Cìiiiiiiittttt.....suara decit ban mobil yang tiba- tiba berhenti. Terasa sangat menyakitkan telinga. Seorang pengendara motor menyalib mobil yang di supiri Bas. Dalam perjalanan mereka menuju perusahaan Artha Group
Tubuh Bara terpental ke depan dan keningnya menyentuh dashboard mobil. Untung Bara pakai sabuk pengaman. Sehingga benturan itu tidak terlalu keras.
" Ada apa Bas?" teriak Bara kaget. Dan belum sempat Bara mendapat jawaban, jendela kaca mobil di ketuk kasar dari luar.
" Maaf bos, ada yang mencegat mobil kita," suara Bas menyimpan ke cemasan.
Sementara gedoran di kaca mobil makin keras.
" Buka! teriak seseorang yang tidak di kenal, Bara.
Dengan sikap tenang Bara hendak membuka pintu mobil. Tapi di cegah oleh Bas.
" Sepertinya mereka orang bar- bar , bos. Apa kita perlu telepon pak Frank.
" Jangan! Aku mau tau apa maksud mereka. Kamu di sini, tunggu sebentar."
" Tidak bos. Aku juga ikut keluar," seru Bas.
Bara dan Bas keluar dari mobil. Dengan melipat tangan di dada, Bara menatap gerombolan yang berjumlah delapan orang itu, dengan waspada.
" Ada apa ini, pak! Kenapa tiba- tiba mencegat kendaraan kami?" tanya Bara sopan.
" Jangan banyak cincong kau, hup..! tiba- tiba Bara mendapat serangan. Dengan gerak refleks Bara menghindari tendangan itu.
" Hem...besar juga nyalimu, bung! Ayo, serbu!" teriak pria plontos yang menyerang Bara.
Bara menyambut serangan itu. Dengan mudah tendangannya bersarang di dada pria plontos itu.
"Augh! " jeritnya kesakitan. Darah segar langsung muncrat keluar dari mulutnya. Baru satu tendangan, musuhnya langsung keok.
Melihat bosnya terkapar, ketujuh anak buahnya murka dan menyerang Bara dengan beringas.
Bas melihat gelagat tak baik. Bas langsung memepet tubuh Bara dari belakang. Berdua mereka saling bantu menangkis setiap serangan dari kelompok tak di kenal itu.
Duel yang tak seimbang pun terjadi. Tujuh lawan satu! Dengan gerak tubuh yang lentur, Bara menghajar menghajar musuhnya. Dalam tempo singkat semua musuh Bara terkapar di tanah.
" Siapa kamu, hah?!" Bara menarik leher baju lelaki plontos dengan dingin.
Wajah lelaki itu langsung pucat, dan mohon ampun. Sambil menyeringai menahan sakit, dia mencoba bangkit. Tapi cengkeraman Bara begitu kuat, membuat nafasnya jadi sesak.
" A..aku anak buah Ren...dra. Augh...! " susah payah lelaki plontos itu menyebut nama bosnya.
Lalu ia menjerit kesakitan saat Bara melepas cengkramannya.
" Kenapa kamu menyerang kami, hah?!" sentak Bara.
" Ka..mi di suruh bos. Karena anda telah mencampuri urusannya."
Bara mengernyit heran. Memandang ke arah Bas."
" Peristiwa kemarin itu kayaknya, bos" Bas mengingatkan Bara insiden di hari pertama masuk kerja.
" Dasar berengsek! Pengecut!" geram Bara. Lalu mengajak Bas untuk segera berlalu dari tempat itu.
" Beraninya cuma main keroyok. Apa para petugas polisi gak bisa mengayomi masyarakat. Sehingga mereka tidak bertindak seenaknya saja."
" Mereka justru di lindungi aparat bos. Makanya mereka semakin bringas. Merasa di beri panggung,"
" Kasihan mereka yang menjadi korban. Tetapi tidak di lindungi," guman Bara.
" Iya bos. Sangat miris memang."
Tiba-tiba suara handphone Bas berdering. Bas melihat nama pak Frank dalam panggilan.
" Halo pak, selamat pagi" sapa Bas. "Iya pak , kami sedang dalam perjalanan pak!"
" Ayo, bos. Itu telepon pak Frank. Kenapa kita terlambat datang."
" Ya sudah, ayo cepat. Kita sudah telat empat puluh menit," seru Bara saat melihat jam di tanganya.
Bas segera menyalakan mesin mobil. Dan beranjak dari tempat itu.
Sementara kelompok yang mengeroyok Bara, merasa kesal karena gagal memberi pelajaran pada Bara.
Insiden itu memang di latari atas aduan salah satu anak buah Rendra. Sejak itu mereka menyusun rencana untuk membalas Bara. Karena berani turut campur saat mereka hendak merampas tas milik Reni.
Mereka sudah mengamati Bara hampir sebulan ini. Mengikuti kegiatan rutin Bara. Bahkan merekalah yang mengirim pesan palsu itu.
Tapi sayang niat mereka ketahuan, dengan tidak hadirnya Bara. Di tempat yang telah mereka tentukan.
Maka mereka melaksanakan rencana B. Yakni mengeroyok Bara, di tempat yang cukup strategis.
Tapi sungguh sial. Justru mereka yang jadi babak belur. Mereka tak menyangka kalau Bara jago bela diri. Bahkan boleh di kata ilmu bela dirinya sudah tinggi.
Bas memarkirkan mobil yang dia supiri di tempat parkir, khusus. Begitu mereka tiba di Perusahaan Artha Group.
Frank yang sudah menunggu kedatangan mereka langsung datang menghampiri.
" Kamu kenapa, Bara?" selidik Frank begitu melihat wajah Bara yang lecet.
" Tidak apa- apa om. Cuma lecet sedikit," ringis Bara.
" Wajahmu tampak kacau seperti ini, kamu bilang tidak apa- apa?" Frank menatap tajam ke arah Bas.
'" Buntut dari kejadian tempo hari, pak. Mereka jadi dendam sama si bos,"
"Mereka makin keterlaluan saja!" maki Frank geram.
" Memang om kenal mereka?" tanya Bara heran.
" Mereka kaki tangan Vincent! Ayo masuk, rapat mau di mulai. Bas, ambilkan kotak P3K di ruanganku. Bawa ke aula!"
" Sudahlah om, lukanya gak serius. Cuma lecet saja. Nanti aku saja yang urus, usai rapat." ucap Bara agak kesal. Tingkah om Frank setali tiga uang dengan om Danu dalam
memperlakukannya.
Selalu saja dianggap seperti bocah. Tak mampu mengurus diri sendiri!
*****
" Apa?!" Kalian delapan orang tidak bisa mengatasi dua orang. Memalukan! Bug..bug.." Rendra memukul si plontos dua kali di bagian perutnya.
" Dasar tak becus. Tampangmu saja yang sangar!
Tapi lembek. " maki Rendra.
" Maaf bos. Pak Bara itu bukan orang sembarangan. Di banding dia, bela diri kami tidak ada apanya." ucsp si plontos memelas.
" Alah...Banyak alasan kamu. Dasar pengecut! Sana, bubar!" kibas Rendra mengusir semua anak buahnya dari ruangannya.
Tanpa di komando dua kali, mereka langsung bubar.
" Seberapa jago kamu, Bara. Aku benar- benar penasaran denganmu. "
Rendra memang sudah mendengar info, bahwa perusahaan Artha Group telah di pimpin seorang Ceo dari negara K.
Artha Group yang selama ini namanya tidak di kenal. Tiba- tiba saja namanya melejit setelah di pimpin Bara.
Tentang siapa Bara, tak banyak info yang ia peroleh. Laki- laki itu sungguh misterius.
Rendra merasa terancam kalau kabar ini akan sampai ke telinga bosnya, Vincent!
Bisa- bisa saja nanti Vincent merekrutnya. Karena sudah kebiasaan bosnya. Jika mendengar ada orang yang jago beladiri, pasti ia bujuk untuk menjadi anak buahnya. Rendra tidak ingin itu sampai terjadi.
Pamornya bisa turun nanti. Karena itu, Rendra menyusun rencana untuk menghabisi Bara. Bagaimanapun caranya Bara itu haeus di lenyapkan dari kota ini.
Sementara itu di tempat terpisah, Bara mendapat aplaus saat menyelesaikan presentasinya.
Hampir semua pemilik saham setuju dengan program Bara. Mengelola lahan pertanian yang yang terbengkalai karena sulitnya mendapatkan air.
Jadi mereka akan membangun sebuah irigasi, yang nantinya akan mengairi sawah para penduduk.
Sehingga para petani tidak mengharapkan air hujan saja untuk mengairi sawahnya. Yang nantinya akan meningkatkan taraf kehidupan masyarakat pedesan.
Hal ini juga nantinya akan berpengaruh dengan perusahan, karena perusahaan Artha Group lah yang akan jadi penyedia alat- alat pertanian.
Termasuk, pupuk, benih, dan penampung gabah hasil pertanian.
Karena pengamatan Bara, selama ini. Penyediaan alat- alat pertanian di monopoli oleh salah satu toko. Sehingga mereka mempermainkan harga sesukanya.
Hal itu menyebabkan banyak petani yang berhenti dan mejual tanah pertaniannya. Dan mereka pindah ke kota, untuk mengadu nasib.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments