Bete

POV Kinay

Hari ini adalah hari paling membetekan buat aku. Secara tadi pagi aku malah dikasih tantangan sama Wildan, tapi aku juga yang kalah.

Padahal kan aku penasaran seperti apa wajah cowok yang pakai masker itu. Hmm, mungkin belum keberuntunganku untuk tahu siapa dia sebenarnya.

Aku kembali ke rumah sekitar pukul 10 pagi. Kulihat Mama ssperti sedang sibuk membuka-buka buku majalah di ruang tengah.

"Assalamualaikum, Mah. Kinay udah pulang jogging," ucapku, langsung menghampiri Mama dan duduk di sampingnya.

"Waalaikumsalam. Ehh, putri Mama udah pulang," balas Mama dengan senyum mengembang.

Aku mencium tangan Mama sebentar.

"Oya Mah, Mama lagi nyari apa? Kok kayak sibuk banget?" tanyaku penasaran.

"Ini Mama lagi lihat-lihat beberapa desain gaun yang akan kamu pakai nanti di acara pertunanganmu dengan Daniel," jawab Mama sekilas tersenyum padaku.

Aku setengah kaget mendengarnya.

"Apa, Mah? Gaun? Kenapa gak pas mau hari H-nya sih, Mah?" tanyaku mulai protes. Sejujurnya aku lagi malas kalau disuruh Mama buat milih desain gaun pertunanangan.

"Mentok dong, Sayang. Mendingan sekarang dipersiapinnya, apalagi pertunanganmu dengan Daniel kan sebentar lagi," jawab Mama.

Aku hanya melipat kedua tanganku di depan dada sambil mengerucutkan bibir.

"Nah sekarang, kamu pilih desain gaun mana yang kamu suka!" seru Mama.

Sekilas aku melirik ke arah buku majalah yang dipegang Mama dengan tatapan malas. Setelah itu, aku menggelengkan kepala.

"Enggak, Mah. Kinay gak mau milih," tolakku agak lantang.

"Kok gitu? Kalau kamu gak milih, ya udah Mama tinggal telpon Daniel ke sini buat--"

Cepat-cepat aku memotong perkataan Mama dengan mengambil buku majalah dari tangan Mama.

Aku yakin kalau aku nolak, pasti Mama bakal nyuruh Daniel ke sini untuk membantu memilihkan gaun yang pas untukku.

"Enggak usah, Mah. Biar Kinay aja yang pilih," ucapku, dan langsung melihat-lihat beberapa desain gaun yang nanti akan kupakai di acara pertunangan.

"Mama jadi gak sabar lihat kamu bertunangan dengan Daniel," ucap Mama sambil membelai rambutku.

Aku hanya menjawab dengan senyum paksa.

Malam telah datang. Aku memilih mengurung diri di dalam kamar. Enggan keluar karena mood tiba-tiba saja kembali kurang mendukung.

Detik ini aku tengah bersantai di atas sofa sambil memandangi wallpaper layar utama handphone-ku yang berlatarkan foto Siwon. Sudah lama aku tidak melihat senyumannya itu.

'Oppa Siwon, kenapa sih mata kamu harus mirip sama matanya Daniel?'

Aku malah ngomong sendiri ke layar handphone. Aneh kan! Tapi gak papa, hitung-hitung buat mengembalikan mood agar mendukung kembali.

Tring!

Sebuah pesan whatsapp muncul di layar HP. Kulihat si pengirimnya adalah Daniel. 'Mau ngapain sih malam-malam begini dia nge-whatsapp aku?'

Tanpa babibu, aku membuka isi pesannya.

"Selamat malam, Kinay. Semoga malammu selalu menyenangkan, ya."

Begitulah pesan yang dikirim oleh Daniel. Tapi aku hanya read saja pesannya itu tanpa membalas balik.

Entah kenapa aku malah tidak ingin bicara dulu kepada dia setelah kalah tantangan dengan Danang. Padahal kan Daniel tidak terlibat dalam tantangan tadi pagi, tapi aku tetap saja kesal pada siapapun, termasuk dia.

Tring! Tring! Tring!

Tak henti-hentinya suara dering pesan dari handphone-ku berbunyi. Setelah kulihat, ternyata Daniel yang spam chat.

"Astaga! Gak ada kerjaan banget Daniel nge-spam chat gue," gumamku tak percaya.

Akupun segera mematikan data dan daya handphone, lalu menyimpan benda pipih itu di atas nakas. Selanjutnya aku bergegas tidur untuk menghilangkan beban-beban yang menyelimuti pikiranku.

Keesokan harinya, aku sudah siap-siap untuk berangkat ke sekolah. Tapi sebelum itu, aku pergi sarapan dulu di ruang makan bersama Papa dan Mama.

"Pagi Pah, pagi Mah," sapaku sambil mengoleskan selai coklat pada selembar roti.

"Pagi juga, Sayang," balas Papa mewakili Mama yang saat itu sedang sibuk menyiapkan bekal untuk Papa.

"Mau sekalian Mama bikinin bekal buat kamu gak?" tanya Mama padaku.

Sekilas aku menggelengkan kepala. "Enggak perlu, Mah. Kinay bisa makan kok di Kantin bareng Lily," jawabku.

"Tapi ingat ya, Sayang. Di sekolah, kamu enggak boleh jajan sembarangan." Papa memperingatkanku. Aku hanya menjawab dengan anggukan mantap.

Selesai sarapan, aku pamitan terlebih dahulu kepada Papa dan Mama. Setelahnya, aku segera melangkah keluar dari rumah untuk menemui mang Agus yang pasti sudah lama menungguku.

Hari ini adalah hari senin. Tak heran di jam 7 pagi ini, aku dan yang lain sudah berbaris rapi untuk mengikuti upacara yang selalu dilaksanakan setiap hari senin.

Kebetulan yang menjadi pembina upacara saat itu adalah Pak Wahyu yang bertugas sebagai wakasek kesiswaan di sekolah kami.

Beliau menyampaikan amanat tentang kedisiplinan, dan kami sebagai peserta upacara mendengarkan nasihat beliau dengan sangat baik.

"Sebelum Bapak tutup amanat ini, Bapak ingin memperkenalkan dulu seorang murid baru di sekolah kita. Sebenarnya ini tidak terlalu penting, tapi selagi ada orangnya di sini, enggak ada salahnya kita saling mengenal satu sama lain."

Aku mengernyitkan dahi sekaligus penasaran siapa murid barunya.

"Ayo Nak, kemari!" pinta Pak Wahyu sambil memandang ke barisan paling ujung.

Kulihat murid baru itu mulai melangkah ke depan, lebih tepatnya dia berdiri di samping Pak Wahyu. Dan ternyata dia adalah seorang cewek, tapi dia memakai kacamata dengan model rambut yang diikal dua.

"Gadis ini namanya adalah Laras, dia akan mulai belajar di kelas XI-Fisika. Bapak harap kalian semua bisa berteman baik dengannya," ujar Pak Wahyu.

'Ohh, jadi namanya Laras. Berarti dia adik kelas gue dong'

Kalau dilihat-lihat sih penampilan Laras hampir setipe dengan Daniel. Tapi ....

Oh My God! Aku baru kepikiran tentang Daniel. Aku tidak tahu reaksi dia seperti apa dari barisan tengah setelah melihat murid baru yang setipe dengannya.

Ternyata setelah kulihat dari jarak sini, Daniel malah sunyam-senyum melihat sosok Laras. 'Hishhh ... nyebelin banget sih'

Selesai melaksanakan upacara, aku buru-buru masuk ke kelas sambil membawa rasa kesal. Saking kesalnya, aku malah meninggalkan Lily yang masih ada di lapangan.

"Ihh, bete ... kenapa sih Daniel pakek sunyam-senyum liat murid baru itu? Apa jangan-jangan Daniel naksir lagi sama dia?" pikirku, mulai aneh-aneh.

Aku menggeleng-gelengkan kepala mencoba menghilangkan pikiran aneh itu.

"Ah, enggak mungkin. Secara Daniel itu adalah calon tunangan gue. Awas aja kalau dia sampai ngedeketin Laras, gue bakal bertindak tegas," ucapku, dan diakhiri dengan mengerucutkan bibir.

"Kinay."

Aku mendengar suara seseorang memanggil namaku. Ternyata Lily. Dia langsung duduk di sampingku.

"Ya ampun Kinay, gue nyari lo kemana-mana, ternyata lo ada di sini. Lo kenapa sih ninggalin gue tadi?" tanyanya.

"Gue lagi bete," jawabku dingin.

"Lo lagi bete sama gue?" Dia bertanya lagi.

Kujawab dengan gelengan kepala. "Bukan, tapi gue lagi bete sama Daniel. Masa dia mandangin murid baru pakek acara senyum-senyum segala," timpalku, memasang wajah masam.

Kulirik Lily malah tertawa kecil mendengar curhatanku. Apa yang lucu coba?

"Cieee ... ceritanya lo cemburu nih?" godanya.

Aku ternganga. Cemburu? Ke Daniel?

'Tapi masa iya aku mulai cemburu sama Daniel? Secara kan aku gak punya perasaan apa-apa sama dia'

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!