Ben mengemudikan mobilnya mengarah ke area Tudor City, Gregory yang tengah sibuk dengan ponselnya menyadari kalau Ben berbelok arah. Sebelumnya keduanya berencana minum-minum di sebuah bar di kawasan Central Park.
"Kau berubah pikiran?" tanya Ben.
"Yeah .. kita minum di McFadden's Saloon saja," ujar Ben yang terus mengemudikan mobilnya.
"Aaahh .. I see." Gregory tersenyum jahil setelah menyadari apa yang dipikirkan Ben.
"Tidak seperti yang kau pikirkan, aku lebih suka suasana McFadden, itu saja," bantah Ben ketika melihat ekspresi wajah Gregory.
"Alright," gumam Gregory sambil mengangkat bahunya.
Ben berhenti di depan McFadden's Saloon yang tampak mulai ramai oleh pengunjung.
Keduanya turun dari mobil dan melangkah masuk.
Ben melihat Laras tengah sibuk mengantarkan pesanan pengunjung dari meja ke meja. Seragam kerja model french maid namun tak terlalu vulgar yang dipakai gadis itu membuatnya begitu cantik.
"Ben, bisa minta foto sebentar?" Suara seseorang membuatnya terkesiap. Seorang lelaki berumur sekitar 40an telah mengeluarkan ponselnya bersiap untuk berfoto dengannya.
"Ow, sure," jawab Ben ramah sembari memasang senyum di depan kamera ponsel lelaki itu.
"Thanks, Ben .. I'm your biggest fan," ujar lelaki itu sembari menjabat tangan Ben dan Gregory erat.
Para wanita muda yang berada di dalam bar melambai ke arah Ben dan Gregory seraya memanggil nama mereka. Beberapa di antara mereka berlarian ke arah kedua personel The Rebellion itu dan bergantian memeluk dan meminta foto.
Laras yang tengah sibuk melayani pengunjung menoleh ke arah keriuhan di dekat pintu masuk dan melihat Larry, bosnya tengah menyambut Ben dan Gregory dan mengantarkan mereka ke meja yang terpisah dari pengunjung lain. Biasanya hanya pengunjung VIP yang memesan meja itu.
Dada gadis itu berdebar kencang. Kenapa Ben ada di sini, batinnya.
"Ehemm .. Laras, bisa kau layani tamu VIP kita di sebelah sana?" Suara Larry mengagetkannya. Laras menoleh ke arah Ben dan Gregory. Ben melambai ke arah Laras dan gadis itu hanya membalas dengan senyuman.
Larry membulatkan matanya pertanda Laras harus segera mengerjakan perintahnya.
Gadis itu melangkah ke tempat Ben dan Gregory duduk. Perasaannya begitu gugup apalagi dilihatnya Ben tak melepas pandangan darinya.
"Hi, Ben .. hi Greg .. what can I do for you?" tanya Laras mencoba bersikap sewajar mungkin.
"I need some whiskey .. kau, Ben?" tanya Gregory membuat Ben yang tengah memandang Laras terkesiap.
"Owh .. ya, whiskey .. any whiskey," ujarnya gugup.
"Okay .. be right back," kata Laras. Memandang Ben sekilas lalu berlalu meninggalkan tempat itu.
Gregory menatap Ben dengan tatapan selidiknya. Ben mengacuhkan sahabatnya itu dengan berpura-pura sibuk menyulut rokoknya.
"Jangan bilang kau menyukainya." goda Gregory sembari terkekeh.
"What? Oh no no .. she's not my type," sanggah Ben.
"Are you sure?" Gregory semakin menggoda Ben yang tampak gugup.
"I don't need to explain anything." Ben menyandarkan punggungnya di sofa dan mengangkat kakinya ke atas meja dan menyilangkannya. Dihisapnya rokok di jemarinya dalam-dalam. Dibiarkannya Gregory yang kembali terkekeh.
Laras kembali dengan nampan berisi sebotol John and son kilmarnock scotch dan dua buah gelas sloki.Serta sepiring besar ravioli kering.
"Compliment dari Bos," ujar Laras seraya meletakkan piring berisi ravioli itu di atas meja. Kemudian menyusul dengan botol whiskey dan gelas slokinya.
"Thank you, Laras .. emh .. by the way, you look damn beautiful tonight," ucap Gregory membuat pipi gadis itu merona merah. Gregory melirik Ben yang seketika berubah menjadi muram.
"Thanks .. permisi," ucap Laras buru-buru meninggalkan kedua lelaki itu.
"She's pretty, right?"ujar Gregory sembari memperhatikan Laras yang telah kembali sibuk dengan aktifitasnya.
"Uh-huh," sahut Ben sembari membuka botol whiskeynya dan menuangkan ke slokinya dan juga Gregory.
"Aku rasa gadis ini menarik, dia berbeda dengan gadis-gadis lain," ujar Gregory kembali.
"Kau tertarik padanya?" tanya Ben penuh selidik. Dadanya berdebar ketika menanyakan kalimat itu kepada Gregory.
"Mungkin .. aku selalu tertarik dengan wanita yang unik,aku rasa Laras cukup unik. Kau tidak akan keberatan bukan kalau aku mencoba untuk mengencaninya?" tanya Gregory dan seketika membuat dada Ben serasa tertohok. Ada apa dengan dirinya,kenapa dia sangat tidak menyukai kata-kata sahabatnya itu, batin Ben.
Lelaki berambut pirang itu menenggak habis slokinya, kemudian terkekeh.
"Tentu saja aku tidak keberatan, Greg.." Dadanya bergemuruh. Apakah dia sedang membohongi perasaannya? Ujarnya dalam hati.
"Kau serius, Greg?" tanya Ben tiba-tiba.
"Why not, kau bilang dia bukan tipemu bukan?So, aku bebas untuk mendekatinya," jawab Greg dengan santai.
"Terserah kau saja," ujar Ben tanpa semangat.
Dituangkannya kembali whiskey ke dalam slokinya, lalu ditenggaknya lagi dan lagi.
***
"Hey Laras..!"
Laras yang tengah berjalan dengan Catherine menoleh ke asal suara yang memanggilnya.
Seorang lelaki berambut panjang kecokelatan dengan kacamata hitamnya tengah bersandar pada marcedes benz GLS berwarna putihnya.
"Oh my Gosh, Gregory Miller!" Catherine memekik. Menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan. Laras mengerenyitkan keningnya. Apa yang dilakukan Gregory di sini,batinnya.
"Hi Greg .. sedang menunggu Ben?" tanya Laras sembari memandang sekeliling.
Greg mendekati Laras dan juga Catherine yang masih histeris. Gadis itu menyalami lelaki tampan itu dengan segera.
"Aku tidak sedang menunggu Ben, aku sedang menunggumu," jawab Greg. Membuat Catherine menutup mulutnya untuk kedua kalinya. Kembali Laras mengerenyitkan keningnya heran.
"Aku? Apa ada sesuatu yang penting?" tanya Laras masih dengan rasa herannya.
"Well, aku hanya ingin mengajakmu minum kopi atau makan siang."
Laras tertegun sejenak. Gregory mengajaknya makan atau minum kopi adalah hal yang tidak pernah terpikirkannya. Mengingat Laras hanya bertemu dengan lelaki ini sekilas-sekilas saja tanpa ada interaksi seperti dirinya dan Ben.
Ditengah ketertegunannya, mata Laras menangkap sosok Ben yang tengah menggandeng seorang wanita dan membukakan pintu mobil untuknya.
Rasa nyeri tiba-tiba menyeruak di dalam dadanya. Ben yang melihat Gregory dan Laras melambai ke arah mereka. Terlihat sekilas ekspresi wajah lelaki itu dingin.
"Okay," jawab Laras kemudian.Greg tersenyum sumringah.
"Owh .. kau mau ikut?" tanya Greg kepada Catherine yang sejak tadi hanya bengong saja.
"Ehmm .. aku .. emh .. ada yang harus aku lakukan, thanks anyway," jawab Catherine gugup. "See you, Laras." Catherine mencium pipi Laras sekilas lalu berpamitan.
"Shall we?" Greg membukakan pintu mobil mewahnya itu untuk Laras. Gadis itu hanya mengangguk kemudian masuk ke dalam mobil.
Laras memandangi mobil Ben yang telah terlebih dahulu melaju. Gadis itu menghela nafas dalam-dalam.
"Maaf membuatmu heran dengan ajakanku."
Suara Greg memecah keheningan.
"Owh .. yeah, aku sedikit heran saja," jawab Laras.
"Aku memperhatikanmu dari pertama kali aku melihatmu di McFadden, setelah peristiwa wartawan yang mengambil fotomu dan Ben,"
Mata indah Laras membulat. Greg tersenyum tipis.
"Semula aku berpikir Ben menyukaimu,
itulah kenapa aku tidak mencoba untuk mendekatimu, tapi Ben mengatakan padaku kalau kau bukan tipenya, jadi sekarang aku memberanikan diri."
Laras menelan ludah berat. Kau bukan tipenya, kata-kata Greg membuat dada Laras terasa nyeri. Pandangan gadis itu lurus ke depan. Entah kenapa hatinya tiba-tiba terasa begitu hampa.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
྅≞⃗ Yudho☘️"ķïťå"
ben siap2 ditikung greg
2022-04-16
0
☘Wala ͪ͢ ⷪ ᷤ ͭ ͤ ᷝ⍣ᶜᶦᶠ
dlm hati Ben Laras huuuaaa😭😭😭😭
ahh knp sih, saat msh meraba2 rasa, teman sll terdepan untuk nikung 😭🤣🤣
2022-04-15
2
Chanik Lestari
greg kejujuranmu mencabik cabik , meremukkan hati laras. kadang jujur itu pahit dan menyakitkan itu benar adanya
2022-04-04
1