"Madame, kau mau aku antar jalan-jalan di taman belakang?" tanya Laras kepada Madame Rose sembari membantu wanita tua itu duduk di kursi rodanya.
"Tentu saja,nak," jawab Madame Rose dengan senyum ramahnya.
Laras mendorong kursi roda keluar dari kamar Madame Rose yang luas. Setelah menuruni tangga hidrolik, Laras mengantar wanita itu berjalan-jalan menghirup udara segar sore itu di taman belakang rumah yang indah dan luas.
"Laras, apa Benji sudah menyampaikan padamu kalau kau menginap malam ini? Kau tidak keberatan bukan?" tanya Madame Rose.
"Sudah, Madame, dengan senang hati," jawab
Laras.
"Kau gadis yang baik hati," puji Madame Rose.
"Aku hanya melaksanakan tugasku, Madame."
Madame Rose mengelus punggung tangan Laras sekilas. Lalu menarik nafas dalam.
"Aku selalu berharap Benji bisa menemukan wanita baik sepertimu, anak itu selalu saja berhubungan dengan wanita-wanita yang kurang baik," ujar Madame Rose, membuat dada Laras berdesir. "Aku tidak pernah menyukai wanita-wanita yang dibawanya kemari," bisik wanita itu, lalu terkekeh.
Laras tersenyum kecut mendengarkan perkataan Madame Rose. Ah tentu saja dia dikelilingi banyak wanita.
"Apa kau sedang membicarakanku, Nana?
Sebuah suara yang familiar di telinga Laras membuat gadis itu terkejut. Dilihatnya Ben yang entah datang darimana kini tengah berdiri di belakangnya dengan senyuman khasnya yang manis itu.
"Hi, Laras," sapa Ben ramah. Laras hanya tersenyum.
"Ben, kenapa kau baru datang kesini?" tanya
Madame Rose dengan tatapan penuh
selidik. "Tertahan dipelukan Sidney?" godanya kemudian.
Ben tergelak. Sementara Laras merasakan desiran aneh di dadanya.
"Sorry, Nana, hari ini aku tertahan di studio cukup lama," kata Ben seraya memeluk neneknya itu erat.
Laras memperhatikan penampilan Benjamin yang terlihat begitu mempesona. Rambutnya yang berwarna pirang dan panjang itu diikat sembarang, tattoo di dadanya sedikit terlihat dari balik leher t-shirt putihnya. Mata birunya sedalam samudra.
"Ben, kau bisa temani aku jalan-jalan?Sepertinya Laras harus beristirahat, dia sudah bekerja seharian menggantikan pekerjaan Lupita," kata Madame Rose.
"Yeah, sure, Nana." Ben memandang sekilas kepada Laras seraya tersenyum.
"Thanks Madame, I'll be around if you need anything," kata Laras. Kemudian meninggalkan Ben dan Madame Rose.
Ben mendorong kursi roda neneknya itu menelusuri taman.
"Benji," panggil Madame Rose lembut.
"Yes, mam."
"Laras gadis yang baik, bukan?" tanya wanita itu, membuat Ben terkesiap.
"I guess yeah, why?"
"Cantik, pekerja keras dan juga sopan, aku menyukai gadis itu."
"Apa kau berniat untuk mengadopsinya,
Nana?" tanya Ben asal. Membuat wanita itu memijit keningnya dan menarik nafas dalam-dalam.
"Ben, apa kau tidak ingin berhubungan serius dengan gadis seperti dia?" todong Madame Rose.
"Maksudmu, Laras?" tanya Ben kebingungan.
"Iya tentu saja Laras, memangnya kita sedang membicarakan siapa?" ujar wanita itu kesal.
Ben tertawa kecil. Laras cantik, sedikit aneh dan tertutup. Selalu saja menolak bantuannya. Tidak seperti gadis-gadis lain yang akan dengan suka rela menghambur kepadanya. Tak bisa dipungkiri gadis itu membuatnya penasaran sejak pertemuan tidak sengaja mereka di kampus dan Laras sama sekali tidak mengenali sosoknya sebagai Benjamin Chevalier.
"Apakah kau sedang menjodohkanku?" tanya
Ben dengan senyum jahilnya.
Madame Chevalier terkekeh. "Iya, aku akan mensabotase hubunganmu dengan Sidney,"
ujarnya.
"Kenapa kau begitu membenci Sidney, apa salah gadis itu?"
"Aku tidak membencinya, aku hanya tidak menyukainya, gadis itu tidak punya sopan-
santun, kau ingat terakhir kali dia datang kesini? Aku tidak tahu ada dia di rumah ini sampai aku memergoki kalian sedang ...."
Madame Rose tak melanjutkan kata-katanya.
Ben tertawa. "Sorry about that, Nana ...."
"Sudahlah, terserah kau saja, Ben .. aku
hanya ingin yang terbaik untukmu," ujar Madame Rose sembari mengelus lembut wajah Ben.
"Don't worry, Nana..aku dan Sidney hanya sebatas teman kencan saja."
"Benarkah? Ah aku lega sekali mendengarnya."
"Anyway .. kalau aku ingin serius menjalin hubungan dengan wanita, mungkin aku akan mengejar kembali Anita Wallis," gumam Ben.
Kemudian tergelak.
"Kenapa harus wanita dari kalangan selebriti?" tanya Madame Rose mulai kesal kembali.
"Anita is my ex, Nana .. she's sweet and she's good .. in bed."
"Benji!!!" Bentak Madame Rose mendengar gurauan cucunya itu. Ben kembali tergelak.
Senang sekali menggoda neneknya itu dan membuatnya kesal.
"It's getting cold, Nana .. aku akan mengantarmu ke kamar," ujar Ben seraya mendorong kursi roda masuk ke dalam rumah.
***
Suara bel pintu yang berbunyi terus menerus membuat Laras yang tengah menikmati makan malamnya segera berhenti dan setengah berlari menuju pintu depan dan membukanya. Seorang wanita cantik melangkah masuk sembari membuka coatnya dan memberikannya pada Laras dengan kasar tanpa menatapnya sama sekali.
"Where's Ben?" tanya wanita itu seraya melangkah menuju ke arah ruang tengah. Mencari-cari sosok Ben yang tidak terlihat olehnya.
"Dia ada di studio," jawab Laras.
Wanita itu segera menuju ke studio Ben
yang terletak di koridor dekat dengan dapur dan membuka pintu berwarna hitam itu lalu sejurus kemudian terdengar suara manjanya yang membuat Laras jengah.
"Hey, kau .. bisa bawakan sebotol anggur kemari?" Wanita itu memberi perintah kepada Laras. Laras pun urung pergi.
"Okay," jawab Laras lesu. Gadis itu segera menyiapkan sebotol anggur yang diambilnya dari tempat penyimpanan botol anggur yang ada di basement.
Laras berjalan membawa nampan yang berisi sebotol anggur dan dua gelas menuju ruang studio Ben.
"Permisi," ucapnya sembari membuka
pintu yang sedikit terbuka itu dengan sikunya.
Laras terkesiap ketika melihat tangan wanita itu tengah bergelayut manja di leher Ben.
Keduanya tengah berciuman dengan panas.
Laras berdehem sekali. Membuat keduanya menghentikan aktifitasnya.
"Thanks, Laras," ujar Ben ketika Laras telah meletakan isi nampan ke atas meja. Gadis itu hanya mengangguk pelan.
"Kau terlihat pucat, Laras .. are you okay?" Ben
memperhatikan wajah Laras yang memang tampak kelelahan.
"Owh .. I'm okay," jawab Laras cepat. "Excuse me," ujarnya sembari melangkah meninggalkan ruangan itu. Laras berdiri di balik pintu yang belum tertutup itu. Mendengarkan pembicaraan mereka.
"Siapa dia, Ben?"
"Owh .. Laras, dia asisten Rose yang baru ...."
"Pantas saja aku baru melihatnya di rumah ini, ahh .. jangan-jangan dia adalah gadis yang waktu itu ada di beritamu?"
"That's right."
"Apa kau menyukainya? Dia cukup cantik."
Ben tertawa. "Aku menyukai semua wanita cantik."
"Apa aku cukup cantik untukmu?"
"Kau sangat cantik, Sid. Dan juga sexy, kemarilah."
Laras tidak tahan lagi mendengarkan pembicaraan mereka. Segera saja gadis itu bergegas meninggalkan tempat itu dan menuju ke dapur.
Gadis itu terduduk lesu sembari menopangkan dagunya dengan kedua telapak tangannya. Menarik nafas dalam-dalam dan menggeleng pelan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Yani Cuhayanih
Aku suka kata2 nya tersusun apik dan mudah di mengerti....ok....
2023-05-20
0
྅≞⃗ Yudho☘️"ķïťå"
laras mulai cemburu ni
2022-04-16
0
Chanik Lestari
ben playboy cap kakap
2022-04-04
0