Setelah rapat yang penuh interupsi dan adu argumen yang alot. Akhirnya rapat berakhir dengan keputusan, Bara menjadi CEO baru perusahaan Artha Group.
Bara langsung membuat pengumuman akan merombak semua cara kerja di perusahaan yang akan dia pimpin.
" Selamat siang untuk hadirin semuanya, terima kasih atas kepercayaan dan kesempatan yang di berikan pada saya untuk memimpin perusahaan Artha Group. Saya berjanji akan berusaha sekuat mungkin untuk kemajuan perusahaan ini.
Jadi saya mohon kerja samanya dan dukungan dari bapak- bapak sekalian. Terimakaksih." Bara menutup pidato singkatnya. Sekalian menutup rapat.
Peserta rapat bubar dan dilanjut acara makan siang ala kadarnya. Serta acara perkenalan untuk semua staf kantor.
Saat perkenalan itu, Bara melihat sosok seorang perempuan di sudut ruangan, duduk sendiri. Sementara yang lainnya sedang menikmati acara hiburan.
Bara seperti kenal sosok perempuan itu. Sepertinya dia perempuan yang dia tolong tadi pagi, saat di jalan.
Tapi Bara ragu akan ingatannya. Dan penampilan perempuan yang ia tolong dengan yang duduk di sudut ruangan agak berbeda.
" Kamu liat siapa, Bara. Apa kamu kenal gadis itu?" bisik Frank di telinga Bara.
" Gak! Tapi sepertinya dia gadis yang aku tolong di jalan, menuju ke sini. Tapi aku ragu, sepertinya aku salah duga." sahut Bara terkejut, tak menduga Om Frank memerhatikan tingkahnya yang mengamati perempuan di sudut.
" Dia Reni, salah satu staf di perusahaan ini. Dia sudah bekerja hampir lima tahun. Kenapa? Kamu naksir ya?" gurau Frank dengan senyum menggoda.
" Om ngomong apaan sih." delik Bara menatap Frank dingin. Bukannya diam, Frank malah terbahak melihat sikap Bara.
" Om cuma bercanda, tapi sudah saatnya kamu melirik cewek mana yang kamu suka." ucap Frank masih dengan senyum nakalnya. Menggoda Bara.
" Hem.." dengus Bara dingin. Tak peduli ejekan om Frank.
" Om pamit dulu, ada sesuatu yang mau om selesaikan. Sampai jumpa di rumah nanti malam." Frank pamit setelah ia mendapat panggilan di handphone nya.
" Baik om, " sahut Bara heran. Mau bertanya, tapi karena Frank buru- buru, Bara mengurungkan niatnya.
Sebenarnya, Bara juga sudah bosan dan ingin segera pergi meninggalkan ruangan ini. Tapi berhubung acara ini adalah acara penyambutannya. Mau tak mau Bara harus bertahan. Kalau tidak ingin di cap bos yang tidak punya etika.
Bara mencoba menikmati lantunan suara penyanyi di pentas.Yang menurutnya lumayan bagus juga.
Di saat asyik menikmati lagu, segerombol cewek- cewek datang menghampiri Bara.
Mereka seolah ragu untuk maju. Apalagi saat Bara menatap tajam ke arah mereka. Tapi kadung terlanjur, mereka maju juga.
" Maaf Mas, eh pak Bara! Kami boleh mengenalkan diri kami pak?" seorang yang lagaknya lebih centil memberanikan diri bicara.
"Hem..., boleh. Silahkan! " sahut Bara masih dengan tatapan dinginnya.
" Saya Daniah, " dengan gaya centilnya Daniah menyalam Bara.
" Saya Rita,"
" Saya Nisa pak,"
" Saya Reni pak," sambil tertunduk , jemarinya saling bertaut.
" Bukankah kamu yang tadi pagi saya tolong?" kernyit Bara memperhatikan raut Reni. Sontak ketiga rekannya kaget.
"Ii..ya pak. Terimakkasih pak." wajah Reni memerah. Ada rasa segan karena yang menolongnya tadi pagi adalah Ceo di perusahaan tempatnya berkerja.
Ketiga rekannya langsung kasak kusuk, pengen tau cerita Reni.
" Permisi ya, pak." ucap Daniah di ikuti yang lain. Daniah langsung Reni ke arah luar ruangan.
"Ih, kamu Ren. Kok gak cerita sama kita, kalo kamu itu udah kenal pak Bara." serobot Daniah gemes.
" Aduh, apanya yang mau aku cerita. Lagian tadi kan udah aku bilang kalo aku hampir di jambret. Kalian aja yang gak nyimak," cebik Reni. Bikin geram hati ketiga rekannya.
" Iya sih, tapi kamu kan gak bilang kalo pak Bara yang nolongin kamu," cecar Rita tak kalah gemas.
" Yah! Aku juga kan baru tau kalau yang nolong gue itu, pak Bara. Ceo baru kita." kekeh Reni lucu.
" Trus, gimana tadi adegan heronya pak Bara. Saat nolongin kamu," kilah Nia yang sedari tadi cuma pendengar.
" Hem, kek mana ya. Pokoknya pak Bara itu emang jago banget. Sekali terjang aja ke duanya langsung lari terbirit- birit."
"Wao...selain tampan dan gagah, pak Bara juga, jago bela diri ya." timpal Daniah. Seraya kedua matanya berkedip- kedip nge halu. Dalam hayalnya pak Bara menolongnya dari penjahat, yang mencoba merampoknya.
" Aih, kamu kenapa sih, Niah. Ngehalu ya?" ketiga rekannya ngakak melihat polah Daniah.
" Dasar! Teman gak ada rasa. Tadi pak Bara mau menciumku lo. Gegara kalian, jadi bubar dah," ucap Daniah pura- pura sewot. Jadinya mereka saling menertawakan satu sama lain.
Lupa kalau mereka masih di aula. Sehingga ulah mereka menarik perhatian orang lain.
" Uh...Ceo baru kita memang tampan. Tapi aduh, sikap dinginnya buat hatiku meleleh," gelak Rita.
Tanpa mereka sadari, Bara telah melintas dari belakang mereka. Bara hanya tersenyum kecil saat mendengar gosip yang mereka bicarakan seputar dirinya.
Malam telah menunjukkan pukul sebelas malam lewat.
Tapi Frank belum juga pulang, sejak ia pamit di kantor tadi siang.
Bara merasa heran, apalagi saat di hubungi lewat telepon selulernya tidak ada respon sama sekali.
Untuk membuang rasa tak enaknya, Bara membuka laptopnya. Menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda tadi siang.
Belum sampe lima belas menit, Bara mendengar deru mobil memasuki halaman.
Bergegas Bara turun dan membuka pintu. Nampak wajah lelah om Frank di pintu.
^^^" Lho, belum tidur Bara? Kenapa kamu yang membukakan^^^
pintu?"
" Aku sedang menunggu, Om. Om dari mana? Berkali aku hubungi HP om tidak aktif." cecar Bara.
" Om hanya ada urusan penting." Frank berlalu begitu saja. Membuat Bara curiga.
" Urusan apa, Om. Apa itu ada hubungannya dengan Black Bird?"
Langkah kaki Frank terhenti saat mendengar ucapan Bara. Lalu ia berbalik arah, menatap Bara penuh selidik.
" Kamu tau soal Black Bird?" tanya Frank kaget.
" Iya, om Danu pernah cerita soal itu." sahut Bara santai.
Tapi tidak dengan Frank. Frank langsung mencekal tangan Bara, dan mengajaknya naik ke
Keruangan kamar orang tua Bara.
" Bara, sejauh mana kamu tau soal Black Bird. Kamu tau itu adalah kode jaringan usaha Danu, soal obat terlarang. Aparat negara ini dan negara K, tengah mencari informasi soal jaringan ini. Dan keterlibatan Danu dengan pengedar internasional.
Bagaimana Danu bisa melibatkan kamu.dalam masalah ini? Danu benar- benar ceroboh!" geram Frank.
" Sebenarnya Black Bird itu adalah kode nama saya , om. Sayalah yang mengelola jaringan itu, lewat internet." beber Bara santai. Tapi tidak dengan Frank. Matanya mendelik ke arah Bara.
Meminta pejelasan yang lebih akurat.
" Maksud kamu apa Bara? Kamu bilang kamu yang mengelola jaringan itu? *****
bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments