"Tunggu ...."
Kembali si misterius menahan tanganku.
"Apa lagi?" tanyaku, menatapnya kesal.
"Gue pengen dansa sama lo lagi," jawabnya.
Aku tertawa kecil. "Ck, kenapa harus sama gue? Banyak kali cewek-cewek di sini. Mendingan lo dansa aja sama mereka gih. Gue punya urusan," ucapku sedikit menekan di akhir kalimat.
Lalu aku membalikan badan, bergegas menghampiri Rizky. Tapi lagi-lagi si misterius mencekal tanganku. Membuatku semakin kesal padanya.
"Apa lagi sih?" tanyaku agak ngegas.
"Gue pengennya dansa sama lo."
Alisku langsung mengerut curiga. "Kok lo tiba-tiba posesif gini sama gue. Padahal kita belum saling kenal. Ohh ... gue tau sekarang, lo pasti mau macem-macem 'kan sama gue." ujarku ber-overthingking tentang dia sambil menunjuk wajahnya kasar.
Dia menggeleng pelan. "Sumpah, gue gak mau macem-macem sama lo. Gue---"
"Stop, gak usah diterusin lagi! Buang-buang waktu aja tau gak ngomong sama lo," ketusku. Lalu berbalik badan bergegas menghampiri Rizky.
Namun ....
Aku mengurungkan niatku untuk melangkah. Detik itu aku langsung bergeming. Raut wajahku yang tadinya kesal, kini bertambah emosi dan tak percaya dengan apa yang kulihat saat ini.
Rizky dan cewek itu saling menempelkan bibir dengan mesra.
Tepat di depan mataku. Dan juga di depan mata anak-anak yang lain. Bahkan di acara spesial pacarku sendiri.
Pastinya aku sebagai seorang pacar merasa tidak diterima ketika melihat pacarku mesra dengan cewek lain.
Hingga pertahananku langsung runtuh dalam sesaat karena mereka berdua.
Air mata yang tadi aku tahan, sekarang keluar begitu saja membasahi pipiku yang masih berolesi make-up setelah melihat mereka kian semakin mesra.
"Inilah alasan kenapa tadi gue ngajak lo dansa. Gue gak pengen lo ngeliat sesuatu yang bikin lo sakit hati."
Itu suara si misterius. Suaranya terdengar sangat dekat dekat telingaku. Dia sepertinya berusaha untuk menghiburku.
Tapi aku terlanjur sakit hati.
Sakit hati dengan apa yang aku lihat barusan. Bahkan emosiku sudah memuncak.
Hingga aku tergesa-gesa menghampiri Rizky. Dan ....
Pl*k!
Tak tanggung-tanggung aku langsung mendaratkan tamp*ran pada pipi Rizky.
"Brengs*k! Jadi begini kelakuan lo aslinya, hah?" tanyaku meninggikan nada.
"K--Kinay, k--kamu ...."
"Kamu apa hah? Gue kira lo itu tulus sama gue. Sayang sama gue. Tapi kenyataan apa? Enggak sama sekali. Nol yang ada. Di saat gue berusaha buat mikir gimana caranya hubungan kita langgeng, lo malah ..." Aku menjeda ucapanku.
Tidak sanggup melanjutkannya ketika bayang-bayang Rizky mencium mesra bibir cewek itu terus menghantui pikiranku.
"Kinay, dengerin penjelasan aku dulu." Rizky berusaha meraih tanganku. Tapi aku langsung mundur menghindarinya.
"Tadi yang kamu lihat itu---"
"Lo pikir gue beg*? Jelas-jelas tadi gue ngeliat dengan mata gue sendiri, lo ciuman sama cewek." pekikku menatap setajam-tajamnya wajah Rizky yang tertunduk tak berdaya.
"Masih mau nyangkal? Anak-anak lain juga liat. Mereka saksinya," ketusku sekilas melihat ke arah teman-teman Rizky dan juga anak-anak lain yang semakin fokus menonton pertengkaran ini.
"Wahh gila lo, Ky. Gue kirain lo nyium si Kinay."
"J*rr! Tadi gue kirain tamu pertamanya itu Kinay, ternyata bukan ya."
Teman-teman Rizky mulai berkomentar. Sementara aku sibuk menatap tajam wajah Rizky. Hingga tanpa sadar mataku menatap tajam cewek di samping Rizky.
Penasaran dia siapa, akhirnya aku membuka topeng cewek itu.
Dan sontak saja mataku membulat melihat wajah cewek itu yang ternyata dia adalah Andin. Cewek kelas Fisika yang aku juluki sebagai Ratu Kecentilan karena sikapnya yang sok di depan para cowok.
"Jadi lo yang ngerebut Rizky? Kecentilan di depan Rizky, hah?" tanya mulai ngegas.
"Idihh, siapa juga yang kecentilan. Cowok lo-nya aja yang kesemsem sama gue. Ya gue gak bisa nolak cinta Rizky ke gue," jawab Andin terus terang sambil bergelayut manja di lengan Rizky.
Aku memalingkan wajah ke arah lain. Menyeka air mataku agar tidak keluar terus menerus.
"Malam ini juga kita putus."
Setelah mengatakan itu, aku langsung berlari kecil keluar dari rumah Rizky sambil membawa rasa sakit dan air mata.
Sungguh, hatiku benar-benar hancur. Andai saja ada Daniel di sini, mungkin aku bakal nyurahin segala kesedihanku pada dia.
'Daniel, kamu dimana? Aku butuh kamu sekarang!'
Aku memilih taman sebagai tempat untuk mencurahkan segala kesedihanku. Di sana aku menangis sejadi-jadinya, masih tidak menyangka kalau Rizky akan tega melakukan hal ini kepadaku.
"Hiksss ... Rizky, kenapa sih lo tega khianatin gue? Padahal gue sayang sama lo," teriakku diiringi tangisan.
"Euhhh ... Euhhh ...." Aku memukul-mukul bangku taman yang kududuki cukup keras karena saking tersurut emosi.
Tak peduli nantinya tanganku akan memerah atau tidak, yang jelas saat ini hatiku sangat hancur. Aku butuh seseorang yang mau mengerti akan perasaanku.
Aku butuh Daniel. Tapi aku sadar ... pasti Daniel lagi diam di rumahnya. Tidak mungkin dia keluyuran, karena bagaimanapun juga dia adalah cowok yang baik-baik.
"Arghhh ...," geramku disertai tangisan. Karena bayangan kemesraan Rizky dan Andin, ditambah pengakuan Andin terus melanda pikiranku.
Aku berusaha mengontrol emosiku sendiri, tapi tetap saja tidak bisa. Aku malah melampiaskan kesedihanku dengan memukul-mukul kembali bangku yang kududuki.
Puas melampiaskan, aku memandang tanganku sendiri. Ternyata memerah. Tapi aku enggak peduli tentang hal itu.
Tiba-tiba saja, aku merasakan kehadiran seseorang duduk di sebelahku. Setelah kulihat, ternyata dia adalah Daniel.
'Ya ampun, senang rasanya. Kesedihanku sekarang sedikit terobati dengan kehadiran Daniel.'
"Daniel," lirihku sambil tersenyum mengembang.
Kulihat dia juga tersenyum, lalu perlahan jemari tangannya menghapus air mata yang membasahi pipiku ini. Aku juga melihat dari balik kacamatanya, bola mata dia berkaca-kaca.
'Apa dia juga bakal ikut-ikutan nangis kayak aku?'
"Kinay, jangan nangis. Nanti kalau kamu nangis, aku bakal ikutan nangis," ucapnya terdengar sendu.
Aku ingin tersenyum karena dia berusaha menghiburku, tapi aku juga malah ingin menangis lagi. 'Aneh juga sih aku'. Tapi jujur, setelah melihat kehadirannya, hatiku terasa lebih tenang dari sebelumnya.
"Kenapa kamu nangis?" tanyanya, masih menatapku sendu.
Tak mau hati ini menanggung rasa sakit karena pengkhianatan Rizky, akhirnya aku menceritakan semuanya kepada Daniel dari awal aku datang ke pesta sampai pengakuan Andin yang mengatakan kalau dirinya adalah pacar dari Rizky.
Aku menceritakan kepadanya sambil menahan isak tangisku.
Kini kurasakan dia menggenggam tanganku.
Lalu sekilas dia meniup tanganku yang masih memerah dengan penuh perasaan, bahkan dia juga mengusap-usap tanganku ini dengan lembut.
Senang rasanya bisa diberi perhatian oleh cowok yang hampir kutolak karena perjodohan.
• Bersambung •
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments