"Aku tau ini berat buat kamu. Tapi gimanapun juga kamu harus belajar move on. Jangan terus-terusan mikirin orang yang udah nyakitin kamu. Itu cuma ngebuang waktu aja. Gak Guna. Mending kamu belajar buka hati buat orang yang selalu ada di samping kamu."
Mendengar penuturannya itu, aku langsung berhenti menangis. Aku tidak tahu kenapa dia begitu cerdas melontarkan kata-kata ajaib yang mampu menenangkan hati rapuh ini.
"Terimakasih," ucapku, yang sesaat tersenyum padanya.
"Untuk apa?"
"Karena lo udah hibur gue."
"Nggak perlu bilang makasih. Aku tulus kok pengen buat kamu tersenyum," ucapnya.
Untuk sesaat rasa sakit ini hilang. Entah apa alasannya ... mungkin karena Daniel.
"Oh ya, kok lo bisa tahu gue ada di sini? Dan tumben-tumbenan lo keluar rumah?" tanyaku, mengalihkan pembicaraan pada topik lain.
"Tadinya aku pengen beli makanan kesukaan Mamah. Kebetulan gak sengaja lewat sini, terus aku ngeliat kau makannya aku ke sini dulu buat mastiin keadaan kamu," jawabnya.
"Makasih ya lo udah ngeluangin waktu buat hibur gue," ucapku.
Dia hanya membalas dengan senyuman. Tapi entah kenapa melihat senyumannya itu seperti melihat senyuman milik si misterius yang pernah mengajakku berdansa.
'Ah tidak ... tidak. Si misterius bukanlah Daniel, dan Daniel bukanlah si misterius.'
Pagi menyapa alam bumi. Sang surya akan terbit dari ufuk timur. Kebetulan hari ini adalah hari libur alias hari minggu.
Di pagi ini, aku berencana akan pergi jogging bersama Lily. Karena sudah lama aku tidak berolahrga bersama dengan temanku.
Aku pun segera mengirimkan pesan kepada Lily untuk cepat bersiap-siap lewat whatsapp.
'Ly, cepetan ke rumah gue! Gue pengen jogging sama lo. Sekalian pas nanti jogging, gue pengen curhat sama lo tentang Daniel.'
Terkirim!
POV Author
Di pagi yang cerah ini, beberapa anak muda tengah bermain skateboard di Yellow Skatepark.
Area tersebut tidak terlalu ramai dikunjungi orang-orang karena letak tempatnya yang kurang strategis.
Di antara anak muda itu, ada satu cowok yang bermain skateboard-nya paling keren. Kadang ada beberapa cewek yang menjadi penonton mengantri ingin menjadi kekasihnya, tapi ia hanya cuek.
"Wihh, bro. Gue bangga punya sobat kayak lo. Udah penampilan lo keren, ditambah cara main lo juga keren," puji salah satu anak muda.
"Biasa aja," timpalnya, yang sejenak menghentikan aksi bermain skateboard.
"Oh ya, kalian lanjutin aja mainnya. Gue mau istirahat dulu," ucapnya.
"Okey, siap."
Ia pun segera berjalan ke pinggir area. Lalu membasuh wajahnya dengan air.
"Daniel."
Seseorang datang memanggil namanya. Ya, nama cowok yang sebelumnya bermain skateboard adalah Daniel Wijaya Syahputra.
Sejenak Daniel mengelap wajahnya menggunakan handuk kecil. Setelah itu, ia memandang ke arah orang yang memanggil namanya dengan senyum lebar.
***
POV Daniel
Daniel Wijaya Syahputra, itulah nama lengkapku. Tapi lebih akrab dipanggil Daniel. Aku merupakan putra dari pasangan Hendra Akbar Putra dan Melly Widiyanti.
Papaku adalah seorang atasan di salah satu kantor yang ada di jalan Merdeka. Sedangkan Mamaku adalah seorang manager di bidang permodelan.
Dulu aku mempunyai seorang Kakak laki-laki, namanya Kak Reza. Meski dia bukanlah Kakak kandungku, tapi aku sangat menyayanginya, begitupun dengan dia. Kak Reza adalah putra adopsi Papa dan Mama sebelum aku terlahir ke dunia ini.
Selisih usia kami hanyalah 4 tahun. Kami berdua dulunya saling menyayangi, kemana-mana saling bersama, bahkan Kak Reza menganggapku sebagai adik sendiri meski dia tahu kalau dia bukanlah anak kandung Papa dan Mama.
Tapi waktu aku mau masa penghabisan SMP, Kak Reza malah mengalami kecelakaan mobil. Dia sempat frustasi karena dikhianati oleh tunangannya sendiri.
Tunangan Kak Reza hanya ingin harta Kak Reza saja. karena kecelakaan itu, Kak Reza meninggal dunia.
Aku sangat terpukul dengan kepergian Kak Reza. Karena dia adalah Kakak terbaik yang pernah ada dalam hidupku.
Dulu sebelum Kak Reza meninggal dan bertunangan, dia sempat bercerita mengenai cewek-cewek yang pernah menjadi pacarnya ternyata mereka hanya memandang wajah tampan Kak Reza saja.
Karena kejadian yang pernah menimpa Kak Reza, aku jadi ragu-ragu membuka hatiku untuk para wanita di masa putih abu-abu nanti.
Dan setelah lulus SMP, aku mulai bingung harus melakukan apa. Aku tidak ingin hal yang pernah terjadi di hidup Kak Reza, terjadi juga di hidupku.
Tak punya pilihan lain, akhirnya aku memilih menyamar menjadi seorang cowok culun. Aku lakuin ini untuk mengetes apakah ada cewek yang mau menerimaku apa adanya atau tidak di saat aku lagi menjadi cowok culun.
Aku menyamar jadi cowok culun sejak pertama masuk menjadi siswa kelas 10 di SMA Bimasakti, dan orang yang sudah tahu penyamaran ini adalah Wildan.
Wildan Malik namanya. Dia merupakan temanku waktu SMP. Aku tidak menyangka kalau Wildan dan aku bakalan bersama lagi di SMA yang sama.
Dari sanalah, aku mulai terus terang ke Wildan kalau sebenarnya aku sedang menyamar menjadi cowok culun. Dia paham apa maksudku, dan dia mau bantuin aku untuk menjaga rahasia ini.
Berbulan-bulan aku menjadi cowok culun di SMA Bimasakti, belum pernah ada cewek yang mau mendekatiku. Mereka semua malah menghindar dan menjauh.
Bahkan ada juga beberapa cowok di sana yang malah menjahiliku habis-habisan. Untungnya aku sabar dengan tidak melawan, karena aku tidak ingin penyamaranku terbongkar.
Salah satu orang yang menjahiliku adalah Rizky, cowok gila yang satu kelas denganku. Terkadang aku heran pada diriku sendiri kenapa aku bisa begitu betah satu kelas sama si Rizky.
Dan setelah lama menyamar jadi cowok culun, akhirnya ada juga cewek yang datang membelaku di saat aku sedang dijahili habis-habisan oleh Rizky dan teman-temannya.
Namanya Alkinay Claudia Emmanuela, satu sekolah biasa memanggilnya Kinay. Aku tau nama itu dari Wildan.
Wildan adalah teman sekelasnya Kinay. Jadi aku tahu sedikit-sedikit tentang dia dari Wildan juga.
Bisa kusimpulkan dari cerita Wildan seperti apa karakter Kinay. Dia cewek yang baik, cantik, dan juga menyenangkan. Walau kadang-kadang dia itu suka judes ke orang-orang kalau mood-nya lagi nggak bagus.
Sebelumnya aku dan Kinay nggak pernah saling ketemu. Tahu-tahu kami bertemu setelah naik ke kelas 12. Saat itu dia datang membelaku dari jahilan Rizky.
Ya ampun, kenapa aku baru tahu dia sekarang coba. Kenapa enggak dari awal kelas 10? Tapi gak papa, lebih baik terlambat dari pada tidak mengenalinya sama sekali.
Tapi untuk sesaat, hatiku rapuh ketika tau Kinay itu pacarnya si Rizky. Aku hampir mundur ingin menjauhinya. Tapi waktu itu Wildan menyarankanku untuk buru-buru PDKT-in Kinay.
Karena apa? Karena kata Wildan, Rizky orangnya gak setia. Dia pernah mergoki Rizky lagi berduaan sama cewek lain, itu juga si Rizky masih pacaran sama Kinay. Ya otomatis si Rizky udah khianatin cintanya Kinay.
Udah tau gila, malah ditambah gak setia. Bener-bener gak waras tuh si Rizky.
• Bersambung •
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments