Bab 3

Bara menelepon beberapa temannya ,untuk mencari informasi tentang kecelakaan pamannya.

Mereka berjanji akan menyelidikinya dan akan melaporkannya nanti pada Bara. Bara menutup gawainya, ketika Sisy tiba- tiba muncul di belakangnya.

Bara menatap wajah Sisy dingin. Dengan acuh Bara melengos pergi. Tanpa peduli sama sekali.

" Bara.." panggil Sisy putus asa. Betapa dingin dan bekunya sikap Bara, sehingga membuat Sisy geram.

Tanpa menoleh ke belakang, langkah kaki Bara terhenti.

Sisy berlari menjejeri langakah ,Bara.

" Aku haus, Bara." rengek Sisy minta belas kasihan.

Bara mengatupkan rahangnya menahan rasa jengkel. Tanpa bicara dia menyeret lengan Sisy dengan kasar.

Sisy meringis menahan sakit. Tapi lebih baik begini dari pada di cuekin, batin Sisy.

Bara membawa Sisy ke mini market di seberang rumah sakit.

" Cepat pilih minuman kesukaan mu. Setelah ini kamu harus pulang!" sentak Bara kasar. Sisy memilih beberapa minuman kaleng dan camilan.

Dengan wajah cemberut Sisy menuju kasir. Hendak membayar minumannya. Tapi di cekal Bara.

" Sudah aku bayar," lengos Bara, langsung melangkah di depan Sisy.

"Memang harganya udah tau, Bar?" tanya Sisy, heran.

" Belanjaanmu pasti gak lebih dari, lima puluh ribu. Sudah ku bayar seratus ribu. Kenapa matamu mendelik begitu?"

" Berarti uangnya masih sisa kan. Sisy hendak berbalik ke mini market lagi.

" Kata siapa sisa, aku ambil juga rokok ini. Dasar pelit, gitu aja hitungan," sergah Bara.

Sisy cuma melengos. Sebal juga di katain pelit.

Kan dia gak tau kalau dia ambil rokok juga.

" Ayo cepat! Malah bengong lagi!" gertak Bara makin kesal saja. Sambil berjalan, Bara menelepon seseorang.

" Tunggu di sini bentar. Seseor

ang akan menjemputmu. Aku mau jeguk paman dulu." Bara pergi tak lama kemudian Richard teman Bara sudah tiba.

" Ayo Sy! " ajak Richard. Sisy nampak kesal lalu naik ke motor Richard.

" Jadi kamu ya, yang di telepon Bara?" cebik Sisy.

" Hem, kalau gak suka, biar aku pergi saja." Richard pura- pura mau memutar motornya.

" Eits... Tunggu Rich," teriak Sisy tiba-tiba. Takut bila Richard serius mau pergi. Mau pulang sama siap dia nanti.

Bara saja tega menitipkannya pada Richard. Padahal dia rela kalau harus menemani Bara di rumah sakit. Sekalipun di cuekin terus, aduh!

" Masih gak kapok juga ya, Sy. Dengan perlakuan Bara. Segitu butanya kamu liat Bara. Padahal banyak cowok yang ngantri mau jadi pacar kamu!" teriak Richard di tengah bisingnya suara motornya.

" Bukan urusan kamu, ya!" teriak Sisy tak kalah kerasnya.

"Ha...ha....!" Richard tertawa mengejek. Sisy makin kesal. Di cubitnya pinggang Richard, membuat Richard teriak kesakitan.

" Mampus lo, makanya jangan suka ngejekin orang," seru Sisy.

" Sadis juga kamu jadi cewek, Sy. Ketularan Bara, ya." ejek Richard tak mau kalah. Baginya lebih baik ngajak Sisy berantam terus dari pada diam sepanjang jalan.

Dia suka Sisy, tapi Sisy nya lebih suka Bara. Perasaan itu telah hampir tiga tahun ini ia pendam.

Bara tau kalau Richard suka Sisy. Karena itulah setiap ada kesempatan, Bara selalu memberi peluang untuk mereka bertemu.

Bara sudah berbagai cara menolak perasaan Sisy.

Tapi Sisy seolah tak melihat lagi dunia lain selain dunia Bara.

Semakin Bara mencoba menjauh, semakin Sisy mendekat. Akhirnya Bara membuat sikap. Bara salalu acuh, kasar dan kadang terlalu tega, hanya untuk memperingatkan agar Sisy menjauh darinya!

Sebenarnya Bara tak tega berbuat itu semua. Tapi dia tak ingin Sisy makin berharap padanya. Apalagi setelah ia tau sahabatnya Richard suka pada Sisy.

Selain itu, bagi Bara perkara cinta adalah hal yang paling ia hindari. Berteman oke, tapi bila sudah ada unsur suka atau cinta. Bara akan menghindar

sejauh mungkin

Itulah sebabnya banyak hati cewek patah gegara sikap Bara. Tidak seorangpun yang tau kenapa Bara begitu dingin dan beku bila berhadapan dengan perempuan.

Bagi kebanyakan orang , Bara adalah sosok misterius yang penuh sejuta pesona.Sikap dingin dan acuhnya itu, justru membuat banyak orang semakin penasaran.

Tapi tak urung juga banyak yang menjauh dan menghindari Bara pada akhirnya. Tapi Bara tetap tak peduli. Bahkan dia merasa lebih baik begitu, sehingga ia tak repot meladeni mereka.

Di balik semua sikap dinginnya, Bara adalah seorang pekerja keras, di siplin dan cenderung otoriter.

Setiap orang yang berurusan dengannya harus benar- benar disiplin juga.

Sikap kerasnya itulah yang membuatnya sukses memimpin perusahaan pamannya itu. Dan sifat kerasnya itu juga adalah karena didikan keras dari pamannya sedari kecil.

Semua itu pamannya lakukan karena pamannya menyiapkannya untuk menjadi pewaris tunggal perusahaannya kelak.

Danu pamannya telah menggembleng Bara untuk menjadi sosok yang tangguh. Apalagi ketika Danu tau siapa di balik kematian saudara sepupunya, Hartono.

Menjadi Ceo sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan barang kontruksi, bukan hal yang mudah untuk tetap bertahan. Di antara banyaknya persaingan.

Tapi ada satu hal yang yang menjadi rahasia gelap pamannya. Danu juga adalah penyedia barang haram, yang di lakukan pamannya selama ini.

Perusahaan itu hanyalah kedok untuk menutupi bisnis gelapnya. Jelasnya, Paman Danu adalah seorang mafia jaringan internasional.

Yang sudah lama di cari, tapi karena rahasianya itu tersimpan rapi selama ini. Danu tak pernah di curigai oleh para intel dan Polisi. Yang selama ini selalu mencari namanya.

Dengan kode nama, "Black Bird." atau burung hitam.

Tapi tiga bulan terakhir ini, rahasia Danu ada yang membocorkan. Itulah sebabnya Danu menghubungi temannya untuk mengomfirmasi berita itu.

Danu hendak menyuruh sahabatnya itu untuk membawa pulang keponakannya Bara, kembali ke tanah air!

Tapi naas baginya, belum sempat Danu bertemu sahabatnya. Danu tertabrak atau tepatnya di tabrak oleh seseorang. Yang mencegah agar pertemuan itu tidak terjadi.

Dan kini Danu telah terkapar koma di Rumah sakit!

Entah sampai kapan dia terus dalam keadaan seperti itu. Sementara jiwa istri dsn keponakannya tengah terancam.

Drtt drrtttt....

Ponsel dalam kantong jas Bara berdering. Buru- buru Bara membuka aplikasi berlambang telepon hijau.

" Halo...." sapa Bara heran karena no yang tidak ia kenal.

" Ini Bara, ya.?" tanya suara di seberang dengan dingin.

"Iya, saya sendiri. Siapa ini?" balik tanya Bara. "

" Bisa bertemu anda di Cafe Sunset, temui saya di lantai dua no 13," tukas orang asing itu.

Bara mendelik curiga, sekaligus penasaran akan telepon itu.

Akhirnya, rasa penasaran itulah yang membawa- nya ke tempat pertemuan itu. Dan bertemu dengan seseorang, yang sama sekali belum pernah ia jumpai.

Lelaki seumuran pamannya, Danu telah menunggunya duduk di pojok. Topi dan kaca mata hitam yang ia kenakan plus masker hitam. Membuat Bara sulit untuk mengenali wajah sosok itu.

" Aku Frank, sahabat pamanmu. Beliau berpesan bila terjadi sesuatu padanya ia menyuruhku bertemu denganmu! Dan kamu harus segera meninggalkan negara ini." ucap orang misterius itu penuh penekanan. ******

bersambung.

Terpopuler

Comments

Rosa Sianipar

Rosa Sianipar

👍👍👍 lanjut ka...

2022-08-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!