Dalam Bahaya

Teng ... Teng ... Teng ....

Bel masuk berbunyi. Aku dan yang lainnya segera bersiap diri karena hari ini ada ulangan bahasa Indonesia.

Menurutku sih soal Bahasa Indonesia itu mudah. Tapi entah kenapa waktu itu ada beberapa jawaban yang salah. Mungkin aku yang kurang teliti.

Aku berharap kali ini aku mendapatkan nilai bagus. Aku akan berusaha fokus mengerjakan tanpa memikirkan apapun, termasuk Daniel sekalipun.

Waktu istirahat telah tiba. Semua yang ada di kelas pergi ke kantin, kecuali aku dan Lily.

"Nay, ke Kantin, yuk!" ajak Lily.

"Enggak ah, gue males pergi ke Kantin. Mendingan lo aja deh," ujarku menolak.

"Lo yakin gak mau pergi ke Kantin?"

"Iya, tapi gue nitip cemilan. Nanti gue bayar," ucapku.

Lily mengangguk. Kemudian dia pergi meninggalkanku seorang diri di dalam kelas. Untuk mengisi kekosongan ini, aku memilih bermain ponsel. Melihat-lihat foto Siwon di galery handphone.

Tring!

Satu pesan whatsapp muncul di layar. Aku segera membukanya. Ternyata dari Lily. Dia mengirimkan foto kepadaku.

"Ho!"

Mataku membulat melihat foto yang dikirimkan oleh Lily adalah foto kebersamaan Daniel dengan murid baru alias Laras di Kantin.

'Apa sih hubungan di antara mereka berdua sampai-sampai bisa seakrab gini? Setipe sih setipe, tapi gak pakek acara makan berdua kali di kantin'

Aku terus mengomel sendiri pada layar handphone. Lama-lama aku kayak orang gak waras.

Tapi bomat ah. Yang penting aku harus segera pergi ke Kantin.

\[Ly, gue mau OTW ke Kantin. Lo tunggu gue di sana.\]

Selesai mengirimkan pesan ke Lily, aku bergegas keluar dari kelas. Tapi tiba-tiba saja murid cowok yang gak aku kenal menghalangi jalanku.

"Kinay kan?" tanyanya.

"Iya. Emangnya kenapa?" Aku balik nanya.

"Gue temen sekelasnya Daniel. Lo disuruh sama Daniel untuk menemuinya di gudang," timpalnya.

Aku mulai merasa heran. Pasalnya saat ini Daniel lagi ada di Kantin bersama Laras.

"Hah? Gudang? Bukannya sekarang Daniel lagi ada di kantin?" tanyaku padanya.

"Tadinya dia ada di Kantin. Tapi sekarang dia ingin nemuin lo di gudang," jawabnya.

Sejenak aku berpikir, tidak mungkin cowok cupu kayak Daniel nyuruh-nyuruh orang begitu saja. Secara dia selalu dijauhi oleh teman-teman sekelasnya.

'Kayaknya ada yang gak beres nih'

Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke gudang seorang diri. Tadinya aku pengen ngajak Lily, tapi aku gak ingin ganggu dia yang lagi beli cemilan.

~

Aku sudah sampai di depan gudang sekolah. Tapi ada rasa ragu yang menyelimuti benakku untuk masuk ke dalam, karena aku masih tidak yakin kalau Daniel ingin menemuiku di dalam sana.

"Masuk gak ya?" pikirku masih bingung.

"Gue yakin pasti di dalam ada yang enggak beres. Apa jangan-jangan Rizky yang menyuruh gue ke sini. Dia ingin gue menonton aksinya saat membuly Daniel di dalam sana," ucapku mulai berpikiran jauh.

"Bisa jadi, karena kemarin-kemarin malam gue mutusin dia. Jadinya dia ingin melampiaskan dendamnya ke Daniel, padahal kan Daniel gak salah apa-apa. Lebih baik gue cegah perbuatannya itu," ujarku lagi.

Tanpa babibu, aku langsung melangkah masuk ke dalam dengan membawa emosi yang sudah tidak bisa ditahan lagi.

"Rizky, gue kan udah bilang jangan--"

Aku menggantung ucapanku saat melihat di dalam tidak ada siapapun. Gelap. Hanya saja ada barang-barang lama.

"Loh, kok gak ada siapa-siapa?" heranku sambil menggaruk-garuk kepala yang tak gatal.

Bruk!

Aku mendengar suara pintu gudang tertutup. Aku terhentak dan langsung berbalik badan.

"Ho!" Mataku membulat melihat pintu gudangnya benar-benar ditutup. Entah siapa yang melakukannya, yang jelas saat ini aku sangat syok.

"Woy," pekikku sambil mengedor-ngedor pintu cukup keras, karena pasalnya pintu gudang susah untuk dibuka. Ini berarti ada yang mengunciku dari luar.

"Siapapun yang ada di luar, tolong bukain pintunya," teriakku, tak henti-hentinya mengedor pintu.

Aku menyerah. Karena sedari tadi aku berteriak, tidak ada yang mau buka. Lebih baik aku chat Lily, memintanya untuk bukain pintu.

"Yahh, di sini malah gak ada sinyal lagi. Aduh gimana dong? Masa iya gue harus menghabiskan waktu di dalam gudang," gerutuku sambil mengedarkan pandangan ke segala sudut gudang.

"Mana di dalam sini gelap lagi. Gue kan takut gelap," lirihku, menelan ludah ini susah payah. Aku baru menyadari suasana di dalam gudang sangat mencekam.

'Serasa kayak film horor tahu gak'

Saking takutnya, aku kembali mengedor-ngedor pintu. Aku tidak ingin berlama-lama berada di tempat gelap seperti ini.

"Tolong bukain pintunya. Gue mohon," lirihku gemetar.

Aku tidak tahu harus melakukan apa lagi, selain duduk bersandar pada pintu. Mencoba menahan rasa takut, tapi tetap saja tidak bisa.

'Daniel, aku butuh kamu.' batinku gemetaran.

\*\*\*

**POV Daniel**

Di jam istirahat ini, aku sangat senang bisa ditemani makan oleh Laras. Padahal yang kuinginkan adalah Kinay, tapi dia malah tidak ada di kantin. Hanya saja ada Lily yang tengah membeli beberapa cemilan.

'Mungkin Kinay masih bete'

Oya, jika ada yang tanya, kenapa aku bisa langsung akrab dengan Laras? Karena sebelumnya kami pernah saling mengenal. Dia adalah adik kelasku waktu SMP dan tetap akan kuanggap sebagai saudara perempuanku.

Penampilannya dari masa itu pun masih tetap sama dengan sekarang. Selalu sederhana.

Laras sempat kaget melihat penampilanku yang tiba-tiba culun di masa putih abu-abu ini. Aku lupa dia belum tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Waktu itu juga di Kantin, aku langsung menceritakan semuanya ke Laras. Dia paham apa maksudku dan akan membantuku dengan menjaga rahasia ini.

Di tengah-tengah aku mengobrol panjang lebar dengan Laras, aku melihat Lily yang masih membeli cemilan terlihat seperti mengawasiku. Buktinya matanya itu selalu melirik ke meja kantin yang kutempati.

"Kakak kenapa?" tanya laras padaku.

Secepatnya aku menggelengkan kepala. "Ahh, enggak kenapa-napa. Hanya saja aku merasa terganggu," jawabku terus terang.

Tiba-tiba saja Lily melangkah mendekati meja kami, dan langsung berdehem.

"Ekhem, enak banget ya makan berduaan di sini tanpa ada yang ganggu," ucap Lily terdengar seperti menyindir.

'Loh, emangnya salah makan bareng sama cewek yang udah kuanggap sebagai adik sendiri?'

"Maksudnya apa ya?" tanyaku pada Lily.

"Ya ampun, Daniel. Enggak peka banget sih jadi cowok. Jaga jarak dong ... jaga jarak, hargai temen gue," timpalnya ketus.

Aku mengerti. Ini pasti ada sangkut pautnya dengan Kinay. Tapi masa iya aku harus jauhin Laras, secara Laras sudah banyak membantuku waktu SMP.

"Oya Kak, kenalin namaku Laras," ucap Laras memperkenalkan diri dengan mengulurkan tangannya di depan Lily.

"Nama gue Sherly Andreana, bisa dipanggil Lily," balas Lily, yang terlihat kayak terpaksa berkenalan dengan Laras.

Kulihat Lily menyalakan layar handphone-nya dan jemari tangannya itu seperti sedang mengetik sesuatu. Tapi beberapa detik kemudian, dia memasang wajah heran.

"Ihh, kok malah ceklis satu?" herannya.

"Siapa yang ceklis satu?" tanyaku, agak penasaran.

"Orang," jawabnya jutek, lalu melangkah pergi meninggalkan kantin.

Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala, tidak tahu siapa orang yang di WA oleh Lily saat itu. Mungkin temannya.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!