NovelToon NovelToon

Hati Yang Terpasung

Bab 1. Mimpi Buruk

Malam begitu mencekam! Langit tampak bersih dengan beribu bintang yang bersinar indah. Tapi keinddahan malam itu sangat berbanding terbalik

dengan keadaan sebuah rumah pertanian di pinggir hutan.

Beberapa orang dengan memakai topeng telah menyelinap, memasuki pekarangan rumah yang di huni oleh sepasang suami istri, dan seorang anak lelaki kecil berumus lima tahun.

Saat itu mereka telah tertidur lelap, sehingga mereka tak menyadari bahaya yang tengah mengancam nyawa mereka.

Orang- orang bertopeng itu kini berpencar. Jumlah mereka ada enam orang. Seorang diantara mereka yang menjadi pemimpin memberi instruksi dengan membagi tugas, yang sebelumnya sudah mereka rencanakan dengan matang.

Dua orang memasuki rumah, dua orang pergi ke arah gudang. Dan sisanya dua orang lagi pergi ke arah selatan. Dimana beberapa sapi dan kerbau juga dua ekor kuda berada di kandang.

Setelah melepas tali kekang kuda, dan membuka kandang sapi dan kerbau. Kedua orang itu membakar jerami. Hanya beberapa detik, api telah melahap kandang itu. Lenguhan sapi dan kerbau, juga ringkik kuda memecah keheningan malam.

Api juga nampak membara di gudang, dimana puluhan karung gabah , jagung dan kedelai telah terbakar. Aromanya sangat khas. menebar membelah malam.

Kedua orang yang menuju rumah besar, kini telah berhasil masuk setelah membobol pintu depan.

Gerakan mereka sangat halus, sepertinya mereka sudah profesional dalam melakukan pekerjaanya.

Dengan tatapan mata tajam , mereka mencari kamar utama. Tempat di mana Pak Hartono dan istrinya Maria., terlelap.

Maria menggeliat dan terjaga. Seperti kebingung

an saat mencium aroma, yang sangat tajam. Sontak dia bangkit dari ranjang. Dan mengintip lewat celah gorden karena di luar nampak benderang.

Maria terkejut dan buru- buru membangunkan suaminya. Setelah di guncang beberapa kali, pak Hartono akhirnya bagun. Dan bersamaan dengan itu, anak kunci pintu kamar berputar.

Hartono memberi kode pada istrinya untuk diam. Siapa tamu tak di undang itu. Sepertinya Hatono sudah tau siapa orang yang melakukan semua ini.

Karena beberapa hari sebelumnya, Hartono sudah mendapat ancaman. Hanya saja dia tak menduga bahwa orang yang mengancamnya secepat itu merealisasikan ancamannya.

Hartono meraih pedang panjang yang selalu terpajang di dingding kamarnya. Sekali sentak pedang itu telah berada dalam genggamannya.

Maria istrinya sangat ketakutan. Hartono membisikkan sesuatu ke telinga istrinya supaya mengungsikan anaknya , Bara ke tempat aman.

Buru- buru Maria berbisik membangunkan, Bara. Lalu memasukkannya ke lemari kecil di sudut kamar. Yang di atasnya ada vas bunga besar tempat bunga mawar yang setiap sore dia petik di halaman belakang.

Sekilas orang akan melihat itu hanya sebuah meja.

"Masuk ke sini sayang, jangan keluar apapun yang terjadi. ," dengan kebingungan Bara masuk dan duduk seraya menekuk kedua kakinya. Karena hanya dengan duduk seperti itu tubuhnya muat dalam lemari itu.

Karena lemari itu memiliki lobang, bulatan kecil jadi bisa dengan jelas melihat siapa yang ada dalam kamar.

"Braaakk!" pintu kamar kini telah terbuka lebar, akibat tensangan keras dari luar.

" Siapa kalian, dan apa yang kalian lakukan di rumahku!" bentak Hartono geram. Maria istrinya telah gemetar ketakutan di balik tubuhnya.

"Ha..ha....!" terdengar suara keras menggema di kamar itu. Bara , juga ketakutan, air matanya telah keluar di sudut matanya.

Tanpa banyak cerita, lelaki bertopeng itu menyerang Hartono, Hartono langsung roboh, karena serangan yang begitu tiba-tiba. Maria istrinya langsung menjerit , menangis ketakutan.

Sama seperti Hartono, Mariapun roboh berlumur

d**ah.

Maria mencoba menggapai tangan suaminya, lalu ia menatap ke arah anaknya. Memberi isyarat supaya tetap diam , lalu ia pun menghembuskan nafas terakhirnya.

Begitu kedua korban telah mati, kedua lelaki itu pun pergi begitu saja. Setelah terlebih dahulu menelepon seseorang, bahwa tugas telah selesai di laksanakan.

Ternyata mereka adalah pembunuh bayaran yang di suruh orang lain, untuk menghabisi keluarga Hartono. Karena sengketa tanah lahan, mereka di singkirkan.

Bergegas kedua orang bertopeng itu, meninggal

kan kamar, lalu bersuit memberi kode agar teman

nya yang lain segera berkumpul. Lalu mereka berlari ke arah hutan, menembus kegelapan malam.

Beberapa menit kemudian, raungan sirene ambulans dan mobil polisi berlomba-lomba memperdengarkan suaranya. Memecah keheningan malam itu.

Langit yang tadinya indah dengan kerlipan beribu bintang kini gelap, seolah turut menyatakan duka yang dalam. Atas kepergian Hartono dan istrinya, di malam berdarah itu.

Rumah yang tadinya begitu sunyi, kini telah ramai oleh petugas pemadam dan polisi yang mengamankan tempat kejadian perkara. Semua nampak berantakan, beberapa lokasi telah di tandai garis polisi. Tanda tak sembarangan orang boleh melintasinya.

Lalu semua kesibukan itu, teralih ketika sebuah suara raungan tangis memecah dan sosok itu berlari masuk ke rumah, menyeruak kerumunan orang- orang.

" Mana kakak dan abangku," pekiknya histeris dan menuju kamar kamar. Langkahnya langsung terhenti saat melihat tubuh kakak dan iparnya kini di tutupi koran. Darah menggenang di kamar itu, membuat kengerian yang dalam bagi siapa yang melihat.

Sosoknitu adalah Tania, adik perempuan Hartono

Tania berdiri mematung, matanya melotot tapi pikirannya entah di mana. Menyaksikan dua tubuh yang terbaring beku di hadapannya. Air matanya tak henti mengalir, lalu perlahan Tania melangkah mendekati jenazah itu. Tapi di cegat oleh petugas.

" Maaf bu, ibu di larang melintasi garis polisi," seru petugas menghadang langkah Tania. Tania tak peduli larangan itu tetap bergeggas mendekati korban.

Petugas akhirnya meyeret Tania, karena takut akan kehilangan banyak bukti- bukti. Karena masih menunggu kedatangan petugas identifikasi dari lab forensik.

Tania menjerit histeris karena petugas tak mengijinkanya melihat jenazah saudaranya.

" Maaf bu, ibu harus sabar. Tunghu petugas datang dulu. Nanti ibu menghilangkan bukti- bukti untuk penyelidikan. Mohon bersabar ya ,bu."

petugas itu mencoba menenangkan Tania.

Akhirnya Tania terdiam pasrah. Dengan tangis yang masih memillukan dia terduduk di pojok ruangan tamu. Sungguh Tania tak menyangka kejadian tragis ini terjadi pada keluarga abangnya.

Padahal abangnya tidak pernah punya musuh. Dia adalah pria sederhana yang mengelola tanah pertanian warisan kedua orabg tua mereka.

Sebagai seorang insinyur pertanian, abangnya lebih memilih mengelola tanah pertanian ketimbang mengurus bisnis keluarga mereka.

Tanialah yang mengurus perusahaan keluarga mereka yang bergerak di bidang jasa travel.

Mereka adalah dua bersaudara, yang telah kehilangan kedua orang tua mereka dua tahun lalu, akibat kecelakaan tunggal saat dalam perjalanan menghadiri pesta penikahan salah satu keluarga besar mereka.

Kecelakan yang sampai sekarang masih menyisakan misteri. Supir kehilangan kendali saat mengemudi sehingga membentur dinding tebing di sebuah tikungan tajam, yang terkenal telah banyak memakan korban.

Kecelakaan tunggal itu memakan korban tiga orang. Kedua orang tua Tania beserta supirnya. Dan dari penyelidikan polisi, rem mobil yang di kenderai mereka putus.

Tiba- tiba Tania ingat keponakannya, dia berlari kepada petugas dan menayakan keponakannya, Bara.

"Pak, mana keponakan saya,?"

" Maksud ibu ada orang lain selain, kedua korban?"

" Iya pak, keponakan saya, anak lelaki kecil berumhr lima tahun pak. Mana dia pak," panik Tania menuju kamar keponakannya. Tapi kamar itu kosong.

Lalu Tania kembali ke kamar utama, dan menerobos masuk. Bau darah segar begitu tajam menusuk. Langkah kaki Tania di ikuti seorang petugas, takut Tania menyentuh benda-benda yang akan menghilangkan barang bukti.

Mata Tania jelalatan menyergao seisi kamar, tapi tidak ada tanda-tanda keponakannya ada di kamar itu.

Tania begitu putus asa, dan benaknya telah di hantui hal yang paling menakutkan. Keponakannya juga turut jadi korban pembantaian.

Seluruh persendiannya telah lemas. Rasanya tak punya kekuatan lagi memikirkan kemungkinan itu. Tangis Tania pecah lagi. Dan hendak pergi ketika samar ia mendengar suara tangis lirih.

********

Bab 2

Tania menajamkan pendengarannya, serayq matanya mengitari seisi ruangan. Tania berlari ke arah ranjang tapi tak ada tempat yang cocok di jadikan untuk bersembunyi.

"Bu, ayo lekas keluar nanti ibu menyentuh barang-barang yang bisa menghilangkan bukti," seru petugas itu.

" Pak, tolong aku pak, mencari kepeonakan saya. Tadi aku seperti mendengar suara tangis, tapi aku tak tau dari mana asalnya."

" Ibu yakin mendengar sesuatu?" tanya petugas.

"Iya, Pak. Sepertinya di ruangan ini, tapi aku tak tau di mana," seru Tania putus asa. Polisi dengan nama Arif itu turut juga mencari, dengan hati- hati. Langkah Pak Arif tertuju ke arah vas bunga besar. Siapa tau anak itu sembunyi di baliknya.

Ketika jaraknya tinggal selangkah lagi, vas bunga itu bergoyang. Bara kecil yang di sembunyikan ibunya, sangat ketakutan saat melihat polisi itu mendekati persembunyiannya. Karena itu ia mau mencoba melarikan diri. Tapi karena tempat yang sempit, lemari kecil itu jadi bergoyang.

Pak Arif langsung mengangkat vas bunga besar itu dari atas kemari kecil. Dan membuka pintunya

alangkah kaget pak Arif saat melihat Bara, dengan wajah ketakutan meringkuk di lemari kecil itu.

Tania yang mengikuti langkah Pak Arif, lebih kaget lagi.

" Bara!" panggilnya antara sedih dan bahagia. Sedih karena anak itu telah kehilangan kedua orang tuanya. Dan Bahagia karena Bara lepas dari pembantaian.

Pak Arif mengeluarkan tubuh mungil itu dari dalam lemari, dan memberikannya pada Tania. Tania menangis sesegukan, mereka keluar dari kamar itu. Sedang kondisi Bara sangat memprihatinkan. Tatapan matanya kosong, Bara tak merespon ketika Tania memanggil dan menciuminya. Bara trauma saat saatbmelihat kedua orang tuanya di bantai beberapa menit lalu.

Selang beberapa saat petugas forensik telalh tiba di TKP. Para petugas memasukkan kedua mayat itu ke dalam kantong jenazah untuk di visum di labfor.

Beberapa petugas mengambil foto dan beberapa bukti untuk penyelidikan. Kilatan lampu blizt saling beradu menyilaukan mata. Petugas juga memintai beberapa keterangan dari para saksi yang ada di lokasi.

Hampir semua tempat telah di telusuri petugas. Mulai dari gudang, hingga ke kandang hewan ternak yang terbakar habis. Untuk mencari bukti yang kuat tentang pembataian malam itu.

Tapi para pelaku adalah orang- orang yang sangat profesional dalam menjalankan tugasnya. Sepertinya mereka adalah pembunuh bayaran, berdarah dingin. Karena korban tidak sempat melakukan perlawanan, meski korban memegang senjata di tangannya.

Diantara kerumunan orang - orang yang menyaksikan kejadian kebakaran dan pembunuh

an itu, seorang lelaki seumuran Pak Hartono tersenyum sinis.

Dia adalah Vincent pemilik tanah pertanian juga, yang menjadi tetangga Pak Hartono. Banyak yang tidak tahu kalau Pak Wisnu orang tua Hartono punya sengketa dengan orang tua pak Vincent.

Pak Wisnu tidak pernah membicarakan masalah perbatasan itu kepada Hartono.

Pak Wisnu tidak ingin anak- anaknya terlibat dengan tanah sengketa itu.

Dari surat tanah yang di miliki Pak Wisnu, tanah di perbatasan itu adalah miliknya. Yang di wariskan kepadanya dari orang tuanya. Tanah itu di pisahkan oleh sebuah sungai yang berbatas langsung dengan tanah milik keluarga pak Vincent.

Jadi sungai itu masuk dalam kepemilikan pak Wisnu. Tapi di klaim oleh orang tua Vincent sebagai tanah miliknya.

Meski Pak Wisnu memiliki surat- surat yang syah tapi orang tua Vincent ngotot bahwa sungai itu masuk ke tanah miliknya. Karena kedua belah pihak saling mengklaim. Akhirnya tanah perbatasan itu tidak pernah di kelola oleh kedua belah pihak.

Masalah kembali timbul setelah pak Wisnu meninggal dalam kecelakan tunggal dua tahunyang lalu. Dan kecelakaan itu tak pernah terungkap, bahwa pihak keluarga Vincentlah yang merusak mobil itu.Dengan memutus remnya.

Berkali- kali Vincent mengirim -kan surat ancaman pada Hartono, soal tanah sengketa itu.

Saat itulah Hartono tau bahwa antara keluarga-

nya dan keluarga Vincent ternyata bertikai.

Setelah menyewa jasa seorang pengacara terkenal, Hartono mengetahui bahwa tanah itu adalah tanah miliknya. Hatinya tak gentar untik mempertahankan yang menjadi haknya.

Bahkan Hartono berencana untuk mengelola tanah itu menjadi sebuab pertanian. Dengan membaginya ke beberapa warga dengan sistem Koperasi, sehingga tanah itu bermamfaat bagi orang banyak.

Ketika Vincent mendengar rencana itu darj anak buahnya, membuatnya marah besar. Karena dia juga berencana hendak membangun tanah itu menjadi obyek Pariwisata.

Karena itu Vincent mengancam akan membuat perhitungan dengan Hartono.Tapi Hartono balik mengancam akan melaporkan Vincent, karena dia telah menemukan ladang ganja di tanah milik Vincent.

Hal itulah yang membuat Vincent nekad untuk mengesekusi keluarga Hartono malam itu juga.

Dengan membayar mahal para pembunuh bayaran profesional. Dan tidak percuma Vincent membayar mereka , karena mereka nyaris tak meninggalkan jejak.

Hanya satu kesalahan yang mereka perbuat, mereka tidak membunuh putranya Hartono, Bara.

Karena setelah dewasa kelak, Baralah yang akan menuntut darah atas kematian orang tuanya.

20 tahun kemudian.

Tap...tap...tap...

Langkah kaki tergesa itu, memecah keheningan koridor Rumah Sakit di tengah malam yang dingin.Secepat apapun dia berlari, tapi dia merasa langkahnya seperti jalan di tempat.

Langkah kaki di belakangnya tak mampu mengikuti sehingga dia tertinggal jauh.

" Bara...! Tunggu!" tapi suara itu tak mampu menghentikannya. Bara, semakin cepat berlari menuju sebuah ruangan, di mana Pamannya tengah kritis karena kecelakaan.

Akhirnya Bara tiba di ruangan Vip tempat Paman Danu di rawat. Bara begitu syok melihat keadaan pamannya. Tak kuasa ia menahan air matanya jatuh. Melihat keadaan Bara, Sherly bibinya menyentuh pundak Bara.

" Yang kuat dan sabar ya, Bara."

" Bibi, bagaimana bisa seperti ini,"

" Pamanmu mau bertemu teman lamanya. Dan kecelakaan itu terjadi saat Paman sudah sampai di sana. Tiba- tiba saja datang sebuah motor dan menabrak pamanmu begitu saja.

" Apa orangnya sudah di temukan , bi?"

"Sayangnya tak bukti kecelakaan itu.Tak ada cctv di sekitar lokasi itu.

" Hem, aneh. Apakah Paman sengaja hendak di bunuh, bi. Apa paman punya musuh?" bibi Sherly diam mendengar pertanyaan itu. Danu suaminya

memang punya masa lalu yang kelam.

Tapi sejak kehadiran Bara di rumah mereka dua puluh tahun lalu, itulah motivasi suaminya meninggalkan masa lalunya Dan memutuskan merawat Bara kecil, karena nereka memang tudak memiki anak.

" Bibi tidaķ tahu, nak. Setau bibi, pamanmu tidak punya musuh. Mungkin ini murni kecelakaan.

Tapi tidak dengan Bara, Bara yakin ada seseorang mencelakai pamannya. Siapapun itu, aku akan membalasnya, geram Bara.

" Bara, kamu benar- benar keterlaluan," sergah seorang gadis yang mengikuti lanngkah Bara tadi di koridor Rumah Sakit.

" Siapa juga yang menyuruhmu ikut. Kamu sendiri yang ngotot," cebik Bara dingin, sama sekali tak kasihan pada Sisy. Tadi mereka bertemu di cafe, Sisy yang merasa suprise bertemu Bara du cafe, dengan berani duduk semeja dengannya.

Padahal Bara tak mengundangnya dan hanya memandangnya sebelah mata. Tapi Sisy nekad, karena cowok yang dua tahun terakhir ini ia sukai, sangat susah bertemu dengannya.

Jangankan bertemu dengannya, membalas chatnya saja bukan main susahnya, ******

bersambung...

Bab 3

Bara menelepon beberapa temannya ,untuk mencari informasi tentang kecelakaan pamannya.

Mereka berjanji akan menyelidikinya dan akan melaporkannya nanti pada Bara. Bara menutup gawainya, ketika Sisy tiba- tiba muncul di belakangnya.

Bara menatap wajah Sisy dingin. Dengan acuh Bara melengos pergi. Tanpa peduli sama sekali.

" Bara.." panggil Sisy putus asa. Betapa dingin dan bekunya sikap Bara, sehingga membuat Sisy geram.

Tanpa menoleh ke belakang, langkah kaki Bara terhenti.

Sisy berlari menjejeri langakah ,Bara.

" Aku haus, Bara." rengek Sisy minta belas kasihan.

Bara mengatupkan rahangnya menahan rasa jengkel. Tanpa bicara dia menyeret lengan Sisy dengan kasar.

Sisy meringis menahan sakit. Tapi lebih baik begini dari pada di cuekin, batin Sisy.

Bara membawa Sisy ke mini market di seberang rumah sakit.

" Cepat pilih minuman kesukaan mu. Setelah ini kamu harus pulang!" sentak Bara kasar. Sisy memilih beberapa minuman kaleng dan camilan.

Dengan wajah cemberut Sisy menuju kasir. Hendak membayar minumannya. Tapi di cekal Bara.

" Sudah aku bayar," lengos Bara, langsung melangkah di depan Sisy.

"Memang harganya udah tau, Bar?" tanya Sisy, heran.

" Belanjaanmu pasti gak lebih dari, lima puluh ribu. Sudah ku bayar seratus ribu. Kenapa matamu mendelik begitu?"

" Berarti uangnya masih sisa kan. Sisy hendak berbalik ke mini market lagi.

" Kata siapa sisa, aku ambil juga rokok ini. Dasar pelit, gitu aja hitungan," sergah Bara.

Sisy cuma melengos. Sebal juga di katain pelit.

Kan dia gak tau kalau dia ambil rokok juga.

" Ayo cepat! Malah bengong lagi!" gertak Bara makin kesal saja. Sambil berjalan, Bara menelepon seseorang.

" Tunggu di sini bentar. Seseor

ang akan menjemputmu. Aku mau jeguk paman dulu." Bara pergi tak lama kemudian Richard teman Bara sudah tiba.

" Ayo Sy! " ajak Richard. Sisy nampak kesal lalu naik ke motor Richard.

" Jadi kamu ya, yang di telepon Bara?" cebik Sisy.

" Hem, kalau gak suka, biar aku pergi saja." Richard pura- pura mau memutar motornya.

" Eits... Tunggu Rich," teriak Sisy tiba-tiba. Takut bila Richard serius mau pergi. Mau pulang sama siap dia nanti.

Bara saja tega menitipkannya pada Richard. Padahal dia rela kalau harus menemani Bara di rumah sakit. Sekalipun di cuekin terus, aduh!

" Masih gak kapok juga ya, Sy. Dengan perlakuan Bara. Segitu butanya kamu liat Bara. Padahal banyak cowok yang ngantri mau jadi pacar kamu!" teriak Richard di tengah bisingnya suara motornya.

" Bukan urusan kamu, ya!" teriak Sisy tak kalah kerasnya.

"Ha...ha....!" Richard tertawa mengejek. Sisy makin kesal. Di cubitnya pinggang Richard, membuat Richard teriak kesakitan.

" Mampus lo, makanya jangan suka ngejekin orang," seru Sisy.

" Sadis juga kamu jadi cewek, Sy. Ketularan Bara, ya." ejek Richard tak mau kalah. Baginya lebih baik ngajak Sisy berantam terus dari pada diam sepanjang jalan.

Dia suka Sisy, tapi Sisy nya lebih suka Bara. Perasaan itu telah hampir tiga tahun ini ia pendam.

Bara tau kalau Richard suka Sisy. Karena itulah setiap ada kesempatan, Bara selalu memberi peluang untuk mereka bertemu.

Bara sudah berbagai cara menolak perasaan Sisy.

Tapi Sisy seolah tak melihat lagi dunia lain selain dunia Bara.

Semakin Bara mencoba menjauh, semakin Sisy mendekat. Akhirnya Bara membuat sikap. Bara salalu acuh, kasar dan kadang terlalu tega, hanya untuk memperingatkan agar Sisy menjauh darinya!

Sebenarnya Bara tak tega berbuat itu semua. Tapi dia tak ingin Sisy makin berharap padanya. Apalagi setelah ia tau sahabatnya Richard suka pada Sisy.

Selain itu, bagi Bara perkara cinta adalah hal yang paling ia hindari. Berteman oke, tapi bila sudah ada unsur suka atau cinta. Bara akan menghindar

sejauh mungkin

Itulah sebabnya banyak hati cewek patah gegara sikap Bara. Tidak seorangpun yang tau kenapa Bara begitu dingin dan beku bila berhadapan dengan perempuan.

Bagi kebanyakan orang , Bara adalah sosok misterius yang penuh sejuta pesona.Sikap dingin dan acuhnya itu, justru membuat banyak orang semakin penasaran.

Tapi tak urung juga banyak yang menjauh dan menghindari Bara pada akhirnya. Tapi Bara tetap tak peduli. Bahkan dia merasa lebih baik begitu, sehingga ia tak repot meladeni mereka.

Di balik semua sikap dinginnya, Bara adalah seorang pekerja keras, di siplin dan cenderung otoriter.

Setiap orang yang berurusan dengannya harus benar- benar disiplin juga.

Sikap kerasnya itulah yang membuatnya sukses memimpin perusahaan pamannya itu. Dan sifat kerasnya itu juga adalah karena didikan keras dari pamannya sedari kecil.

Semua itu pamannya lakukan karena pamannya menyiapkannya untuk menjadi pewaris tunggal perusahaannya kelak.

Danu pamannya telah menggembleng Bara untuk menjadi sosok yang tangguh. Apalagi ketika Danu tau siapa di balik kematian saudara sepupunya, Hartono.

Menjadi Ceo sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan barang kontruksi, bukan hal yang mudah untuk tetap bertahan. Di antara banyaknya persaingan.

Tapi ada satu hal yang yang menjadi rahasia gelap pamannya. Danu juga adalah penyedia barang haram, yang di lakukan pamannya selama ini.

Perusahaan itu hanyalah kedok untuk menutupi bisnis gelapnya. Jelasnya, Paman Danu adalah seorang mafia jaringan internasional.

Yang sudah lama di cari, tapi karena rahasianya itu tersimpan rapi selama ini. Danu tak pernah di curigai oleh para intel dan Polisi. Yang selama ini selalu mencari namanya.

Dengan kode nama, "Black Bird." atau burung hitam.

Tapi tiga bulan terakhir ini, rahasia Danu ada yang membocorkan. Itulah sebabnya Danu menghubungi temannya untuk mengomfirmasi berita itu.

Danu hendak menyuruh sahabatnya itu untuk membawa pulang keponakannya Bara, kembali ke tanah air!

Tapi naas baginya, belum sempat Danu bertemu sahabatnya. Danu tertabrak atau tepatnya di tabrak oleh seseorang. Yang mencegah agar pertemuan itu tidak terjadi.

Dan kini Danu telah terkapar koma di Rumah sakit!

Entah sampai kapan dia terus dalam keadaan seperti itu. Sementara jiwa istri dsn keponakannya tengah terancam.

Drtt drrtttt....

Ponsel dalam kantong jas Bara berdering. Buru- buru Bara membuka aplikasi berlambang telepon hijau.

" Halo...." sapa Bara heran karena no yang tidak ia kenal.

" Ini Bara, ya.?" tanya suara di seberang dengan dingin.

"Iya, saya sendiri. Siapa ini?" balik tanya Bara. "

" Bisa bertemu anda di Cafe Sunset, temui saya di lantai dua no 13," tukas orang asing itu.

Bara mendelik curiga, sekaligus penasaran akan telepon itu.

Akhirnya, rasa penasaran itulah yang membawa- nya ke tempat pertemuan itu. Dan bertemu dengan seseorang, yang sama sekali belum pernah ia jumpai.

Lelaki seumuran pamannya, Danu telah menunggunya duduk di pojok. Topi dan kaca mata hitam yang ia kenakan plus masker hitam. Membuat Bara sulit untuk mengenali wajah sosok itu.

" Aku Frank, sahabat pamanmu. Beliau berpesan bila terjadi sesuatu padanya ia menyuruhku bertemu denganmu! Dan kamu harus segera meninggalkan negara ini." ucap orang misterius itu penuh penekanan. ******

bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!