Bab 4

" Maksudnya apa? Kenapa aku harus meninggal- kan negara ini. Bagaimana dengan paman dan bibiku?!" beliak Bara penuh keheranan

" Semua ini demi keselamatanmu! Masalah paman dan bibimu sudah terlambat untuk itu." sahut pria itu, seraya matanya terus awas ke sekeliling.

" Terlambat untuk apa. Jangan membuatku bingung!" hardik Bara.

" Mari kita bahas itu nanti. Sekarang kita harus meninggalkan tempat ini segera. Ikuti aku, dengan tenang. Jangan mengundang perhatian orang." Frank berdiri perlahan, tak lupa ia lebih dulu meninggalkan beberapa lembar uang kertas.

Untuk minuman mereka.

Seperti kerbau di cocok hidungnya, Bara mengikuti saja langkah Frank. Mereka keluar lewat belakang cafe. Sambil berjalan, Frank menghubungi seseorang.

" Ayo, lewat sini!" seru Frank. Matanya tak henti melihat sekeliling.Bara makin penasaran karena di pelakukan seperti anak kecil.

Tak berapa lama sebuah mobil sudah berhenti di depan mereka. Suara derit bannya yang tajam menandakan sang supir yang terburu- buru. Atau sedang di buru.

Frank menyuruh Bara masuk ke kursi penumpang. Sedang ia duduk di samping supir.

" Bagaimana, apa semua sudeh beres?" tanya Frank pada supir.

" Semua terkendali bos. Tapi kita harus buru- buru. Waktu kita cuma lima belas menit."

" Bagus, semoga semua berjalan lancar." sahut Frank.

Merasa di acuhkan, Bara kesal dan bingung akan pembicaraan mereka. Dia merasa seolah di culik.

" Turunkan aku di sini!" gertak Bara dengan geram.

" Maaf Bara! Om tidak ada waktu sekarang menjelaskan. Kita harus tiba segera di bandara. Semua ini adalah perintah om Danu."

" Om Danu lagi di Rumah sakit sekarat. Tidak seharusnya aku meninggalkan mereka. Aku harus menjaga pamanku," bentak Bara makin kalap.

" Tenang Bara, om hutang penjelasan padamu. Nanti akan om jelaskan semuanya. Yang penting sekarang kita harus keluar segera dari negara ini." ucap Frank berusaha tenang.

Tiba- tiba ponsel Bara berdering, Bara hendak mengangkatnya. Tapi di tahan oleh Frank.

" Jangan di angkat Bara. Nanti mereka tau keberadaan kita, semua rencana om Danumu berantakan." Frank mencegah Bara menerima telepon.

" Mereka? Mereka siapa maksud om? "

" Mereka yang mencelakai pamanmu dan kini juga telah membunuh paman dan bibimu. Dan mereka jugalah yang telah membunuh ke dua orang tuamu," tukas Frank gamblang tanpa basa- basi.

Duar!!!

Seperti mendengar suara petir, Bara kaget dengan ucapan itu. Peristiwa tragis yang di alaminya dua puluh tahun lalu, bagai slide film yang terputar di depan matanya.

Masa lalu yang masih menghantui setiap tidur malamnya. Yang membuat dia selalu terjaga tengah malam!

Bagaimana orang asing yang belum ia kenal ini bisa tau tentang masa lalunya.

Dan apa katanya tadi. Paman dan bibinya di bunuh? Kenapa? Dan siapa yang melakukannya!

Bara butuh penjelasan sekarang juga, bukan nanti!

" Stop! " Bara mencekal leher sang supir. Sehingga jalan mobil kehilangan kendali.

" Aku butuh penjelasan sekarang juga! Kenapa aku harus melarikan diri. Apa maksud kalian paman dan bibiku telah di bunuh!"

" Bara hentikan! Kita bisa celaka. Tenang Bara, om akan jelaskan semuanya. Tapi nanti, setelah kita tiba di bandara. Dan naik pesawat!" akhirnya Bara melepaskan cekalannya. Dan si supir kembali mengendalikan mobilnya.

" Hampir saja kita celaka! Oleh bocah itu!" sindir si supir sambil melonggarkan dasi di lehernya.

" Aku bukan bocah!" sentak Bara sambil meninju jok mobil, geram.

Sang supir malajukan mobilnya kian kencang. Karena insiden tadi mereka telah kehilangan waktu beberapa menit untuk sampai di tujuan.

Bara akhirnya bungkam dan pasrah. Instingnya mengatakan telah terjadi sesuatu yang buruk di luar perkiraannya. Benaknya tak henti bertanya, apa yang telah di lakukan pamannya. Sehingga bisa kenal dengan orang- orang misterius di hadapannya ini.

Mereka sepertinya kelompok mafia. Terkihat dari pakaian si supir yang serba hitam. Mencitrakan penampilan para mafia yang sering ia tonton.

Kurang lebih sepuluh menit, mereka sampai di tujuan. Bandara yang di sebut Frank bukanlah bandara sebenarnya. Tepatnya mereka menuju hutan yang terbuka, dan di sana telah menunggu sebuah heli dengan baling- baling yang berputar.

Mereka langsung mendekat ke arah heli.

" Cepatlah keluar. Selamatkan anak itu. Aku akan mengurus segalanya di sini." dialog sang supir dengan Frank.

" Hati- hatilah! Tetap kabari aku."

" Baik bos!"

Bara dan Frank keluar dari mobil dan berlari ke arah heli. Setelah mereka masuk , heli langsung terbang.

" Kenapa lama Frank. Terlambat satu menit lagi aku sudah pergi!" teriak sang pilot.

" Maaf, tadi ada insiden di jalan," balas Frank seraya melirik Bara. Bara hanya diam.

Hampir setengah jam mereka mengudara, hingga mereka tiba di sebuah pulau. Perjalanan di lanjutkan dengan naik speed boat. Tiba di pelabuhan lanjut lagi naik mobil dan menuju bandara.

" Sebaiknya kamu pake ini." Frank menyodorkan kaca mata hitam dan topi. Saat mereka sudah berada di badan burung besi.

" Untuk apa? Aku bukan seorang buronan. Kenapa harus menyaru?" bisik Bara tajam.

" Kamu lebih dari seorang buronan Bara. Nyawamu di hargai mahal. Andai saja kamu tahu." balas Frank tersenyum kecut.

" Siapa yang menghargai nyawaku. Apakah aku sepenting itu?"

" Kamu akan kaget nanti. Persiapkan saja mentalmu. Dan aku yakin si Danu memang sudah menggemblengmu untuk itu."

" Bagaimana om kenal om saya? Dan bagaimana om saya bisa kenal dengan om?"

" Akulah yang membawa kamu ke om Danu mu, dua puluh tahun lalu. Tak kusangka aku juga yang membawamu pulang," guman Frank membuat Bara semakin penasaran.

Om Frank yang dia kenal belum dua puluh empat jam, ternyata menyimpan sejuta misteri tentang masa lalu Bara.

" Apa Om juga kenal ayah ibuku?" tanya Bara antusias.

" Kenal, tapi tidak begitu dekat. Dia adalah saudara dari pacarku.Aku akan bawa kamu kembali ke rumah mu."

" Tapi bagaimana dengan om dan bibi saya? Tadi om bilang mereka telah di bunuh!" Frank memberikan ponselnya ke Bara.

" Putarlah vidio itu. Itu vidio yang di kirimkan seseorang padaku. Kami terlambat menyelamat- paman dan bibimu. Aku minta maaf untuk itu. Tapi aku berhasil membawamu ke luar dari negara ini." Bara melihat vidio pembunuhan pamannya di Rumah sakit.

Begitu mudahnya mereka menghabisi nyawa paman dan bibinya. Bara mengepalkan kedua jemari tangannya, hingga buku- bukunya memutih.

Eits! Tunggu sebentar, Bara memutar ulang vidio itu. Dan mengamati lengan pembunuh pamannya yang sedang menyuntikkan sesuatu ke selang infus.

Sebuah tato kepala ular berwarna hitam. Bara sepertinya kenal tato itu. Gambar tato itu selalu datang dalam setiap mimpi buruknya. Apakah itu ada hubungannya dengan mimpinya.

" Ada apa Bara?" Frank heran melihat reaksi Bara.

" Aku seperti kenal tato ini." tunjuk Bara pada lengan di vidio itu.

" Iya, dia adalah orang yang sama. Yang telah membunuh ke dua orang tua mu. Dia pembunuh bayaran yang di sewa seseorang untuk menghabisi pamanmu.

" Tapi kenapa? Apa hubungannya kematian pamanku dengan kedua orang tuaku?"

" Sasarannya adalah kamu Bara. Kamu lah yang mereka inginkan. Karena kamulah pewaris harta orang tua kamu. Mereka telah melakukan satu kesalahan dulu, karena tak membunuhmu.

Mereka telah memburumu selama dua puluh tahun ini.

Kamu adalah saksi dari perbuatan mereka dulu.

Karena itulah pamanmu selalu menjauhkanmu dari publik. Pamamu yang mendidikmu selama ini.

Kamu harus simpan semua ini.Kamu akan tau siapa dirimu lewat berkas, kliping koran dan kaset CD." Frank menyerahkan sebuah bungkusan plastik berisi kotak. ******

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!