Bab 13

Bara merentangkan ke dua lengannya. Terdengar suara tulang berderak, saat Bara menekuk ke dua lengannya bergantian.

Telah lebih tiga jam Bara berkutat di depan laptopnya. Memeriksa beberapa berkas yang tiada habisnya.

Sampai ia membawa pulang ke rumah beberapa berkas. Supaya cepat selesai, dia periksa.

Bara melirik jam di lengannya, ternyata sudah menunjukkan angka dua, dini hari. Rasa kantuk tidak juga datang.

Rasa panas dan pegal di sekitar pinggang dan pantatnya, efek terlalu lama duduk. Membuat Bara berdiri dan menuju jendela.

Di luar sangat gelap. Kerlip bintang terlalu lemah untuk menerangi kegelapan malam.

Tiba- tiba gawai yang tergeletak di kasur menyala dan bergetar. Bara heran siapa kira- kira yang menghubunginya dini hari begini.

Bara memeriksa telepon masuk pada aplikasi wa.

Sebuah nomor yang tidak dia kenal. Bara ragu untuk menerimanya. Bara membiarkan panggilan itu terhenti.

Selang beberapa saat sebuah notifikasi chat wa masuk.

" Bara tolong ini, om Frank. Om sedang terjebak di kota. Ada beberapa orang yang mengawasi om. Sepertinya mereka hendak berbuat sesuatu pada om. " Bara kaget saat membaca chat itu.

Lalu Bara buru- buru menuruni anak tangga. Dan menggedor pintu kamar Bas, sopirnya.

" Ada apa pak?" tanya Bas yang masi di pengaruhi rasa kantuk.

" Kamu tau tempat ini?" seru Bara seraya menunjukkan chat yang barusan di terimanya.

Sejenak Bas memperhatikan chat wa di gawai Bara.

" Tau bos. Tapi.. apa betul itu chat pak Frank. Setauku itu bukan nomornya." kernyit Bas, heran.

" Aku juga heran. Masa om Frank bisa sekalut itu, saat terancam."

" Coba aja pak Frank di hubungi. Jangan - jangan ada orang iseng." Bas membuka gawainya dan menekan nomor Frank.

Belum tersambung, tapi tiba- tiba terdengar deru mobil parkir di halaman.

" Sepertinya itu om Frank, terdengar dari suara mobilnya. " seru Bara.

Dan benar saja itu memang Frank. Frank masuk buru- buru ke rumah.

Dari ekspresi wajahnya pasti sesuatu telah terjadi.

" Lho, kalian belum tidur?" seru Frank kaget begitu ia masuk dan melihat Bara dan Bas yang menatapnya penuh selidik.

" Ada apa ini?" delik Frank heran. Dan mendekati Bara.

" Om dari mana? Apakah om baik- baik saja?" selidik Bara. Bara heran melihat sikap omnya, yang seolah tidak pernah terjadi sesuatu. Padahal barusan om Frank menchatnya lewat wa, meminta tolong.

" Apa benar om yang mengirim pesan ini?"

" Pesan apaan?" Frank membaca chat di gawai Bara.

" Hem, ini pesan palsu. Bagaimana pesan ini bisa nyasar ke wa kamu? Apa ada seseorang yang hendak menjebakmu?"

" Gak tau om. Tadinya aku dan Bas mau keluar menjemput om. Untunglah om segera pulang."

" Jangan- jangan, ini buntut peristiwa kemarin?" duga Bas tiba- tiba.

" Maksudmu apa ,Bas?" tanya Frank serius.

" Itu lho pak. Saat saya ngantar pak Bara kerja pertama kali. Pak Bara terlibat perkelahian dengan begal. Mereka mau merampok Reni."

" Oh, benarkah? Memang kamu tau siapa mereka Bas?" cecar Bara penasaran.

" Kalo melihat dari gaya mereka sih. Mereka seperti anak buahnya Rendra pak. Soalnya cuma anak buahnya yang suka buat onar di kota ini." sebut Bas.

Frank tercenung mendengar dugaan Bas. Lelaki yang sudah berumur empat puluhan ini tapi masih tampak segar, dan tampan. Berpikir keras.

Frank semakin yakin ada seseorang anak buahnya. Atau karyawan perusahaan yang memata- matai mereka.

" Ada apa om?" Apa om curiga seseorang ?" tanya Bara penasaran.

" Om belum yakin. Tapi om harap kamu harus berhati- hati. Coba selidiki siapa yang mengirim pesan palsu itu. Jangan - jangan itu akun fake."

" Baik om, nanti akan aku selidiki."

" Kalau begitu, ayo istirahat. Om capek setelah meninjau proyek tadi." Frank masuk ke kamarnya.

Bas juga akhirnya masuk kamar. Tinggal Bara yang tercenung. Bara membuka kulkas mencari minuman kaleng, untuk melepas dahaganya yang tiba- tiba menyiksa tenggorokannya.

Hampir sebulan di tempat ini, Bara merasa kehidupannya jenuh. Tidak, seperti saat dia masih tinggal di kota K.

Bara memiliki teman dan nyaris kehidupannya penuh warna. Bara selalu aktif bergerak kemana saja. Bersama rekan- rekannya.

Walau di hari- hari tertentu, dia juga akan mengurung diri.

Bara teringat Sisy, cewek yang selalu mengejar nya. Dan mengharap kan cintanya. Tapi sayang Bara selalu menolaknya secara terang- terangan.

Bahkan tak jarang dia bersikap kasar pada gadis itu. Agar Sisy menjauh dari kehidupannya.

Begitu juga dengan sahabatnya Richard. Juga teman gank nya, yang lain. Ah! Betapa Bara merindukan semuanya itu.

Sayang, untuk sementara ini dia harus menahan diri untuk tidak menghubungi mereka. Seperti kata om Frank. Takut, keberadaan dirinya terlacak! Oleh para pembunuh om Danu.

Di sini Bara selalu merasa sepi. Hanya om Frank dan Bas sopirnya tinggal di rumah ini. Pengurus rumah tangga hanya datang sekali dua hari.

Otomatis kehidupan sosial Bara nyaris terpasung.

Kegiatannya hanya sekitar perusahaan, rumah. Selebihnya Frank yang mengurus.Terkadang Bara ingin menjajal seperti apa kehidupan malam di kota ini.

Tapi karena masih sibuk dengan agenda perusahaan, semua keinginan itu terpaksa ia pendam.

Tiba-tiba Bara teringat akan si pengirim pesan palsu. Dan penasaran dengan dugaan Bas, sopirnya . Tentang orang yang mencoba merampok Reni tempo hari.

Apa benar ada keterkaitan dengan yang mengirim pesan palsu?

Akhirnya Bara membuka aplikasi pencarian untuk kelompok atau orang tertentu. Bara membuka bebera laman dan menemukan satu kelompok , yang menurut nalurinya perlu ia akses.

Bara terus berselancar, membuka situs kelompok yang sepertinya perkumpulan bela diri. Dan tiba- tiba mata Bara tertumbuk pada logo kelompok itu.

Bara men zoom logo itu biar lebih jelas nampak.!

Bara kaget! Karena logo itu sepertinya begitu familiar di benaknya. Tapi pikirannya serasa buntu, pernah melihatnya di mana.

Tiba- tiba Bara ingat kalau logo itu selalu ia lihat dalam mimpinya. Apakah logo itu ada kaitannya dengan mimpi yang selalu mengahantui tidur Bara?

Bara mencoba mengingat- ingat. Tapi kepalanya malah jadi berdenyut sakit, setiap kali di paksa mengingat sesuatu.

Bara menyandarkan tubuhnya di kepala tempat tidur. Dia benar- benar tersiksa , apa yang melatari hingga ia bisa kehilangan ingatannya di masa kecil.

Tepatnya di saat usianya lima tahun. Om Frank hanya bilang bahwa dirinya trauma karena kehilangan orang tuanya, secara tragis.

Seperti apa kronologinya, Bara memang tak ingat persis. Jangankan untuk mengingat peristiwa pembunuhan orang tuanya. Mengingat wajah orang tuanya saja Bara tidak bisa.

Apalagi selama ini ia menjalani kehidupannya dalam asuhan pamannya. Pengasuhannya begitu ketat dengan aturan.

Bara tidak di perkenankan keluar dari rumah. Sekolahnya saja di lakukan di rumah dengan mendatangkan guru privat.

Sehingga Bara memang jarang bersosialisai dengan lingkungan sekitaranya. *****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!