lalu memasukkannya ke lemari kecil di sudut kamar. Yang di atasnya ada vas bunga besar tempat bunga mawar yang setiap sore dia petik di halaman belakang.
Sekilas orang akan melihat itu hanya sebuah meja.
"Masuk ke sini sayang, jangan keluar apapun yang terjadi. ," dengan kebingungan Bara masuk dan duduk seraya menekuk kedua kakinya. Karena hanya dengan duduk seperti itu tubuhnya muat dalam lemari itu.
Karena lemari itu memiliki lobang, bulatan kecil jadi bisa dengan jelas melihat siapa yang ada dalam kamar.
"Braaakk!" pintu kamar kini telah terbuka lebar, akibat tensangan keras dari luar.
" Siapa kalian, dan apa yang kalian lakukan di rumahku!" bentak Hartono geram. Maria istrinya telah gemetar ketakutan di balik tubuhnya.
"Ha..ha....!" terdengar suara keras menggema di kamar itu. Bara , juga ketakutan, air matanya telah keluar di sudut matanya.
Tanpa banyak cerita, lelaki bertopeng itu menyerang Hartono, Hartono langsung roboh, karena serangan yang begitu tiba-tiba. Maria istrinya langsung menjerit , menangis ketakutan.
Sama seperti Hartono, Mariapun roboh berlumur
d**ah.
Maria mencoba menggapai tangan suaminya, lalu ia menatap ke arah anaknya. Memberi isyarat supaya tetap diam , lalu ia pun menghembuskan nafas terakhirnya.
Begitu kedua korban telah mati, kedua lelaki itu pun pergi begitu saja. Setelah terlebih dahulu menelepon seseorang, bahwa tugas telah selesai di laksanakan.
Ternyata mereka adalah pembunuh bayaran yang di suruh orang lain, untuk menghabisi keluarga Hartono. Karena sengketa tanah lahan, mereka di singkirkan.
Bergegas kedua orang bertopeng itu, meninggal
kan kamar, lalu bersuit memberi kode agar teman
nya yang lain segera berkumpul. Lalu mereka berlari ke arah hutan, menembus kegelapan malam.
Beberapa menit kemudian, raungan sirene ambulans dan mobil polisi berlomba-lomba memperdengarkan suaranya. Memecah keheningan malam itu.
Langit yang tadinya indah dengan kerlipan beribu bintang kini gelap, seolah turut menyatakan duka yang dalam. Atas kepergian Hartono dan istrinya, di malam berdarah itu.
Rumah yang tadinya begitu sunyi, kini telah ramai oleh petugas pemadam dan polisi yang mengamankan tempat kejadian perkara. Semua nampak berantakan, beberapa lokasi telah di tandai garis polisi. Tanda tak sembarangan orang boleh melintasinya.
Lalu semua kesibukan itu, teralih ketika sebuah suara raungan tangis memecah dan sosok itu berlari masuk ke rumah, menyeruak kerumunan orang- orang.
" Mana kakak dan abangku," pekiknya histeris dan menuju kamar kamar. Langkahnya langsung terhenti saat melihat tubuh kakak dan iparnya kini di tutupi koran. Darah menggenang di kamar itu, membuat kengerian yang dalam bagi siapa yang melihat.
Sosoknitu adalah Tania, adik perempuan Hartono
Tania berdiri mematung, matanya melotot tapi pikirannya entah di mana. Menyaksikan dua tubuh yang terbaring beku di hadapannya. Air matanya tak henti mengalir, lalu perlahan Tania melangkah mendekati jenazah itu. Tapi di cegat oleh petugas.
" Maaf bu, ibu di larang melintasi garis polisi," seru petugas menghadang langkah Tania. Tania tak peduli larangan itu tetap bergeggas mendekati korban.
Petugas akhirnya meyeret Tania, karena takut akan kehilangan banyak bukti- bukti. Karena masih menunggu kedatangan petugas identifikasi dari lab forensik.
Tania menjerit histeris karena petugas tak mengijinkanya melihat jenazah saudaranya.
" Maaf bu, ibu harus sabar. Tunghu petugas datang dulu. Nanti ibu menghilangkan bukti- bukti untuk penyelidikan. Mohon bersabar ya ,bu."
petugas itu mencoba menenangkan Tania.
Akhirnya Tania terdiam pasrah. Dengan tangis yang masih memillukan dia terduduk di pojok ruangan tamu. Sungguh Tania tak menyangka kejadian tragis ini terjadi pada keluarga abangnya.
Padahal abangnya tidak pernah punya musuh. Dia adalah pria sederhana yang mengelola tanah pertanian warisan kedua orabg tua mereka.
Sebagai seorang insinyur pertanian, abangnya lebih memilih mengelola tanah pertanian ketimbang mengurus bisnis keluarga mereka.
Tanialah yang mengurus perusahaan keluarga mereka yang bergerak di bidang jasa travel.
Mereka adalah dua bersaudara, yang telah kehilangan kedua orang tua mereka dua tahun lalu, akibat kecelakaan tunggal saat dalam perjalanan menghadiri pesta penikahan salah satu keluarga besar mereka.
Kecelakan yang sampai sekarang masih menyisakan misteri. Supir kehilangan kendali saat mengemudi sehingga membentur dinding tebing di sebuah tikungan tajam, yang terkenal telah banyak memakan korban.
Kecelakaan tunggal itu memakan korban tiga orang. Kedua orang tua Tania beserta supirnya. Dan dari penyelidikan polisi, rem mobil yang di kenderai mereka putus.
Tiba- tiba Tania ingat keponakannya, dia berlari kepada petugas dan menayakan keponakannya, Bara.
"Pak, mana keponakan saya,?"
" Maksud ibu ada orang lain selain, kedua korban?"
" Iya pak, keponakan saya, anak lelaki kecil berumhr lima tahun pak. Mana dia pak," panik Tania menuju kamar keponakannya. Tapi kamar itu kosong.
Lalu Tania kembali ke kamar utama, dan menerobos masuk. Bau darah segar begitu tajam menusuk. Langkah kaki Tania di ikuti seorang petugas, takut Tania menyentuh benda-benda yang akan menghilangkan barang bukti.
Mata Tania jelalatan menyergao seisi kamar, tapi tidak ada tanda-tanda keponakannya ada di kamar itu.
Tania begitu putus asa, dan benaknya telah di hantui hal yang paling menakutkan. Keponakannya juga turut jadi korban pembantaian.
Seluruh persendiannya telah lemas. Rasanya tak punya kekuatan lagi memikirkan kemungkinan itu. Tangis Tania pecah lagi. Dan hendak pergi ketika samar ia mendengar suara tangis lirih.
********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
moonlight
Bara pasti bakal trauma brat
2023-06-13
0
Rosa Sianipar
bara..kasihan kamu nak..
2022-05-13
1