CULUN PALSU IS MINE
POV Kinay
Namaku Alkinay Claudia Emmanuela, bisa dipanggil Kinay. Aku merupakan putri tunggal dari pasangan Baharudi Emmanuell dan Fatma Waranda.
Ayahku adalah seorang atasan di salah satu kantor yang ada di jalan Pusaka. Dan ibuku adalah seorang atasan juga di salah satu butik terkenal yang ada di jalan Melati.
Meski tidak punya saudara, tapi aku bangga memiliki ayah dan ibu yang selalu menyayangiku setiap hari.
Di rumahku yang cukup besar, aku mempunyai dua pembantu. Yang pertama, namanya Bi Minah, bisa dipanggil Bimin, beliau tidak pernah lupa bersih-bersih rumah, nyiapin makanan dan lain sebagainya. Terus yang kedua namanya Mang Agus, beliau yang sering antar jemput aku ke sekolah setiap hari.
Bimin dan Mang Agus sangat menyayangiku seperti anak kandung sendiri. Dan aku tidak keberatan untuk hal itu.
Di pagi yang cerah ini, aku tergesa-gesa turun dari tangga dan berjalan menuju ruang makan. Aku melihat Ayah dan Ibu sudah stay duduk sambil menyantap sarapan pagi yang dibuat oleh Bimin.
"Selamat pagi, Mah, Pah," sapaku dan langsung mengambil selembar roti yang sudah diolesi selai cokelat.
"Selamat pagi juga putri Papah yang cantik," balas Ayah disertai senyuman.
"Duduk dong Sayang kalau makan," titah Ibu saat melihatku makan roti sambil berdiri.
"Lagi edisi buru-buru, Mah," sahutku yang masih mengunyah roti.
Kulihat Ayah dan Ibu hanya menggeleng-gelengkan kepala. Tanpa berpikir panjang, aku pun langsung mencium tangan kedua orang tuaku secara bergantian.
"Dah, Mah. Dah, Pah."
"Dah, Sayang. Hati-hati!"
"Ayo, Mang Agus, kita berangkat," ajakku saat melihat Mang Agus tengah bersandar pada mobil sambil membaca koran.
"Oh iya, Neng geulis," balasnya dan langsung bergegas masuk ke dalam mobil.
Begitupun dengan aku yang cepat-cepat masuk ke dalam mobil.
Aku sudah sampai di sekolah. Aku melihat temanku yang paling ter-the best tengah menungguku di dekat gerbang.
Namanya Sherly Andreana, atau bisa dikenal dengan nama Lily. Orangnya baik dan juga cantik.
"Eh, Ly, kirain belum sampai. Maaf ya udah bikin lo nunggu lama di sini," ucapku merasa bersalah karena telah membuat Lily menunggu.
"Santai aja, Nay. Mendingan kita masuk aja, yuk!" ajak Lily. Aku menyetujuinya.
Lily merangkul bahuku, dan kami pun melangkah masuk ke dalam dengan perasaan riang gembira.
Langkahku dan Lily terhenti di pinggir lapangan ketika melihat anak-anak pada ngumpul di tengah lapang.
"Eh, apaan tuh yang rame-rame?" ucap Lily merasa heran.
Aku mengangkat bahuku menandakan aku tidak tahu.
"Tunggu ...." Aku menghentikan langkah salah satu murid cewek yang kebetulan melintas di depan kami.
"Ada apa?"
"Itu ada apaan, ya? Kok pagi-pagi gini udah rame?" Aku bertanya to the point.
"Masa lo gak tahu sih, itu si culun lagi dijahilin sama pacar lo," timpalnya.
"Hah? Culun? Murid baru?"
"Cowok apa cewek?"
"Bukan murid baru. Tapi dia udah lama sekolah di sini. Sekarang dia naik kelas 12, sama seperti kita-kita," jawabnya.
"Kok gue gak tahu ya?" Aku bertanya pada diriku sendiri. Kenapa aku sampai tidak tahu ada murid culun di sekolahanku.
"Cowok apa cewek sih?" Lily mengulang pertanyaannya yang belum terjawab.
"Ya, cowok lah. Makannya kalian berdua jangan kudet," cibirnya lalu pergi meninggalkan kami.
Tentu saja aku ternganga mendengar cibiran itu. "Lah, kok kita yang kudet? Harusnya cowok culun itu lah yang kudet. Biasanya yang culun-culun itu orangnya tertutup. Jadi pantes aja kita enggak tahu tentang dia," gerutuku.
"Udahlah, lebih baik kita ke sana. Cegah pacar lo untuk tidak menjahili cowok culun itu," saran Lily. Aku pun mengangguk menyetujui.
Tanpa babibu, kami berdua melangkah bersama ke tengah lapang.
Aku dan Lily berhasil menerobos masuk ke dalam kerumunan anak-anak. Benar saja, aku melihat pacarku tengah menjahili cowok culun itu dengan mengambil kacamatanya.
"Hey, kembalikan!" pinta si cowok culun yang berusaha mengambil kacamatanya dari tangan pacarku.
Sejenak aku melihat penampilannya. Rambut yang agak gondrong dan ada tompelan di pipi.
'Iya juga, sih. Tuh cowok beneran cupu'
Anyway, kalau dilihat-lihat tuh cowok kasihan juga dijahilin lama-lama sama pacarku. Ditambah anak-anak yang lain malah nertawain. Apa yang lucu coba?
Ya, karena kasihan, aku pun segera bertindak.
"Rizky," panggilku pada pacar.
Mendengar panggilanku, Rizky menghentikan aksinya. Sejenak dia memandangku dengan senyuman.
"Eh ada Kinay Sayang." Rizky beralih menghampiriku.
"Aku minta kamu kembaliin kacamata dia," ucapku sambil melipat kedua tanganku di depan dada, tanpa memandang ke arah Rizky.
Hmm, pastinya yang menandakan kalau saat ini aku sedang marah ke Rizky karena bisa-bisanya Rizky menjahili cowok yang tidak bersalah.
"Loh, kamu belain cowok culun kayak dia?" tanyanya sambil menunjuk kasar ke arah cowok culun yang tengah menundukkan kepala.
"Culun-culun juga dia punya nama kali," ucapku agak ketus.
"Eh, Nay, emangnya kamu enggak tau apa, namanya aja yang keren, tapi tampangnya malah super cupu." Salah satu teman Rizky angkat bicara.
"Emang nama dia siapa?" tanya Lily, kalau dilihat-lihat sih kayaknya dia penasaran. Begitu juga dengan aku.
"Daniel Wijaya Syahputra," jawab teman Rizky.
"Omo." Aku bergumam kaget. Pasalnya nama cowok culun itu lumayan keren, menurutku.
Bukan hanya aku, ternyata Lily juga kaget mendengar nama cowok cupu itu.
"Gile ... keren juga tuh nama si cupu," bisik Lily pada telingaku.
Aku hanya memasang wajah masam. Dan mendadak mataku bertemu dengan mata cowok culun yang ternyata namanya adalah Daniel.
Meski dari jarak yang cukup jauh, tapi aku bisa melihat mata sayunya itu tengah menatap mataku. 'Indah, mata Daniel mirip kayak Siwon'
"Mau nama Daniel kek, Bima kek, atau siapalah ... pokoknya aku pengen kamu kembaliin kacamata dia," pintaku agak menekan setiap kalimat.
"Tapi, Nay--" Aku memotong pembicaraan Rizky.
"Kalau enggak, aku bakal putusin kamu hari ini juga," ancamku. Karena aku tidak tega melihat Daniel bila terus-terusan dijahilin sama Rizky.
Aku melihat Rizky terkejut mendengar ancamanku.
"Ya ampun, Nay. Kamu ngancam hubungan kita demi cowok culun kayak dia?" Rizky kembali menunjuk kasar ke arah Daniel.
"Daniel," ucapku memperingatkan Rizky kalau cowok cupu itu juga punya nama.
"Iya Daniel. Kamu ngancam hubungan kita demi Daniel?" Rizky mengulang pertanyaan yang sama.
Aku tak menjawab. Aku memilih untuk pergi dari sana. Membiarkan Rizky membuat keputusan antara mengembalikan kacamata Daniel atau putus denganku hari ini.
Aku sudah sampai di kelas. Membaca kembali buku-buku yang telah aku keluarkan dari dalam tas. Sebelumnya pikiranku sempat stres karena masalah jahilan Rizky ke Daniel.
"Kinay!"
Aku mendengar suara panggilan memanggil namaku. Setelah aku lihat, ternyata Lily.
Lily duduk di sampingku sambil nyengar-nyengir gak jelas.
"Lo kenapa, sih?" tanyaku pada Lily.
"Gue dapat kabar baik nih, Nay. Si Rizky udah ngembaliin kacamatanya Daniel. Barusan gue lihat dengan mata gue sendiri," jawab Lily.
"Ya bagus kalau gitu," ucapku. Tak penting juga bila dibahas lebih lanjut.
"Apa lo tahu, ternyata Daniel itu sekelas sama pacar lo," ujar Lily.
Alhasil aku menghentikan aktivitas membaca. "Lo tau dari mana?"
"Dari temennya Rizky," timpalnya.
"Ohh ...."
Tak lama, bel masuk berbunyi. Guru yang mengajar di kelasku telah hadir dan tentunya aku harus siap menerima ilmu dari beliau.
Teng ... Teng ... Teng ....
Lonceng istirahat berbunyi. Kulihat teman-teman sekelasku pada berhamburan keluar dari kelas. Sementara aku, mulai sibuk bermain handphone.
"Nay, kantin yuk!" Lily mengajakku.
"Enggak ah, lo duluan aja deh," tolakku. Karena di jam istirahat ini aku pengen mencari sesuatu di Mbah Google.
"Yahh, kok lo gitu sih. Padahal gue kan pengen makan sama lo di Kantin," lirihnya.
Aku memilih untuk tidak menjawab, dan tetap fokus pada layar handphone.
"Lo lagi nyari apa sih di google?" tanya Lily. Mungkin dia sempat melirik layar handphone.
"Lagi nyari fotonya Zayn Malik," jawabku.
"Hah? Yang bener lo? Katanya lo gak suka yang berbau barat gitu. Tapi kok ini lo malah nyari fotonya Zayn. Kesambet apaan lo?" Lagi-lagi Lily malah nanya, membuatku kesal tingkat menengah.
"Gue mulai suka barat," timpalku.
"Sejak kapan?"
"Sejak gue lihat matanya Daniel untuk yang pertama kali," jawabku agak cepat.
Dan bersamaan itu aku sudah menemukan foto Zayn. Lalu aku save dalam galery.
• Bersambung •
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments