Jam menunjukan pukul 12 siang. Benjamin membuka matanya pelan, disingkirkannya sebuah tangan lentik yang melingkar di perutnya. Perempuan cantik yang terlelap di sampingnya itu menggeliat pelan.
Benjamin segera bangkit dari ranjangnya,
bertelanjang dada, tubuh atletisnya yang hampir penuh dengan tattoo tampak begitu menggairahkan. Rambut panjangnya yang melebihi bahunya acak-acakan.
Ben melangkah ke kamar mandi, beberapa saat kemudian terdengar suara air mengalir dari shower. Ben membersihkan dirinya.
Sepuluh menit kemudian Ben keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang melilit sebatas pinggangnya.
Perempuan yang berada di atas ranjangnya memandang Ben dengan tatapan penuh gairah.
"Hi Sid ...."
Ben menyapanya singkat seraya mencari pakaian di lemari yang hendak dikenakannya.
Sidney, perempuan cantik itu adalah teman kencannya, mereka berdua tidak ada status apa-apa, namun hubungan mereka dekat. Ben adalah lelaki yang tidak puas dengan satu wanita saja.Tentu saja, dia adalah seorang rockstar.
"Mau kemana, sayang?" tanya Sidney manja.
"You know, ini hari sabtu, aku mau ke tempat Rose"
Sidney mendengus kesal. Tidak terlalu suka dengan jawaban Ben.
"Tak bisakah kita menghabiskan akhir pekan ini bersama? Rose bisa menunggu minggu depan kan?"
Sidney memang tak begitu menyukai Rose, nenek Ben. Itu karena Rose juga tidak terlalu menyukainya, atau lebih tepatnya tidak penah suka dengan semua perempuan yang dekat dengan Ben. Rose tidak pernah ramah kepadanya, ketika beberapa kali Ben mengajaknya menemui perempuan tua itu.
"Rutinitas," jawab Ben singkat.
Sidney bangkit dari ranjang lalu menggelayutkan tangannya manja di leher Ben, berusaha menggodanya.
"Ah come on Sid, I have to go, okay, I'll see you next week."
Ben mengecup bibir Sidney sekilas lalu melepaskan tangan Sidney dari lehernya.
Menyambar tasnya lalu berlalu dari kamar itu.
Sidney hanya bisa menelan kekecewaan.
***
Laras merenggangkan otot-ototnya setelah selesai bersih-bersih di rumah Madame Rose. Saat ini dia sedang berada di dapur untuk makan siang, bersama seorang juru masak bernama Lupita, seorang perempuan asal Meksiko.
"Apa Madame Rose menyukaimu?" tanya Lupita.
"Sepertinya begitu," jawab Laras seraya memasukan sepotong kentang ke dalam mulutnya.
Terdengar seseorang membuka pintu depan dan melangkah ke lantai atas.
"Siapa yang baru saja datang?" tanya Laras.
"Sepertinya Benji, seperti biasa setiap akhir pekan menginap di sini," jawab Lupita.
Laras mengangguk-angguk, lalu menghabiskan makan siangnya.
"Laras, kau bawa makan siang ke kamar Madame ya," perintah Lupita seraya menunjukan satu nampan menu makan siang yang telah siap.
Laras mengangguk. Membetulkan rok seragamnya yang sedikit terangkat, lalu membawa nampan itu ke lantai atas.
Laras mengetuk pintu kamar Madame Rose yang sedikit terbuka, terdengar suara Madame Rose menyuruhnya masuk. Laras membuka pintu kamar dengan sikunya karena tangannya memegang nampan. Dilihatnya seorang lelaki berambut panjang keperakan yang diikat asal sedang berbincang hangat dengan perempuan itu.
"Ow Laras, ini Benji cucuku ...."
Madame Rose mengenalkan cucunya
kepada Laras. Lelaki itu menoleh ke arah Laras, keduanya terkejut.
"Kau?" ujar keduanya secara bersamaan.
Madame Rose terkekeh melihat reaksi keduanya.
"Sudah aku bilang kan pasti kalian saling kenal," ujar Madame Rose senang.
"Emh Ah tidak Madame, pernah bertemu sekali, tapi tidak saling kenal," jawab Laras gugup.
"Ohya?" Madame Rose kembali terkekeh.
"Ben, kau tahu Laras satu universitas denganmu?"
"Tidak, emh .. maksudku, baru beberapa hari yang lalu," jawab Ben sedikit gugup.
Laras meletakkan nampan di atas meja di samping tempat tidur. Dia merasakan Ben memperhatikan setiap gerak-geriknya, dan itu membuatnya gugup.
"Permisi, Madame," ujar Laras setelah meletakan nampan itu di atas meja.
Laras memandang Ben sekilas, kemudian melangkah keluar dari kamar itu.
"Gadis yang baik, aku menyukainya ....," kata Madame Rose sepeninggal Laras serasa menyendokan makanan ke mulutnya.
Ben tak menyahut, dalam benaknya masih teringat insiden kecil di kampus dengan gadis itu. Gadis aneh dan galak, batinnya.
"Laras itu pekerja keras, Benji, dia bahkan mengambil dua pekerjaan sekaligus, sambil tetap kuliah." Madame Rose menceritakan tentang Laras dengan semangat.
"Dia bilang baru putus dari pacarnya,gadis malang ...."
Ben teringat wajah sembab Laras ketika insiden dengannya terjadi. Ah, mungkin itu alasannya kenapa gadis itu terlihat sangat kacau.
"Dari mana asalnya? Philippine, Thailand?"
tanya Ben.
"Laras is Indonesian .... "
Ben menuangkan orange juice ke gelas neneknya.
"Kau mau aku temani jalan-jalan di kebun belakang, Nana?" tanya Ben ketika Madame Rose menyelesaikan makan siangnya.
"Tidak, nanti sore saja, Nana ingin istirahat dulu"
Ben mengecup kening Madame Rose lembut. Lalu membawa nampan dengan piring dan gelas yang kosong ke lantai bawah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Theresia Setyawati
boleh donk dideketin tuh mereka ber 2....
2022-06-18
0
྅≞⃗ Yudho☘️"ķïťå"
aku kira benji bakalan marah paa ketemu laras
2022-04-16
0
Chanik Lestari
menarik cerita nya..lanjut baca
2022-04-04
0