I Am Yours,Mr Chevalier!
Dengan mata sembab karena menangis semalaman Laras melangkahkan kakinya dengan gontai menuju ke kelasnya. Pikirannya begitu kalut. James, kekasihnya yang semalam secara tiba-tiba hengkang dari apartemennya dan mengakhiri hubungan mereka membuat Laras merasakan pukulan hebat dalam hidupnya.
Segalanya begitu pahit, mengingat semua kisah mereka selama setahun ini hanya tinggal kenangan belaka. Laras masih melangkah dengan wajah tertunduk tanpa memperhatikan sekeliling. Tiba-tiba tubuhnya menabrak seseorang yang datang entah darimana.
Buku dan kertas-kertas yang diapit Laras berserakan di lantai. Tanpa berpikir siapa yang menabrak duluan, emosi Laras tersulut.
"Bisa lebih hati-hati?" serunya sembari mendongakkan wajahnya dan melotot marah kearah seorang lelaki tampan berambut pirang panjang dan bermata biru, yang tengah menatapnya balik dengan ekspresi wajah yang tak kalah kesalnya.
"Hey, kau yang menabrakku, seharusnya kau minta maaf!" Lelaki itu melipat kedua tangannya ke dada.
Laras bersungut. Suasana hatinya sedang tidak bagus dan tidak ingin lagi melanjutkan perdebatan. Segera dipungutnya buku dan kertas-kertasnya dari lantai, kemudian berlalu. Lelaki itu mendesis.
"Freak!"
Seketika Laras menghentikan langkahnya ketika mendengar makian lelaki itu, lalu menghampirinya.
"Apa kau bilang tadi?" tanya Laras menahan emosi.
"Freak, orang aneh!" jawab lelaki itu menantang dengan mengangkat wajahnya.
Laras mendengus kesal. Erggh, emosinya seketika meluap. Kedua tangannya sudah terkepal. Ingin sekali dipukulnya wajah sombong lelaki itu bertubi-tubi, mungkin dengan cara itu Laras bisa sekalian melampiaskan rasa marah dan sedihnya terhadap James.
"Aargggh!" teriaknya.
Akhirnya Laras hanya bisa berteriak sembari menghentak-hentakkan kedua kakinya ke lantai. Kemudian membalikkan badan dan menghambur pergi. Lelaki itu mengacungkan jari tengahnya ke arah Laras namun gadis itu tak melihatnya.
***
Laras duduk melamun di sebuah bangku memanjang di bawah pohon rindang di depan kampusnya. Otaknya masih penuh dengan kejadian semalam ketika James mengemasi barang-barangnya dari apartemen.Dadanya masih terasa begitu sesak.Air matanya pun kembali tumpah.
"Hey, di sini kau rupanya," seru seseorang sembari menepuk pundaknya.
Laras buru-buru menghapus air matanya dengan punggung tangannya. Catherine, sahabatnya segera duduk di samping Laras dan memperhatikan wajah Laras yang kusut dan mata yang sembab.
"Kau habis menangis?" tanya Catherine cemas.
"I broke up with James," jawab Laras sendu.
"O nooo ...." Catherine memeluk Laras erat.
"It's okay, aku akan baik-baik saja," ujar Laras seraya berusaha tersenyum.
Catherine menggenggam tangan Laras, berusaha memberi kekuatan kepada sahabatnya itu.
Mata Laras tertuju kepada sesosok berambut panjang keperakan yang tengah berjalan tak jauh dari tempatnya duduk menuju sebuah mobil mewah yang telah menunggunya. Laras mendengus. Lelaki menyebalkan itu.
"Benjamin!" pekik Catherine tertahan sembari menunjuk ke arah lelaki berambut panjang itu.
Secara tiba-tiba lelaki yang disebut Catherine bernama Benjamin menoleh ke arah kedua wanita itu, menatap Laras kemudian menyunggingkan senyum mengejeknya dan melambaikan telapak tangannya kecil. Laras hanya menatapnya sinis. Masih kesal dengan panggilan "freak" yang disematkan lelaki itu padanya.
Catherine menutup mulutnya, tidak percaya dengan apa yang barusan dilihatnya.
"Kau mengenalnya?" tanya Catherine penasaran.
"Siapa?" Laras balik bertanya.
"Benjamin Chevalier!" seru Catherine.
"Siapa dia?" tanya Laras dengan lugunya.
Catherine menepuk jidatnya.
"The Rebellion, Laras .. Ben from The Rebellion," ujar Catherine gemas.
Laras membulatkan bibirnya membentuk huruf O. Ya tentu saja nama band itu tidak asing, band bergenre stoner metal itu memang terkenal seantero USA, tetapi Laras tidak pernah memperhatikan para personelnya, bahkan satu lagu dari mereka pun tidak pernah didengarnya.
"Sedang apa dia disini?" Laras mengajukan pertanyaan konyol.
"O Gosh, kemana saja kau selama ini? Apa kau tidak tahu dia kuliah di sini?" jawab Catherine.
Laras menggeleng, hari-harinya begitu
disibukkan dengan bekerja dan kuliah hingga tidak ada waktu untuk memperhatikan sekitarnya.
"So, kau berhutang penjelasan padaku, Laras,
kenapa Ben melambaikan tangannya kepadamu?" ujar Catherine tak sabar mendengar penjelasan Laras.
"Aku tidak sengaja bertabrakan dengannya tadi, kami terlibat konflik kecil, cuma itu."
"Hmm .. aku kira kau berhubungan secara diam-diam dengannya ...." Catherine tertawa terbahak-bahak.
"Sembarangan!" hardik Laras sembari memukul kepala Catherine dengan buku pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Dewa Qin
mampir thor🙏
2023-07-10
0
Theresia Setyawati
lanjut Lady rocker
2022-06-18
0
Mien Mey
wl udah tamat tp ingin coment aj br kli ini ad nmu cerita ank ban metal 🔥
2022-04-28
0