Setibanya di sana, aku melihat kursi Lily masih kosong. 'Tumben-tumbenan dia belum hadir'
Aku pun duduk di bangkuku dan melihat arloji yang melingkar pada pergelangan tanganku. Oh ternyata masih jam setengah tujuh kurang.
Ternyata sepagi ini aku pergi ke sekolah. Pantas saja di kelas masih sepi, belum ada siapa-siapa. Paling satu atau dua orang saja yang sudah ada di kelas.
Aku segera mengambil handphone dari dalam tas untuk menghilangkan kejenuhanku.
Tiba-tiba saja, Wildan datang menghampiriku sambil membawa kotak makan.
"Nay, nih buat lo!" serunya seraya menyodorkan kotak makan kepadaku. Tanpa babibu, aku mengambilnya.
"Dari siapa?" tanyaku.
"Dari Daniel," jawabnya.
'Daniel? Tumbenan dia bawain kotak makan untukku'
"Kenapa bukan Daniel yang kasih ini ke gue?" tanyaku lagi.
"Katanya dia gak mau ganggu lo dulu. Dia tau kalau saat ini lo sedang kesal, makannya dia gak mau ganggu dan nitipin kotak makan ini ke gue," jawab Wildan.
'Kok dia tau kalau gue sedang kesel? Apa Mamah yang beritau, ya?'
"Oya, Daniel juga kepengen lo habisin makanannya. Karena dia yang sengaja masak itu buat lo," ujar Wildan.
Aku terdiam. Sementara Wildan bergegas pergi keluar. Kini hanya ada aku seorang diri di dalam kelas bersama kotak makan pemberian dari Daniel.
Aku masih tak menyangka cowok cupu kayak Daniel bisa masak.
Tanpa berpikir panjang, aku membuka kotak makan tersebut. Aku terkejut melihat isi makanannya berupa nasi goreng spesial.
Kenapa bisa spesial? Karena terdapat saos di atas nasinya yang berbentuk love. Bibirku tersenyum melihat hal itu. Aku pun langsung mencicipi masakannya.
'Oh My God! Sumpah enak banget masakannya.'
'Kayaknya Daniel emang cowok idaman para wanita. Buktinya dia pintar masak. Tapi meski dia pintar masak, pasti cewek-cewek menghindarinya karena penampilan Daniel yang culun.'
Selang beberapa menit, aku sudah menghabiskan makanan yang dibuat oleh Daniel untukku. Di saat itu pula, Lily masuk ke dalam kelas seraya tersenyum kepadaku.
"Hey, Nay," sapa Lily, lalu duduk di sampingku.
"Lo dari mana aja? Kenapa baru datang?" tanyaku.
"Biasalah Nay, di rumah ada sedikit kendala. Oya, itu kotak makan punya siapa? Punya elo? Tumbenan banget lo bawa kotak makan, biasanya kan enggak," ucap Lily merasa heran. Matanya tertuju ke arah kotak makan yang tengah kupegang.
"Ahh ini bukan punya gue. Tapi punya Daniel, dia yang sengaja masakin nasi goreng buat gue," jawabku jujur.
Kulihat mulut dia menguap tak percaya.
"Hah? Seriusan lo?" tanyanya, yang kurespon anggukan kecil.
"Cieee ... yang mulai diperhatiin nih ye sama Daniel. Jadi kepengen diperhatiin juga," candanya.
"Ihh, apaan sih. Gue makan nasi goreng buatannya karena gue menghargai Daniel yang udah capek masak buat gue," sahutku.
"Ohh gitu. Ya udah deh iya. Kenapa gak disisain buat gue? Gue kan pengen coba masakannya," ucap Lily yang seolah-olah ingin menggodaku.
Aku hanya memasang wajah datar. Kemudian aku teringat tentang perjodohanku dengan Daniel. Ingin kucurhatkan masalah itu kepada temanku, Lily.
"Oya, Ly, gue pengen curhat. Tapi nanti, enggak sekarang," ucapku, yang dijawab anggukan kepala dari Lily.
"Nay, ganti baju, yuk. Pagi ini kan kita ada pelajaran olahraga, dan ada kelas Rizky juga loh yang pelajaran olahraganya sama kayak kita," ucap Lily.
"Hah? Mentok dong?"
"Katanya sih lapangannya dibagi dua. Tapi denger-denger minggu ini aja pelajaran olahraga kita sama kayak kelas fisika. Nanti pak Nino yang akan ajuin ke wakasek kurikulum buat ganti jadwal olahraga kelas 12," jelasnya.
"Oh gitu, ya udah kita ganti baju aja sekarang," ajakku pada Lily.
Kami pun bangkit dari tempat duduk dan berjalan keluar kelas seraya saling merangkul bahu.
Selesai mengganti baju, aku dan Lily bergegas pergi ke Lapangan. Terlihat sebagian anak-anak sudah kumpul di sana, tapi sebagian lagi belum. Mungkin lagi pada ganti baju.
Oh ya, dengar-dengar sih hari ini akan dua guru olahraga yang akan mengisi jadwal kelasku dan kelas fisika.
Aku juga melihat di lapangan sebelah kiri sudah ada Rizky yang tengah membagi-bagikan sebuah kartu.
"Itu pacar lo lagi ngebagiin kartu apa?" tanya Lily, yang ternyata melihat juga aktivitas Rizky dari sana.
Aku mengangkat bahuku sekilas menandakan aku tidak tau apa-apa.
"Cek aja yuk!" ajakku, yang disetujui Lily.
Aku dan Lily menghampiri Rizky bersama teman-temannya yang tengah membagikan kartu pada teman-teman sekelasku dan beberapa siswa yang melintasinya.
"Hey, Ky!" sapaku.
"Eh, ada Kinay Sayang," balas Rizky dengan senyum lebar.
"Kamu lagi ngebagiin kartu apa ke anak-anak?" tanyaku.
"Ini aku lagi membagikan kartu ulang tahunku ke anak-anak. Emangnya kamu lupa ya kalau hari ini aku ulang tahun?" tanyanya.
Lantas aku menepuk dahi. Aku baru ingat kalau hari ini adalah ulang tahun pacarku.
"Oh iya, maafin aku ya, aku beneran lupa tau," ucapku merasa tidak enak.
"Gak papa kok, Nay. Tapi nanti kamu ucapin selamat ulang tahun ke aku di acara pesta aja ya," ujar Rizky, menatapku penuh harapan.
Aku mengiyakan keinginannya.
"Kapan pestanya?" tanyaku.
"Nanti malam," jawabnya.
"Terus mana kartu undangan untukku?" Aku menagih kartu ultah ke Rizky.
"Spesial buat kamu, aku gak perlu ngasih kamu kartu. Aku maunya ngucapin ke kamu secara langsung," timpalnya.
Aku mengernyitkan dahi, tak mengerti apa maksud ucapan Rizky.
Tak lama saja, Rizky menggenggam tanganku sangat erat, membuatku langsung menatapnya penuh haru.
"Kinay, kamu mau kan datang ke acara pesta ulang tahunku? Aku ingin kamu menjadi tamu pertama yang akan selalu kuspesialkan," ucapnya dengan suara parau.
Sejenak aku memandang ke arah Lily. Terlihat Lily memberi kode kedipan mata satu kali yang menandakan aku harus mengiyakannya.
"Baiklah, aku mau," jawabku, diakhiri dengan senyuman.
Rizky tersenyum girang, kemudian dia memelukku sangat erat.
"Aku bakal nunggu kedatangan kamu sebagai tamu pertama, dan jangan lupa nanti kamu pakai topeng pesta juga ya," ucapnya di sela-sela tengah memeluk.
Aku menjawab dengan membalas pelukannya, dan tak lama aku melihat Daniel menghentikan langkah di belakang Rizky.
Saat itu Daniel datang bersama Wildan. Kulihat dia mengepalkan kedua tangannya erat-erat seraya memasang raut wajah tidak suka melihatku berpelukan dengan Rizky.
'Apa Daniel cemburu?'
Aku segera melepas pelukan dengan Rizky. Kemudian netraku kembali menatap sosok Daniel yang masih berdiam diri di tempat. Dia tidak berkutik, tetap memandangiku dengan tatapan sulit kuartikan.
"Wah, ternyata ada cupu di sini," ucap Rizky.
Mungkin Rizky baru menyadari ada Daniel di belakangnya bersama Wildan.
Kulihat Daniel hanya diam, tak menggubris perkataan Rizky.
"Woy, Wil, jangan lupa ya lo datang ke acara pesta ulang tahu gue nanti malam, dan jangan lupa juga pakai topeng pestanya," pinta Rizky seraya menyodorkan kartu undangan pada Wildan.
Wildan mengambilnya dan sekilas dia menganggukan kepala.
"Okey, gue akan usahakan buat datang. Thanks kartunya," ucap Wildan, yang dijawab anggukan kepala dari Rizky.
"Oya, lo tahu kan Alex, teman sekelas gue? Hari ini dia gak sekolah karena izin nganterin nyokapnya, jadi gue minta satu lagi kartunya buat Alex," ujar Wildan lagi.
"Ohh, si Alex. Ya udah nih kartunya. Ingetin si Alex buat datang tepat waktu," sahut Rizky seraya menyodorkan satu kartu undangan lagi kepada Wildan.
Kini pandanganku tertuju pada Daniel. Dalam hatiku merasa iba padanya karena dia belum mendapat kartu undangan dari Rizky.
"Ky." Aku menahan pergelangan tangannya di saat Rizky hendak pergi.
"Ada apa, Sayang?" tanyanya lembut.
"Kamu kok gak kasih kartu undangan ke Daniel? Dia berhak hadir juga dong ke pesta ulang tahun kamu," jawabku mengingatkan.
Sekilas Rizky memandang Daniel dengan tatapan sinis. Aku tahu pacarku tidak suka akan Daniel, tapi setidaknya dia memberikan kartu undangan kepadanya.
Jujur, aku lebih tidak suka jika Rizky pilih-pilih orang untuk datang ke pesta ulang tahunya.
"Cowok culun kayak dia enggak berhak untuk datang ke pesta gue. Yang ada temen-temen gue malah pada kabur melihat penampilannya," pekik Rizky, membuatku ternganga tak percaya.
"Tapi Ky, dia juga teman kamu," ucapku, yang sudah geregetan karena Rizky malah mengikuti egonya.
Sejenak Rizky menunjuk kasar ke arah wajah Daniel yang polos. "Dia bukan teman aku, tapi musuh," tekannya.
"Tapi, Ky--"
Ucapanku terpotong karena Rizky malah berlalu pergi bersama teman-temannya.
"Ihh, Rizky. Gue kan belum selesai ngomong," ucapku kesal.
"Sudahlah, Kinay. Aku memang enggak berhak untuk datang ke pesta ulang tahunnya," ucap Daniel dengan lirih, membuatku semakin iba padanya.
"Daniel, kamu itu--"
Ucapanku lagi-lagi terpotong karena dia juga berlalu pergi bersama Wildan.
"Ihh, kenapa sih Daniel malah pergi? Padahal gue kan kasihan sama dia karena gak diundang sama Rizky," gerutuku.
"Sabar ... mungkin Daniel nyadar kalau dia gak pantes buat datang," ucap Lily, menenangkanku.
Aku hanya mendengkus napas kesal. Tidak Rizky ... tidak Daniel, mereka berdua malah pergi. Padahal aku hanya ingin ada keadilan.
• Bersambung •
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments