Tiba-tiba saja ....
"Eh, Nay. Gue dapat whatsapp dari Rizky, katanya dia ada di gerbang sekolah, dan sebentar lagi bakalan ke sini. Mending lo cepet-cepet cabut deh dari sini."
Salah satu teman Rizky ada yang memberitahuku mengenai kehadiran Rizky.
"Oh, astaga. Ayo, Ly, kita pergi dari sini," ucapku sambil menarik tangan Lily untuk mengajaknya pergi dari kelas XII-Fisika.
Tring ....
Bel pertama berbunyi menandakan pelajaran akan dimulai. Semua guru pasti sudah masuk ke kelas masing-masing.
Begitupun dengan guru bahasa Inggris yang akan mengajar di kelasku. Tentunya aku dan yang lain akan menerima ilmu dari Bu Eva mengenai bahasa Inggris.
Teng ... Teng ... Teng ....
Bel istirahat berbunyi. Aku dan Lily segera pergi ke kantin karena sebelumnya perut kami sudah lapar.
Setibanya di kantin, aku melihat cowok yang tidak asing tengah bersama dengan Daniel. Kalau dilihat-lihat sih mereka tampak akrab.
"Eh, Ly, bukannya itu Wildan ya, temen sekelas kita?" tanyaku pada Lily.
Lily mengikuti arah pandangku.
"Oh iya, lo bener, itu si Wildan. Tapi tumben-tumbenan dia sama Daniel. Bukannya dia kurang suka ya deket-deket sama yang cupu," ucap Lily.
Aku mengangkat bahuku sekilas, menandakan aku tidak tau.
"Mendingan kita samperin mereka," ajakku, yang disetujui oleh Lily.
Tanpa babibu, kami melangkah menghampiri meja kantin yang ditempati oleh Daniel dan Wildan.
Baru saja aku ingin menyapa Wildan, tiba-tiba saja aku terpeleset kulit pisang. Tentu saja aku terjatuh ke lantai.
"Awww," ringkisku, dan malah mendapati gelak tawa dari anak-anak yang lagi makan di kantin.
'Malu banget tau gak, sih'
"Ya ampun, Nay. Lo enggak apa-apa?" tanya Lily, yang ikut-ikut nertawain aku.
"Ihh, Lily, lo malah nertawain gue lagi. Enggak solid banget sih jadi temen," ketusku.
Aku merasa pipiku merah karena menahan malu.
"Iya iya, maaf," ucap Lily, yang terlihat berusaha menahan tawanya.
"Siapapun yang udah naro kulit pisang sembarangan dan sukses buat gue jatuh, dia harus tanggung jawab," pekikku.
Tiba-tiba saja Daniel melangkah mendekatiku.
"Hmm, maafin aku ya. Sebenarnya aku yang enggak sengaja buang kulit pisang tadi," ujar Daniel, agak gelagapan.
Mataku melotot. Sudah kuduga pasti yang membuang kulit pisang tidak jauh adalah Daniel. Sengaja atau tidak, tapi aku tetap kesal sama dia.
"Maksud lo apa, hah, buang kulit pisang sembarangan? Biasanya nih ya anak cupu itu orangnya baik. Tapi lo? Oh astaga, kelakuan lo itu kayak anak gak bener tau gak," ketusku.
"Kan enggak sengaja. Kalau gitu aku minta maaf ya," ucap Daniel, lalu berjongkok di hadapanku.
"Oke, gue maafin. Tapi lo harus gendong gue ke kelas. Soalnya tubuh gue sakit semua gara-gara jatuh tadi. Jadi lo harus bertanggung jawab okey," ucapku, diakhiri dengan senyuman.
"Tapi ...."
Kulihat wajah Daniel tampak gelisah, seperti ada sesuatu yang disembunyikan sama dia.
"Tapi apa?" tanyaku, menatapnya penuh selidik.
Daniel tak mejawab, ia masih terlihat gelisah dan bingung. Di tengah-tengah itu, aku melihat Wildan menghampiriku.
"Si Daniel gak bisa gendong cewek," jawab Wildan.
Aku mengernyitkan dahi. 'Masa iya cowok gak bisa gendong cewek, sih'
"Yang bener lo, Wil?" tanya Lily, masih enggak percaya. Begitu juga dengan aku.
"Beneran, Ly. Iya kan, Niel?" tanya Wildan pada Daniel. Kayaknya untuk meminta kepastian.
Daniel mengangguk. Tapi sepertinya dia mengangguk paksa, dan aku merasa ada yang disembunyikan oleh Daniel.
"Ah, payah lo jadi cowok," gerutuku, lalu bangkit untuk berdiri.
Tiba-tiba saja, aku mendengar suara Rizky dari kejauhan memanggil namaku. Benar saja, saat itu Rizky datang menghampiriku bersama dua orang temannya.
"Loh, Nay, kok kamu di sini?" tanya Rizky.
"Hmm, aku--"
Ucapanku terpotong saat mata Rizky terlebih dahulu tertuju pada Daniel. Dia menatap Daniel begitu tajam, sepertinya dia tidak suka dengan kehadiran cowok cupu itu.
"Ngapain lo di sini? Lo mau ganggu jam makan siangnya Kinay?" tanya Rizky dengan nada tinggi.
"Tidak," jawab Daniel, terlihat ketakutan saat Rizky menarik kerah seragamnya.
Firasatku berkata Rizky akan melakukan sesuatu terhadap Daniel. Tentu saja aku tidak akan membiarkan hal itu.
"Santai aja, bro. Enggak usah narik kerah seragam Daniel juga kali," cegah Wildan. Tapi Rizky malah meminta dua temannya untuk menjaga Wildan agar tidak mengganggunya.
"Heh Ky, si Daniel udah buat pacar lo ditertawain anak-anak. Masa dia buang kulit pisang sembarangan dan bikin si Kinay jatuh." Salah satu penghuni kantin mengadukannya pada Rizky.
Aku menepuk dahi. Tidak seharusnya dia memberitahu Rizky mengenai hal ini, pasti Rizky akan marah.
Benar saja, aku melihat raut kemarahan dari Rizky. Cepat-cepat aku mencegah hal yang tidak diinginkan.
"Udah ... udah, lebih baik kita pergi dari sini. Tidak usah diperpanjang masalahnya. Lagi pula aku enggak papa kok, Ky," ucapku, berusaha menenangkan Rizky.
"Enggak, Nay. Cowok culun kayak Daniel harus diberi pelajaran. Bisa-bisanya dia bikin lo ditertawain sama anak-anak," pekik Rizky.
"Ky, namanya juga ketidaksengajaan. Udahlah, gak usah diperpanjang lagi," ucapku memperingatkan.
Tapi Rizky tidak mendengar peringatanku. Ia malah menuruti egonya dengan bersiap ingin menghajar Daniel.
"Daniel," teriakku. Cepat-cepat aku berdiri di tengah-tengah Daniel dan Rizky untuk menghentikan hal yang tak diinginkan.
Tak peduli apa yang akan terjadi, yang paling penting Daniel baik-baik saja.
Aku memejamkan mata. Pasrah jika pipiku yang akan dipukul nanti. Tapi beberapa detik mataku dipejamkan, aku tidak merasakan apa-apa.
Ketika aku membuka mata, aku terkejut melihat tangan Rizky yang ingin dilayangkan, dicekal erat oleh Daniel.
"Daniel," lirihku tidak percaya kalau Daniel bisa seberani itu mencegah pukulan Rizky.
"Melayangkan tangan kepada wanita, itu sama saja ngerendahin harga dirinya," ucap Daniel.
Lagi-lagi aku dibuat kaget dengan perkataan bijak yang keluar dari mulut Daniel. Ditambah suaranya yang kudengar kali ini adalah suara lantang layaknya lelaki sejati, biasanya dia sering berbicara dengan suara cempreng.
Bukan hanya aku, ternyata anak-anak yang lain pun ikut terkejut di tempat. Bahkan aku sempat melihat Daniel menampik tangan Rizky cukup kasar.
'Apa ini Daniel? Tidak seperti biasanya dia seperti ini'
Sesaat raut wajahnya yang serius, kini berubah ceria. Aneh, kan?
"Ya ampun, kenapa kalian semua menatapku sangat serius. Ayolah, tadi aku hanya melindungi Kinay saja," ucap Daniel sambil nyungar-nyengir gak jelas.
Seperti biasa Daniel kembali bersuara cempreng dan bertingkah culun. Membuatku semakin bingung apa yang sebenarnya terjadi pada Daniel.
"Oya, Kinay kan pacar kamu, jadi seharusnya kamu liat-liat dulu siapa yang nanti akan kamu pukul," ujarnya memperingati Rizky yang masih keheranan di tempat.
"Kalau begitu aku pergi dulu," sambungnya diiringi senyuman lebar, lalu pergi meninggalkan kantin.
Kemudian aku juga melihat Wildan pergi dari kantin, sama halnya seperti Daniel.
"Heh, Ly, tadi itu Daniel, ya? Kok gue ngerasa dia itu kayak cowok gantleman," bisikku di telinga Lily.
Lily mengangkat bahu sekilas, menandakan dia tidak tau apa-apa.
"Udahlah, kita lupain aja yang tadi. Mungkin si Daniel cuma reflek doang. Masa iya Daniel cowok gantleman, kan gak mungkin banget. Secara nih ya Daniel itu satu-satunya cowok cupu di sekolah ini," ujar Lily.
"Iya juga, sih," sahutku.
Tapi tetap saja, sikap pemberani Daniel saat beberapa menit yang lalu terus terngiang di pikiranku.
Sehingga benakku timbul rasa penasaran, siapakah Daniel sebenarnya?
• Bersambung •
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments