Setibanya di depan rumah Rizky, aku meminta Mang Agus untuk pulang. Setelah itu, aku langsung bergegas masuk melewati gerbang.
Langkahku terhenti ketika aku melihat Lily tengah berdiri di depan pintu utama rumah. Dia memainkan ponsel.
Ternyata doaku tidak terkabul. Jika sudah ada Lily, pasti yang menjadi tamu pertama bukanlah aku dan sudah dinyatakan aku sedikit terlambat datang ke acara pesta ultah Rizky.
Tanpa berpikir panjang, aku segera berjalan menghampiri Lily.
"Hey, Ly," sapaku.
"Hey, Nay. Lahh gue kirain lo udah dateng lebih awal, kan katanya lo mau jadi tamu pertama di pesta ultah Rizky," sahut Lily merasa heran.
"Nah itu masalahnya, Ly. Di jalan tadi ada sedikit kendala, mobil papa gue tiba-tiba mogok, jadinya harus diperbaiki dulu," ucapku lirih.
"Oh gitu. Yang sabar ya, Nay. Rizky juga bakal pahami keterlambatan lo kok." Lily berusaha menenangkanku.
"Oya, di dalam sudah ada siapa saja?" tanyaku.
"Baru beberapa lah, paling sekitar 15 orang-an, " jawabnya.
"Terus kenapa lo di luar?"
"Ya ampun Nay, di dalem itu temen-temen Rizky lagi pada dansa semua, yang pastinya saling berpasang-pasangan. Lo kan tau gue ini jomblo, kalau gue di dalem, gue dansa sama siapa. Masa sama angin," jelasnya.
"Hah, yang bener lo? Terus Rizky dansa sama siapa?" tanyaku.
Lily menjawab dengan mengangkat bahunya sekilas yang menandakan dia tidak tahu apa-apa. Aku pun langsung mengajaknya untuk masuk ke dalam.
Setibanya di dalam, aku melihat acara ulang tahun Rizky di selenggarakan di ruang tengah. Tanpa babibu, aku segera mencari keberadaan Rizky.
Meski memakai topeng pesta, tapi aku bakal bisa menemukannya. Untungnya saat itu Lily membantuku mencari Rizky.
Seketika mataku membulat melihat Rizky tengah berdansa bersama wanita lain. Aku yang melihat pemandangan itu, langsung terdiam.
"Ly, itu kan Rizky," tunjukku dengan lemas.
"Mana?" Lily mengikuti arah tunjukku.
"Yaelahh, Nay, mungkin Rizky lagi dansa sama kakak perempuannya atau enggak ... sepupunya," ucap Lily yang terdengar berusaha menghiburku.
"Rizky gak punya kakak perempuan. Tapi kalau sepupu? Masa sepupu, dansanya bisa seromantis itu," lirihku, memasang raut wajah sedih dicampur rasa tidak terima.
Tiba-tiba ponsel Lily berdering.
"Nay, bentar. Gue angkat telpon dulu," ucap Lily meminta izin. Aku hanya menjawab dengan anggukan.
Aku masih diam mematung, memandangi Rizky berdansa dengan wanita yang sulit kukenali karena saat itu dia memakai topeng pesta.
"Pokoknya gue gak boleh diem aja, gue harus labrak tuh cewek!" ucapku yang sudah tersutut emosi.
Cepat-cepat aku menghampiri mereka. Tapi baru saja aku ingin melangkah, sebuah tangan tiba-tiba mencekal erat pergelangan tanganku.
"Mendingan lo dansa sama gue aja."
Seperti suara cowok! Dia menawariku untuk berdansa dengannya.
Penasaran siapa dia, akhirnya aku berbalik badan, menatap cowok itu.
Seketika aku terdiam. Meneliti wajah cowok itu yang sebagian tertutupi topeng pesta.
*Kenapa matanya s*ekilas kayak Daniel ya? Masa cowok itu Daniel, sih? Secara Daniel kan gak diundang sama Rizky ke pesta ulang tahunnya. Plus rambut Daniel kan gondrong dan di pipinya itu ada tompelan. Jadi nggak mungkin kalau dia itu Daniel.
Aku semakin sibuk meneliti wajahnya itu. Sampai-sampai aku lupa akan tujuanku melabrak cewek yang sedang dansa sama Rizky.
Sekilas aku menggeleng-gelengkan kepala, mencoba menghilangkan pikiran mengenai cowok yang ada di hadapanku saat ini adalah Daniel.
Ya ... aku beranggapan bahwa dia bukanlah Daniel. Secara suara dia dan Daniel itu berbeda. Dia memiliki suara lantang, dan Daniel memiliki suara cempreng.
"Lo siapa?" tanyaku, to the point.
"Lo gak perlu tahu siapa gue. Yang paling penting gue ke sini pengen nemenin lo," jawabnya.
"Tunggu ... Lo kenal gue? Apa sebelumnya kita pernah saling kenal? Kayaknya enggak deh," ucapku, menatapnya dengan tatapan heran.
"Itu enggak penting kita pernah saling kenal atau belum. Yang jelas gue pengen ngajak lo dansa sekarang juga. Lo mau kan?" tanyanya, seolah menaruh harapan kepadaku.
Aku jadi bingung. Di satu sisi aku tidak ingin berdansa dengannya karena aku tidak mengenalinya. Tapi di sisi lain aku juga tidak ingin sendiri seolah tidak ada pasangan dansa.
"Oke, gue mau," jawabku terpaksa.
Oh ya, karena cowok itu tidak mengungkapkan siapa dirinya, makannya aku menamakan dia dengan nama si misterius. 'Agak aneh juga'
Kulihat bibirnya membentuk sebuah senyuman, dimana senyuman itu sering aku lihat sebelumnya. Siapa lagi kalau bukan milik Daniel. Tapi aku tetap pada pendirianku, dia bukanlah Daniel.
Kini si misterius langsung mengenggam tanganku cukup erat. Kami pun mulai melakukan dansa dari jarak yang sangat dekat.
Entah kenapa aku jadi salting jika berada di dekatnya. 'Ah, dasar aku. Kebiasaan suka salting kalau deket-deket sama cogan.'
"Lo belum beritahu gue siapa lo sebenarnya," ucapku, setelah rasa salting dalam diri ini menghilang.
"Sepenasaran itukah lo pengen tau tentang gue?" tanyanya seraya tersenyum yang tak bisa kutebak.
"Ya iyalah, gue kan gak kenal sama lo. Tiba-tiba aja tadi lo dateng terus langsung ngajak gue dansa. Ya jadinya gue penasaran siapa lo sebenarnya," jawabku, agak jutek.
Dia tidak menjawab, kan bete.
Saking betenya karena pertanyaanku dikacangin, aku melepaskan kedua tanganku yang sempat melingkar pada lehernya.
Sekilas aku menatapnya tajam, dan dia malah senyum-senyum gak jelas. Meski begitu dia tetap ganteng sih.
Tanpa ada babibu, jemari tanganku bergegas membuka topeng pestanya. Aku sudah penasaran siapa dia sebenarnya dari balik topeng pesta yang dia pakai.
Tanganku hendak saja ingin membuka topeng yang masih dipakai oleh si misterius, tapi tiba-tiba saja dia sendiri yang menghalanginya. Dia mencekal pergelangan tanganku.
"Mau ngapain?" tanyanya.
"Ya gue mau buka topeng lo lah. Gue itu penasaran lo itu siapa," jawabku terus terang.
"Enggak usah buru-buru kali, entar juga lo bakalan tahu siapa gue," ucapnya, diakhiri dengan tersenyum yang sulit kuartikan.
"Gue pengennya sekarang," ucapku kekeh, karena aku sudah penasaran pakek banget sama wajah dia.
"Pengen apa? Pengen dilamar sama gue? Tenang, gue bakal datang ke rumah elo kok buat minta restu calon mertua."
Aku ternganga mendapat gombalan dari cowok yang gak kukenal. Di situasi penasaran seperti ini, dia malah berani menggombaliku. Untungnya aku ini cewek baik, jadi aku masih bisa maafin dia.
"Sekali lagi lo gombalin gue, gue bakal aduin ke pacar gue," ancamku.
"Pacar? Yang mana?"
"Tuh." Aku langsung menunjuk ke arah Rizky yang posisinya berada di tengah-tengah.
Namun, jari telunjuk ini kuturunkan karena aku baru ingat kalau saat ini bahkan detik ini juga aku harus melabrak cewek yang lagi dansa sama Rizky. Sekalian aku juga pengen denger penjelasan dari Rizky.
• Bersambung •
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments