***
Hampir saja jemari tangan ini ingin membuka masker yang Danang pakai, tapi Wildan malah mencekal tanganku.
"Ya ampun Kinay, lo mau ngapain?" tanya Wildan, lalu menurunkan tanganku yang sempat terangkat.
"Gue mau buka masker dia lah, gue pengen tahu wajah dia itu kayak gimana," jawabku terus terang.
"Gak bisa," larangnya.
Aku ternganga tak percaya kalau Wildan akan melarangku untuk membuka masker Danang.
"Loh, kok gak bisa? Gue kan pengen lihat wajahnya itu seperti apa. Siapa tahu aja kalau nanti gue ketemu sama dia, gue bakal nyapa dia," sahutku.
"Ya tetep gak bisa, soalnya si Danang itu lagi flu. Makannya dia gak mau buka maskernya, takut ketularan. Iya kan, Nang?" tanya Wildan memastikan sambil menyenggol bahu Danang sekilas.
'Mau mastiin aja pakek senggol-senggol segala'
"I-iya ... Hacimm ...." Danang mulai bersin-bersin. Tapi entah kenapa aku masih tetap curiga padanya.
"Enggak ... enggak. Gue masih penasaran, gue pengen tahu wajah Danang seperti apa. Jadi pleasss, ijinin gue buat buka masker dia. Dikit aja," ucapku sambil memohon.
Wildan terlihat mulai kebingungan setelah terus-terusan didesak oleh aku. Sedangkan Lily malah memintaku untuk tidak meminta yang aneh-aneh.
"Udah, Ly, lo tutup mulut aja. Gue masih penasaran nih wajah dia kayak apa, soalnya ya Ly, matanya itu mirip kayak mata Siwon. Ehh maksud gue Daniel," bisikku pada Lily.
"Oh gitu. Ya udah deh, gue sih terserah lo aja," timpal Lily.
Setelah berbisik, aku kembali memandang ke arah Wildan yang kebingungan dan juga Danang yang tingkahnya tidak bisa diam.
"Pleasss ya, Wil. Dikit aja," pintaku.
"Ya udah deh gini aja, gimana kalau gue ngasih tantangan ke elo dan juga Danang." Wildan malah memberikan usul. 'Buang waktu aja tahu gak'
"Tantangan apa?"
"Tantangannya adalah salah satu di antara kalian berdua enggak boleh ada yang ngedip saat saling tatap-tatapan. Nah untuk lo Danang, kalau lo sampai kedip duluan, lo harus terima dibuka masker sama Kinay. Tapi kalau lo Kinay yang sampai kedip duluan, lo dan Lily harus cabut dari sini."
Aku berpikir sejenak, antara mengiyakan atau tidak. Sebenarnya aku paling gugup kalau udah ditatap sama cowok.
Tapi kenapa aku harus takut, aku pasti bisa ngalahin Danang. Demi ingin tahu wajah dia, aku siap menerima tantangan apa saja.
"Okey, siapa takut," timpalku menyejutui.
Kulihat sejenak mata Danang melotot. Bisa kutebak pasti dia kaget saat mendengar aku menerima tantangan dari Wildan.
"Kalau begitu kalian berdua saling hadap-hadapan," titah Wildan.
Aku dan Danang pun melangkah mendekat untuk saling berhadapan. Sayup-sayup kudengar suara heboh Lily saat melihat jarakku bisa sedekat ini dengan Danang.
"Ya ampun, gue kalau udah ngeliat yang kayak gini nih serasa nonton drakor tahu gak," ucap Lily.
"Gimana? Udah siap?" tanya Wildan, yang sebentar lagi akan memberikan aba-aba.
Aku mengangguk mantap. Begitupun dengan Danang. Aku berharap semoga aja Tuhan membantuku memenangkan tantangan ini, agar aku tahu siapa dia sebenarnya.
Sejenak aku menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk rileks dan tidak gugup saat melakukan tantangan nanti.
"1 ...." Wildan mulai menghitung.
"2 ... 3 ...." Setelah hitungan ketiga, barulah aku mulai menatap mata Danang yang kala itu Danang menatapku juga.
'Okey Kinay, lo harus santai. Lo gak boleh kedip saat menatap mata dia'
Kulihat tatapan Danang terlihat biasa saja, membuatku lebih enjoy memandangi matanya. Dengan begini, aku sangat yakin kalau nanti akulah yang akan menang.
Mungkin sekitar 30 detik dari kami belum ada yang kedip. 'Kapan sih dia mau ngedip duluan'
Awalnya aku biasa-biasa aja menatap mata dia. Tapi entah kenapa lama kelamaan jantung aku berdetak lebih cepat setelah melihat mata Danang yang mirip Siwon itu berubah menjadi tatapan yang tak biasa.
'Gila! Tatapan Danang kayak ngehiptonis aku'
Hampir 45 detik, aku sudah tidak tahan lagi ingin berkedip. 'Ayolah! Kedip duluan. Gue udah gak sanggup lagi nih natap mata lo yang kayak Siwon'
1 menit berlalu, tapi dia gak mau ngalah juga. Dia terus memandangi mataku dengan tatapan sendu.
Dan pada akhirnya aku yang kalah dalam tantangan ini. Aku berkedip duluan. 'Sumpah, aku gak sanggup lagi natap mata dia'
"Yahh, Kinay. Kenapa lo malah kedip duluan sih? Jadinya kan lo gak bisa buka masker dia dan kita yang harus cabut dari sini," keluh Lily.
Aku tak menggubris ucapan Lily. Aku lebih memilih menatap tajam sosok Danang yang saat itu tengah dipuji-puji oleh Wildan. 'Nyebelin banget tahu gak sih'
"Nah, Nay, tunggu apa lagi. Mendingan lo dan Lily cabut dari sini, kan lo kalah!" seru Wildan, diakhiri dengan menaik-naikan kedua alisnya.
Sekilas aku memutar bola mata jutek.
"Tanpa lo suruh pun, gue dan Lily bakalan pergi dari sini," ucapku ketus.
"Oya, kalau lo ketemu sama Daniel, bilangin ke dia, gak usah nemuin gue hari ini. Gue lagi gak mood ketemuan sama dia," peringatku pada Wildan.
Setelah itu, aku langsung menarik tangan Lily untuk mengajak dia pergi dari sana.
"Kinay."
Sayup-sayup kudengar suara orang memanggilku dengan lirih. Pasti Danang. Tapi aku sih EGP, aku lagi kesal sama dia karena gak mau ngalah.
POV Daniel
Setelah melihat Kinay pergi bersama Lily, aku merasa bersalah padanya karena tidak memberitahu kalau aku ini adalah culun palsu.
Tadinya aku ingin memberitahu. Tapi dia malah keburu pergi.
"Wil, lo parah banget sih ngasih tantangan itu ke gue dan Kinay. Harusnya nih ya lo gak perlu ngasih tantangan apa-apa, jadinya kan si Kinay marah sama gue," ucapku, dengan nada kesal.
"Lah, kan si Kinay marahnya sama Danang," timpalnya.
Sekilas aku menepuk dahiku sendiri. "Danang itu gue PA. Lo sih pakek bilang ke Kinay kalau nama gue Danang," ucapku semakin kesal.
"Kalau gue beritahu Kinay nama lo Daniel, yang ada si Kinay bakal tahu identitas lo sebenarnya," peringatnya.
"Memang itu yang gue inginkan," ucapku ketus, dan bergegas mengejar Kinay.
"Niel ... Daniel ... lo jangan beritahu Kinay dulu."
Samar-samar aku mendengar teriakan dari Wildan. Tapi aku tidak meresponnya. Karena yang terpenting bagiku saat ini adalah Kinay. Dia harus tahu kalau aku adalah culun palsu.
"Kinay ... lo dimana?"
Aku terus berteriak mencari keberadaan Kinay di sekeliling kompleks, tapi belum ketemu juga.
"Nay, lo dimana sih? Gue mau beritahu rahasia yang gue sembunyikan dari elo," teriakku kembali.
Tiba-tiba saja, seseorang merangkul bahuku. Setelah kulihat ternyata Wildan.
"Yaelah, lo mau ngapain sih ngejar-ngejar gue, Wil? Pasti lo mau cegah gue kan supaya gue gak beritahu rahasia gue ke Kinay?" tanyaku agak ketus, lalu melepaskan rangkulan dia dari bahuku.
"Iya, gue mau cegah lo. Lagian lo gak ada kerjaan banget pengen beritahu Kinay sekarang. Heh, emangnya lo udah lupa mengenai tujuan lo jadi culun palsu itu apa?" Wildan balik nanya.
"Tujuannya ya itu ... untuk ngetes cewek-cewek, ada enggak dari mereka yang mau menerima gue apa adanya di saat gue lagi jadi cowok culun," jawabku.
"Nah itu dia, ceweknya udah ada di depan mata lo. Si Kinay ceweknya. Dia bukan sekedar temen buat lo, tapi dia juga adalah calon tunangan elo. Masalahnya Kinay belum suka sama lo di saat lo jadi cowok culun. Kalau lo beritahu dia sekarang, sia-sia lo nyamar jadi culun palsu," jelas Wildan.
Sekilas aku berpikir. Ada benarnya juga ucapan Wildan. Untungnya Wildan mengingatkanku hari itu juga. Kalau enggak, entah apa yang akan terjadi.
"Bener juga ya perkataan lo," ucapku.
Kulihat dia tersenyum sebentar, lalu menepuk-nepuk bahuku.
"Gue bukannya mau cegah elo, tapi waktunya aja belum tepat. Kalau lo mau beritahu dia, tunggu waktu yang tepat. Tunggu si Kinay sayang sama lo dan menerima lo apa adanya di saat lo jadi cowok culun." Wildan mengingatkanku lagi.
Aku hanya menjawab dengan anggukan kecil sambil tersenyum tipis. Dalam hati aku berdoa pada Tuhan, semoga secepatnya Kinay mau membuka hatinya untukku.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments