Hapus Nomor

Tring ....

Bel pulang berbunyi, menandakan semua pelajaran telah selesai. Sesuai janji, hari ini aku diantar pulang oleh Rizky.

Ya, lumayan sih dapat tumpangan dari pacar. Jadi, aku gak perlu repot-repot minta Mang Agus buat nganter aku.

Aku sudah sampai di rumah. Agak lelah juga sih, padahal naik motor bareng Rizky. Oh ya, sebelumnya Rizky sudah aku tawari buat masuk ke dalam, tapi dia malah menolak.

Tapi sih, EGP ... terserah dia mau masuk dulu ke rumah atau enggak.

Seketika aku menghentikan langkah di ruang tamu. Aku melihat Ibuku tengah membaca majalah di sofa yang empuk.

"Assalamualaikum, Mah. Kinay udah pulang," ucapku, lalu duduk di samping Ibu. Aku juga tidak lupa mencium tangan Ibu.

"Waalaikumsalam, Sayang. Eh, putri Mamah udah pulang," sahut Ibuku sambil membelai rambutku.

"Gimana tadi di sekolah? Lancar kan belajarnya?" tanya Ibu.

"Alhamdulillah lancar, Mah," jawabku sambil tersenyum.

"Oya, besok kamu pulang cepet ya, nanti Mang Agus yang akan jemput kamu di sekolah. Soalnya Mamah sama Papah mau aja kamu ke Cafe," ujar Ibu.

"Tumbenan banget, Mah. Mau ngapain?" tanyaku penasaran.

"Mau bertemu seseorang," jawab Ibu.

Aku setengah kaget mendengarnya. "Hah? Bertemu seseorang? Siapa? Client Mamah sama Papah?"

"Ada aja. Ini surprise buat kamu, nanti kamu juga akan tahu kok, Sayang," ucap Ibuku.

Aku terdiam. Sebenarnya siapa sih orang yang akan kutemui besok di Cafe? 'Sumpah, aku penasaran pakek banget'.

Malam telah datang. Aku memilih untuk bersantai di dalam kamar. Menikmati segelas susu hangat buatan Bimin. Tapi dipikir-pikir, boring juga lama-lama kalau terus mengurung diri. Serasa enggak ada hiburan buat menyenangkan diri.

Akhirnya aku memutuskan untuk membaca novel bergenre romantis. Ketika tengah asyik-asyik membaca, tiba-tiba ada yang nelpon ke handphone-ku.

Ternyata dari Rizky. Aku langsung mengangkatnya.

[Malam, Kinay.]

[Malam juga, Ky. Ada apa malam-malam gini nelpon?]

[Enggak ada apa-apa, sih. Aku cuma pengen ngajakin kamu ke Cafe besok setelah pulang sekolah.]

Uhukkk ....

Aku tersedak saat minum susu karena kaget mendengar ajakan mendadak dari Rizky.

[Kenapa, Nay? Kamu baik-baik aja, kan?]

[Iya, aku baik aja-aja kok. Aduh, Ky, gimana ya. Bukannya aku nolak, tapi aku udah ada janji duluan sama Mamah Papah besok setelah pulang sekolah.]

[Oh gitu. Ya sudah gak apa-apa. Tapi besok kita ketemuan kan di sekolah.]

[Pastinya dong. Oya, Ky, aku tutup dulu telponnya. Aku mau ke kamar mandi, mau cuci muka.]

[Okey. Selamat malam, Sayang.]

[Selamat malam juga, Ky.]

Tuttt ...

Sambungan panggilan terputus. Aku melempar handpone-ku ke kasur, lalu beranjak menuju kamar mandi.

Tapi belum beberapa langkah, aku mendengar sudah ada yang nelpon lagi. Firasatku, pasti itu Rizky.

Dengan kesal, aku mengambil handpone-ku. Lalu mengangkat telpon tanpa memandang layar ponsel.

[Ada apa lagi sih, Rizky?]

[Rizky? Ini bukan Rizky. Tapi ini Daniel.]

Mataku membulat sempurna. Daniel? Cowok cupu itu. Tumben-tumbenan dia menelponku.

[Tunggu ... Daniel? Lo tahu dari mana nomor gue? Jangan-jangan lo nyolong ya dari anak-anak yang lain?]

[Aku enggak nyolong, kok.]

[Terus ngapain lo nelpon gue malam-malam begini, hah?]

[Aku hanya ingin mastiin kamu baik-baik saja di malam yang kelabu ini.]

[Lebay lo. Udah ah, gue mau cuci muka dulu. Bye!]

Aku langsung mematikan sambungan telpon dengan Daniel. Bisa-bisanya dia menggangguku malam-malam begini.

Tau ah ... sebaiknya aku cepat-cepat cuci muka dan pergi tidur.

Pagi harinya, aku sudah siap-siap memakai seragam sekolah. Setelah itu, aku langsung turun menemui Ayah dan Ibu di ruang makan.

"Pagi, Pah ... pagi, Mah," sapaku.

"Pagi juga, Sayang," balas Ayah. Sedangkan Ibu hanya tersenyum.

Aku hanya meminum segelas susu. Setelahnya, aku pamitan pada Ayah dan Ibu dengan mencium tangan mereka.

"Aku pamit dulu, Mah, Pah."

"Loh, kamu kan belum sarapan?" ucap Ibu.

"Entaran aja deh, Mah, di sekolah."

"Kebiasaan deh putri Papah kalau udah sarapannya di sekolah," ucap Ayah.

"Hehe. Assalamualaikum, Pah ... Mah," ucapku. Lalu berlari kecil keluar rumah.

"Waalaikumsalam, Sayang. Hati-hati!"

Aku sudah sampai di sekolah, yang pastinya diantar sama Mang Agus pakai mobil. Aku berjalan menuju kelasku, dan aku melihat Lily tengah main handphone di pinggir kelas.

'Pas banget ada Lily'

"Hey, Ly," sapaku berjalan menuju Lily.

"Eh, Nay. Lo udah nyampe ternyata. Baru aja gue mau whatsapp elo," ujar Lily.

"Ahh, itu enggak penting buat dibahas. Sekarang lo harus antar gue ke kelasnya cupu. Ehh ... maksud gue Zayn. Oh ya ampun, maksud gue Daniel," ucapku.

Entah kenapa aku malah bisa salah nyebut nama Daniel.

"Mau ngapain?" tanya Lily heran.

"Udah, ikut aja," jawabku, yang langsung menarik pergelangan tangan Lily menuju kelas Daniel--si cowok cupu.

Setibanya di kelas Daniel, aku melihat cowok cupu itu tengah membaca buku di bangku paling depan. Tanpa basa-basi lagi, aku dan Lily berjalan menghampiri Daniel.

"Heh, Daniel. Lo tahu dari mana nomor gue?" tanyaku agak ngegas, dan langsung merebut buku yang sedang dibaca oleh Daniel.

Kulihat Daniel mengernyitkan dahi.

"Maksudnya?" tanyanya polos.

Tentu saja aku kesal mendengar pertanyaan itu.

"Maksudnya ... maksudnya ... gak usah pura-pura gak tau deh lo. Lo kan yang nelpon gue semalam?" pekikku, sesekali memukul bangku Daniel cukup keras.

Daniel malah diam, dan pekikanku barusan malah mendapat sorakan dari.

"Cieee ... lagi pdkt-an nih ye sama cowok cupu."

Mataku membulat. Aku baru tersadar kalau tidak seharusnya aku berkata agak ngegas ke Daniel, jadinya kedengeran sama anak-anak yang lain.

Huft, untung saja Rizky belum datang. Jika saja dia ada, entah apa yang akan terjadi.

"Diam lo semua. Awas aja kalau kalian ngaduin hal ini ke Rizky," ucapku memperingatkan kepada penghuni kelas fisika.

"Iya deh iya."

"Nay, emang beneran Daniel nelpon lo semalam?" tanya Lily dengan berbisik.

"Iya beneran, Ly," jawabku.

Lalu pandanganku beralih kepada Daniel yang malah menatapku dengan santai.

"Malah natap gue lagi, sekarang juga lo kasih hp lo ke gue," pintaku sambil mengulurkan tanganku di hadapan Daniel.

"Mau ngapain?"

"Ya gue mau hapus nomor gue lah," timpalku.

"Enggak ... enggak mau," tolak Daniel sembari memeluk tasnya itu. Udah aku tebak pasti hp-nya ada di dalam tas.

"Ya ampun Daniel, Kinay cuma minjem doang sebentar. Lagian di hp lo gak ada apa-apanya kan, paling cuma foto lo doang yang lagi alay," ujar Lily, yang memandang illfeel wajah kurang oke alias cupu milik Daniel.

"Enggak mau," tolak Daniel mempererat pelukannya pada tas.

Sejenak aku memandang raut wajah Daniel yang menegang. Entah mengapa dia bisa setegang itu, padahal aku cuma minjem handphone-nya saja.

'Pasti ada apa-apanya di hp Daniel. Gue yakin itu'

"Pokoknya gue pinjem dulu hp lo," ucapku kekeh.

Lagi-lagi Daniel menolak, membuat geram ingin menjambak rambutnya yang agak gondrong.

• Bersambung •

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!