Hari Pertama Kuliah

Daniel tercekat, ia terdiam. Bocah laki-laki itu paham betul kondisi Bianca. Ia tidak boleh gegabah dalam mengambil sikap.

"Kau harus memulihkan kesehatanmu terlebih dahulu, Kak. Setelah itu kita akan memikirkannya bersama," jawab Daniel.

Bianca sama sekali tidak merespon, ia membiarkan matanya menatap Daniel penuh makna. Berusaha mencari alasan dibalik semua perlakuan Daniel padanya.

"Kenapa, Dan?" tanya Bianca lirih.

"Apa kau ingin mendengar alasannya sekarang?" Daniel balik bertanya.

"Hmm." Bianca mengangguk.

Daniel tersenyum, meraih kedua tangan Bianca dan menggenggamnya erat.

"Kak, kau wanita baik. Apa kau pikir aku menikahimu karena rasa kasihan? Tidak, karena aku juga punya perasaan," jelas Daniel.

Bianca mengerutkan kening hingga membuat pangkal alisnya hampir bersentuhan. Kalimat Daniel membuatnya sulit mengerti, ia ingin bertanya, namun sulit merangkai kata.

"Jangan dipikirkan. Istirahatlah," ujar Daniel lagi. Bocah laki-laki itu tersenyum lalu meninggalkan Bianca. Ia keluar dari kamar agar Bianca bisa beristirahat dengan nyaman.

Karena mereka hanya tinggal berdua tanpa mempekerjakan asisten rumah tangga, Daniel dengan suka rela mengerjakan semua pekerjaan rumah.

Bocah laki-laki itu tidak segan mencuci pakaian, mengepel lantai, mencuci piring, hingga membuat makanan sederhana.

Berbeda dari sang kakak, Daniel lebih mandiri. Ia dibiasakan oleh kedua orang tuanya untuk mengerjakan pekerjaan rumah sedari kecil. Perbedaan orang tua mereka dalam mendidik anak-anaknya membuat Darren dan Daniel tumbuh dewasa dengan kebiasaan yang berbeda.

***

Hari berganti hari, kesehatan Bianca semakin membaik. Selama itu, Daniel selalu setia menemaninya meski sikap Bianca masih terasa asing dan canggung.

Setiap hari, Bianca hanya menghabiskan waktunya dengan membaca buku dan berdiam diri di kamar. Selama itu pula, Daniel berusaha mati-matian untuk menjaga kewarasan wanita itu dengan selalu memberinya dukungan dan ucapan-ucapan menenangkan.

Bianca bahkan harus mengkonsumsi obat dari psikolog untuk menenangkan dirinya. Jika tidak, ia akan sulit mengendalikan emosi dan perasaannya.

"Bagaimana tidurmu, Kak? Nyenyak?" tanya Daniel. Bocah itu membuat dua sandwich dan dua gelas susu. Ia melihat Bianca datang dan berdiri mematung di samping meja makan.

"Hmm." Bianca mengangguk. Wanita itu sudah berusaha bangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapan, namun nyatanya Daniel selalu mendahuluinya, hingga ia merasa tidak enak hati dan malu.

"Makanlah, aku menambahkan sosis sapi di dalamnya. Rasanya pasti enak," ujar Daniel.

Bianca menyeret mundur kursi dan duduk di atasnya. Ia melihat sandwich hangat di atas piring yang beraroma lezat. Wanita itu lalu melirik Daniel, ia masih sibuk mengelap meja kompor dengan tisu.

Bianca diam beberapa saat, menunggu hingga Daniel selesai dengan pekerjaannya lalu duduk menemaninya.

"Bukankah ini hari pertamamu masuk kuliah?" tanya Bianca.

"Hmm, kau ingat rupanya," ucap Daniel sambil tersenyum senang. "Aku masuk kuliah hari pertama pagi ini, Kak. Maka dari itu, aku sudah menyiapkan masakan untukmu. Kau hanya perlu menghangatkannya untuk makan siang nanti," lanjutnya.

"Kau bisa memasak banyak makanan. Kau keren," puji Bianca. Wanita itu menjadi salah tingkah, namun dengan cepat menetralkan raut wajahnya yang memerah.

"Wah, sudah lama sekali kau tidak memujiku, Kak. Apa kau lupa bahwa keluargaku adalah pebisnis kuliner? Jadi, sedikit banyak aku harus belajar memasak," jelas Daniel.

Bocah laki-laki itu sangat senang mendengar pujian Bianca setelah sekian lama. Selama hampir satu bulan menikah, wanita itu sangat irit bicara dan menjaga jarak dari Daniel. Namun hari ini, Bianca mulai bisa mengobrol meski masih terasa kaku.

"Bagaimana jika aku mengantarmu?" tanya Bianca. Ia mendongak, menatap Daniel yang sedang asik mengunyah makanan di mulutnya.

Daniel tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya, ia dengan cepat mengunyah lalu meneguk segelas susu.

"Baiklah, karena ini hari pertamaku, maka aku bersedia menerima tawaran itu," jawab Daniel senang.

Bianca tersenyum kecil. Ia segera menghabiskan makanannya dan masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian.

Ini adalah hari pertama Daniel masuk kuliah. Bianca tidak bisa mengabaikan bocah itu terus menerus setelah semua kebaikan yang sudah Daniel lakukan untuknya selama ini.

Setelah Daniel selesai bersiap, ia menunggu Bianca di ruang tamu. Bocah itu membawa tas di punggungnya dengan pakaian rapi. Ia terlihat tampan dan mempesona dengan celana jeans dan kemeja polos yang digulung lengannya.

Saat mendengar suara kamar Bianca terbuka, Daniel menoleh.

Seorang wanita cantik dengan gaun merah selutut itu begitu menarik hatinya. Entah kapan terakhir kali Daniel melihat Bianca tampil secantik ini, namun hal itu membuat Daniel merasa senang. Ia merasa berhasil telah menemani Bianca hingga kembali pulih.

"Kak, kau terlihat sangat cantik," puji Daniel dengan senyum menggoda serta mata mengerling genit.

Bianca tidak menjawab, ia tersenyum malu.

"Apa kau berdandan untukku?" tanya Daniel lagi. Ia mendekati Bianca dan berdiri di depannya.

Daniel sedikit membungkuk agar wajah mereka sejajar. Ia dengan teliti memandang wajah cantik wanita di hadapannya.

Bianca merasa malu. Ia tiba-tiba menjadi gelisah dan salah tingkah.

"Ayo berangkat," ajak Daniel sambil meraih sebelah tangan Bianca. Mereka berjalan bersama menuju garasi tempat mobil terparkir.

Jarak rumah dan kampus tempat Daniel kuliah tidak terlalu jauh. Hanya membutuhkan waktu lima belas menit, mobil mereka telah sampai di depan gerbang kampus.

"Setelah ini, jangan lupa minum obatmu, Kak. Aku menyiapkan buah potong segar di lemari pendingin, serta biskuit coklat kesukaanmu. Jangan mengerjakan pekerjaan rumah apapun, pastikan kau beristirahat dengan baik," titah Daniel.

Sungguh sangat menenangkan. Bocah laki-laki itu bagaikan malaikat penolong dalam hidup Bianca.

"Terima kasih," ucap Bianca singkat.

Daniel dan Bianca keluar dari mobil. Daniel melambaikan tangan seraya tersenyum sambil berjalan memasuki gerbang kampus.

Bianca berdiri mematung, menyaksikan Daniel meninggalkannya. Ia melihat sekeliling, memperhatikan beberapa gadis yang berbisik-bisik bersama teman mereka saat Daniel melewatinya.

***

Terpopuler

Comments

Nur Lizza

Nur Lizza

lanjut

2024-04-26

0

Deandra Putri

Deandra Putri

oke... sakit hati obatnya ya hati

2022-06-17

0

Maya Ratnasari

Maya Ratnasari

maaf Thor, seorang psikolog tidak boleh meresepkan obat. yg boleh melakukan hal itu adalah seorang psikiater.

2022-06-15

2

lihat semua
Episodes
1 Kejutan Dan Pengakuan
2 Seolah Kuat
3 Hancur Berkeping-keping
4 Penawaran Adik Ipar
5 Bukan Gurauan Semata
6 Satu Dukungan
7 Penawaran Ulang
8 Haruskah Untuk Setuju?
9 Membuktikan Diri
10 Pilihan Sulit
11 Pesta Dan Air Mata
12 Tolak Ukur Kedewasaan
13 Apakah Disengaja?
14 Bercerai?
15 Hari Pertama Kuliah
16 Cinta Terlarang
17 Mencoba Hal Baru
18 Memulai Kisah Baru
19 Berusaha Keras
20 Pemandangan Terbaik
21 Kejahilan Tiada Akhir
22 Kejutan Mantan Sahabat
23 Seiring Berjalannya Waktu
24 Rayuan Mematikan
25 Inikah Sebabnya?
26 Anniversary
27 Dunia Bagai Terbalik
28 Ekstra Cinta
29 Cinta Pertama
30 Saatnya Telah Tiba
31 Rasa Bersalah Itu
32 Banyak Hati Tersakiti
33 Tamu Tak Diundang
34 Permohonan Maaf
35 Wanita Seperti Apa?
36 Pergi Untuk Yang Kedua Kalinya
37 Kedatangan Seseorang
38 Penawaran Mengejutkan
39 Penolakan Daniel
40 Membalas Rasa Sakit Hati
41 Permainan Panas
42 Bukan Urusanku!
43 Tidak Sedikitpun Menyesal
44 Kabar Mengejutkan
45 Sikap Aneh Bianca
46 Sariawan Atau PMS?
47 Persiapan Kejutan
48 Tips Membangunkannya
49 Pejantan Tangguh
50 Rumah Sakit
51 Masih Ada Hati Nurani
52 Bukan Sebuah Kelemahan
53 Kemanakah?
54 Saudara Tetaplah Saudara
55 Sebuah Hukuman
56 Pertengkaran
57 Darah Daging
58 Kabar Bahagia
59 Datang Ke Rumah Sakit
60 Sebuah Pengakuan
61 Makna Sebuah Hubungan
62 Cara Yang Buruk
63 Kenapa?
64 Sumber Kesalahan
65 Hanya Sebuah Alat
66 Tidak Ada Yang Peduli
67 Hati Yang Luas
68 Tiada Kata Maaf
69 Kabar Mengejutkan
70 Jalan Hidupnya
71 Surat Terakhir
72 Malang Nasibmu
73 Hikmah Dan Musibah
74 Segalanya Telah Usai
75 Biarlah Berlalu
76 Menjelang Kelahiran
77 ENDING
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Kejutan Dan Pengakuan
2
Seolah Kuat
3
Hancur Berkeping-keping
4
Penawaran Adik Ipar
5
Bukan Gurauan Semata
6
Satu Dukungan
7
Penawaran Ulang
8
Haruskah Untuk Setuju?
9
Membuktikan Diri
10
Pilihan Sulit
11
Pesta Dan Air Mata
12
Tolak Ukur Kedewasaan
13
Apakah Disengaja?
14
Bercerai?
15
Hari Pertama Kuliah
16
Cinta Terlarang
17
Mencoba Hal Baru
18
Memulai Kisah Baru
19
Berusaha Keras
20
Pemandangan Terbaik
21
Kejahilan Tiada Akhir
22
Kejutan Mantan Sahabat
23
Seiring Berjalannya Waktu
24
Rayuan Mematikan
25
Inikah Sebabnya?
26
Anniversary
27
Dunia Bagai Terbalik
28
Ekstra Cinta
29
Cinta Pertama
30
Saatnya Telah Tiba
31
Rasa Bersalah Itu
32
Banyak Hati Tersakiti
33
Tamu Tak Diundang
34
Permohonan Maaf
35
Wanita Seperti Apa?
36
Pergi Untuk Yang Kedua Kalinya
37
Kedatangan Seseorang
38
Penawaran Mengejutkan
39
Penolakan Daniel
40
Membalas Rasa Sakit Hati
41
Permainan Panas
42
Bukan Urusanku!
43
Tidak Sedikitpun Menyesal
44
Kabar Mengejutkan
45
Sikap Aneh Bianca
46
Sariawan Atau PMS?
47
Persiapan Kejutan
48
Tips Membangunkannya
49
Pejantan Tangguh
50
Rumah Sakit
51
Masih Ada Hati Nurani
52
Bukan Sebuah Kelemahan
53
Kemanakah?
54
Saudara Tetaplah Saudara
55
Sebuah Hukuman
56
Pertengkaran
57
Darah Daging
58
Kabar Bahagia
59
Datang Ke Rumah Sakit
60
Sebuah Pengakuan
61
Makna Sebuah Hubungan
62
Cara Yang Buruk
63
Kenapa?
64
Sumber Kesalahan
65
Hanya Sebuah Alat
66
Tidak Ada Yang Peduli
67
Hati Yang Luas
68
Tiada Kata Maaf
69
Kabar Mengejutkan
70
Jalan Hidupnya
71
Surat Terakhir
72
Malang Nasibmu
73
Hikmah Dan Musibah
74
Segalanya Telah Usai
75
Biarlah Berlalu
76
Menjelang Kelahiran
77
ENDING

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!