Bab 7

Bara menatap pintu kamar di depannya. Kamar yang telah bertahun- tahun ia tinggalkan. Bara memutar anak kunci, yang ternyata terbuka dengan mudah.

Begitu pintu terbuka, aroma pohon pinus menyergap ruang penciuman,Bara.

Bara tak menyangka kalau ruang kamarnya bersih dan tertata rapi. Tanpa ada debu yang menempel.

Ternyata rumah tua ini terawat dengan rapi. Dalam benak Bara, ruang kamarnya akan penuh dengan debu. Jaring laba-laba akan menghiasi kamarnya.

Apakah Om Frank yang merawat rumah ini?

Siapakah dia sebenarnya? Apa hubungannya dengan keluargaku? Dan sejauh mana perannya dalam keluarga ini?

Bara merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Sprei putih yang mengalasi tilam empuk memberi kesan damai.

Bara memejamkan matanya. Berusaha rileks, setelah ketegangan yang dia alami sepanjang hari ini.

Seperti mimpi rasanya!

Dalam tempo dua kali dua puluh empat jam, hidupnya berubah drastis. Bara mengingat drama perjalanannya dari kota K, hingga kini telah terdampar di rumah tua di tengah hutan ini.

Yang ternyata adalah rumah orang tuanya.

Tetapi dia sama sekali tak ingat wajah ke dua orang tuanya. Juga kakek dan neneknya.

Sepertinya ada tabir yang menutupi ingatan masa kecilnya. Terutama di rumah ini.

Bara teringat sesuatu yang di berikan om Frank padanya saat di pesawat. Tapi barang itu masih tertinggal di bawah.

Akhirnya Bara memutuskan untuk tidur saja.Besok saja ia membuka dan melihat- lihat isi bungkusan itu. Selain karena tubuhnya yang capek.

Besok adalah waktu pas baginya untuk menuntut penjelasan pada om Frank tentang semuanya.

Mungkin karena terlalu lelah, tak menunggu lama Bara tertidur pulas.

Dalam tidurnya, Bara melihat dirinya dalam mimpi Mimpi yang sama, yang selalu hadir dalam tidurnya.

Tapi mimpi itu selalu samar. Seberapa keraspun Bara mengingat mimpi- mimpinya. Ia selalu gagal. Kalaupun ia paksakan mengingat mimpi- mimpi itu, belakang kepalanya akan berdenyut sakit sekali.

Bara selalu melihat seorang bocah kecil, yang berjalan di atas bara api. Bayangan mengerikan akan muncul, saat dua tubuh terbaring bersimbah darah. Wajah kedua orang itu tak jelas. Hanya darah dan api yang berkobar yang begitu jelas nampak dalam mimpinya.

Wajah Bara nampak tegang sekali saat bergulat dalam mimpi.Beberapa kali mulutnya mendesis, mencoba memanggil seseorang.

Tapi suaranya tercekat di leher. Keringat telah membanjiri sekujur tubuhnya. Terlihat kalau Bara, begitu tersiksa dalam tidurnya.

Sprei tempat tidur kini telah berubah acak-acak-

an. Akibat pergumulan Bara, dalam mimpinya!

" Tidak....!!!" teriak Bara. Dan ia terjaga dengan tubuh penuh keringat. Napas Bara tersenggal.

Lalu Bara mengusap peluh di wajahnya. Dan melihat jam di dinding yang menunjuk angka tiga dini hari.

Bara bangkit dari tempat tidur, membuka pintu kamar dan menuruni anak tangga. Rasa haus yang menyerang tak tertahannya. Sehingga langkah kakinya terburu dan membentur kaki meja. Karena gelap. Mana Bara belum tau di mana letak saklar.

Sehingga kakinya berkali - kali terantuk!.

Suara gaduh karena rasa sakit di kakinya, sementara ia belum menemukan letak kulkas. Meraba dalam gelap. Hingga Frank terkejut, dan mengira ada pencuri yang masuk.

Frank menyalakan lampu, dan memergoki Bara yang di ruang.

" Apa yang kamu lakukan, Bara.?"

" Aku haus dan mencari saklar mau menyalakan lampu. Tapi tidak ketemu. Maaf, telah mengganggu tidur om."

" Harusnya kamu bangunkan om. Bukan meraba dalam gelap." ucap Frank seraya geleng kepala.

Bara meringis dan rada kesal juga. Karena Frank seolah memperlakukannya seperti anak kecil saja.

" Apa kamu masih mengalaminya. Mimpi- mimpi itu masih menghantuimu?" Bara tersedak saat mendengar pertanyaa itu. Membuat dia makin keheranan soal sosok Frank.

" Om, sebenarnya siapa sih. Sampai soal mimpi -mimpi itupun om tau?" bukannya menjawab pertanyaan, Bara malah balik bertanya.

" Iya, om banyak tau hal tentang kau dan masa lalumu." sahut Frank datar.

" Tidurlah, besok aku mau mengajakmu keliling tanah pertanian ini." Frank berbalik mau masuk kamar.

" Tapi om," suara Bara tergantung, karena Frank sudah menghilang di balik pintu. Percuma melanjutkan ucapannya, karena sikap Om Frank yang selalu berubah. Bara kembali menaiki anak tangga menuju ke kamarnya.

Akan tetapi saat tiba di depan pintu kamarnya, Bara berbalik dan menatap pintu kamar orang tuanya. Bara tak berniat lagi untuk melanjutkan tidurnya.

Dengan langkah pasti, Bara menuju pintu kamar orang tuanya. Diputarnya handel pintu, ternyata pintu tak di kunci.

Lalu Bara mendorong daun pintu perlahan. Dan mencari stop kontak lampu, dan menekannya. Suasana kamar yang tadinya gelap, kini benderang.

Mata Bara langsung terpusat pada sebuah foto yang terbungkus figura ukir, di atas dinding kamar. Foto pernikahan orang tuanya.

Senyum kebahagian menebar dari wajah sepasang pengantin itu. Bara, makin mendekati foto itu. Dan langkahnya terhenti di sisi ranjang. Di atas meja rias, ada sebuah foto lain lagi. Foto kedua orang tuanya, dengan seorang bayi kecil tampan yang terbalut sweater.

Bara memegang bingkai foto itu. Mengusap wajah yang terlukis di sana. Dengan rasa yang tak tentu arah. Perlahan mata Bara berkaca- kaca.

" Ma, Pa. Mengapa aku tak ingat sedikitpun kenangan kita. Mengapa aku baru tau bahwa aku memiliki kalian di masa lalu. Apa yang terjadi sesungguh pada kalian." bisik Bara lirih.

Yah, Bara memang telah kehilangan ingatannya soal kedua orang tuanya. Trauma masa kecil, saat menyaksikan peristiwa pembunuhan orang tuanya masih membayangi kehidupannya.

Dimana alam bawah sadarnya menolak untuk mengingat semua peristiwa itu. Tetapi bayang- bayang peristiwa itu sendiri salalu mampir di setiap tidurnya dalam mimpi- mimpinya.

Mimpi- mimpi itu selalu saja sama. Darah, wajah samar, dan gambar tato di lengan kanan. Itu terus , berputar- putar.

Bara membuka laci meja rias itu. Tapi kosong, tak ada apapun. Akhirnya , Bara menutupnya kembali. Dan meninggalkan kamar orang tuanya. Setelah mematikan lampu dan menutup kembali pintu kamar itu.

Bara mendengar lolongan anjing di kejauhan, dan juga suara burung hantu. Membuat suasana hening malam begitu mencekam. Mana ini di tengah hutan lagi.

Sekilas tubuh Bara bergidik, walau ia sudah terbiasa dengan suasana sunyi. Tapi tidak seperti ini juga, ada horornya. Karena itukah om Frank segera masuk ke kamar dan mengunci diri?

Bara bergegas masuk ke kamarnya. Bara tak percaya dengan hal- hal mistis. Sekalipun banyak orang yang mengisahkan pengalaman pribadinya tentang misteri.

Tapi , hidup di tengah hutan begini, pastilah akan menciptakan suasana tersendiri.

Bara berdiri di sisi tempat tidur, menatap sprei yang telah acak- acakan. Karena pergulatan mimpinya. Bara duduk di tempat tidur dan mencoba mengingat mimpi itu.

Selalu saja samar!

Bara akhirnya merebahkan dirinya, mencoba kembali untuk tidur. Karena tak ingin terlambat bangun. Sebab om Frank telah berjanji untuk mengajaknya besok, berkeliling tanah pertanian ini . *********

Bersambung.

Terpopuler

Comments

lindsey

lindsey

nih saya kasih tau kamu deh siapa itu om frank. dia itu tunangannya tante kamu 'tania' tapi belum juga sempat menikah tantemu udah keburu dibunuh juga bara. gitu lho ceritanya

2024-02-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!