KEDIAMAN MADAME ROSE,GREENWICH VILLAGE, MANHATTAN.
Laras memulai pekerjaannya hari itu dengan mengumpulkan baju-baju kotor ke dalam keranjang untuk dimasukkan ke dalam mesin cuci. Sesekali dirapikannya anak rambut yang terjatuh di keningnya.
Gadis itu melangkah menuju ruang laundry yang terletak beberapa meter dari dapur dan harus melewati tangga lantai atas.
"Kau sibuk sekali, Nona!"
Seruan itu mengagetkan Laras. Dilihatnya Ben tengah berdiri di tengah tangga dengan sweater rumahan dan celana kolor panjangnya sembari melipat kedua lengannya dan meletakkannya di railing tangga.
Laras mendecak.Lelaki ini kenapa suka sekali mengagetkannya, gadis itu membatin.Ben terbahak melihat ekspresi kaget Laras yang menggemaskan.
"Bisa aku bantu?" tawar Ben,entah serius atau hanya sekedar menggoda.
"Kau bercanda," gerutu Laras seraya melanjutkan langkahnya menuju ruang laundry. Ben beranjak turun dari anak tangga dan mengikuti Laras.
"Aku serius," ujar Ben seraya menyambar keranjang baju yang dibawa Laras dan mulai memasukkan isinya ke dalam mesin cuci.
Laras menoleh ke arah lelaki tampan itu yang membalasnya dengan senyuman manisnya.
"Bagaimana kencanmu dengan Greg?" tanya Ben membuat Laras sedikit terkejut. Gadis itu berdehem sekali untuk menghilangkan kegugupannya.
"Itu bukan kencan, Greg hanya mengajakku jalan-jalan saja." Laras berusaha menjelaskan.
Tapi untuk apa dia menjelaskan kepada lelaki ini, batinnya. Ben menekan tombol mesin cuci yang bertuliskan soak.
"Benarkah? Aku senang mendengarnya .. emh maksudku, aku turut senang untuk Greg,
dia jarang sekali berhubungan dengan wanita." Ben melipat kedua lengannya di dadanya. Menyandarkan tubuh atletisnya ke dinding. Posisinya berada di belakang Laras.
Laras memejamkan matanya. Menghela nafas pelan. Kepalanya mengintip ke dalam mesin cuci yang masih merendam baju-baju di dalamnya.
"Apa kau menyukai Greg?" tanya Ben hati-hati.
Dadanya berdegup menunggu jawaban Laras.
"Terlalu cepat untuk menanyakan itu," jawab Laras. Lalu menoleh ke arah Ben tanpa memandang lelaki itu. "Aku belum berniat untuk menjalin sebuah hubungan, aku terlalu sibuk bertahan hidup," lanjutnya.
Raut wajah Ben seketika berubah hangat mendengar jawaban Laras.
"Good!" sahut Ben spontan sembari melangkah ke samping Laras yang tengah mengerenyitkan dahinya heran. Keduanya saling pandang beberapa saat. Ben menatap Laras lekat-lekat. Perlahan di dekatinya wajah gadis itu hingga bibir keduanya hampir saling bersentuhan. Laras memejamkan matanya, menunggu apa yang akan terjadi beberapa detik kemudian.
"Laras, bisa bantu aku sebentar?"
Seruan Lupita dari arah dapur mengurungkan niat keduanya untuk saling memadukan bibir mereka.
"Ya, tentu, Lupita," sahut Laras tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah lelaki bermata biru di hadapannya itu.
Ben menyibakkan rambut panjangnya ke belakang kepalanya. Mencoba untuk bersikap sewajar mungkin.
Laras bergegas meninggalkan ruang laundry,
sementara Ben berjalan mondar mandir seraya memegang kepala dengan dua telapak tangannya berusaha untuk mengontrol perasaannya yang sedikit meluap-luap.
Terakhir kali Ben merasakan rasa tidak menentu seperti ini ketika berhadapan dengan wanita adalah dengan mantan kekasihnya, Anita Wallis, seorang aktris Hollywood yang cukup terkenal. Sejujurnya kenapa selama ini Ben berhubungan dengan banyak wanita adalah karena perpisahannya dengan mantan kekasihnya setahun yang lalu yang menyisakan luka mendalam.
Dan gadis ini, Laras, seorang gadis sederhana yang sangat berbeda dengan wanita-wanita glamor dan sexy yang dikencaninya, mampu membuatnya kembali merasakan debaran-debaran aneh yang memenuhi relung hatinya. Membuatnya ingin selalu berada di dekat gadis itu. Entah hanya sekedar mengobrol atau apapun itu.
"Kau masih di sini?" tanya Laras memergoki Ben yang masih berjalan mondar-mandir di dalam ruangan itu.
"Ah, ya .. aku menunggui cucian sampai kau selesai membantu Lupita," jawab Ben gugup.
Laras menyunggingkan senyum kecil. Pipinya kini merona merah, membuatnya terlihat lebih cantik.
"Emh .. Laras."
"Ya!"
Keduanya saling menatap. Ben benar-benar tidak bisa menahan diri untuk mencium bibir gadis itu. Didekatinya kembali wajah Laras dan ... bel rumah berbunyi beberapa kali. Laras terlihat kaget dan segera menuju ke arah pintu depan. Ben mengepalkan telapak tangannya. Kemudian mengacak rambutnya kasar.
"Sial!" erangnya gusar.
Tak lama Laras kembali dengan seorang wanita cantik berambut kecoklatan dengan pakaian cukup mini dan sepatu boot setinggi lututnya. Wanita itu menghambur ke arah Ben.
"Owh Claire!" Ben tampak kaget melihat kehadiran Claire. "Kenapa tidak mengabariku kalau kau akan kemari?" tanya Ben.
"Aku sudah menelponmu berkali-kali, tapi kau tidak menjawab, sayang, aku rindu sekali denganmu," jawab Claire dengan manjanya.
Tangan wanita itu bergelanyut di leher Ben seraya menciumi bibirnya.
Laras melihat pemandangan di depannya
itu dengan jengah. Dadanya terasa ngilu menyaksikannya. Terlihat jelas raut
muka gadis itu menunjukkan kekesalan.
Ben menatap Laras dari balik punggung Claire. Sebuah tatapan yang mengisyaratkan permintaan maaf.
Laras membalikkan badannya dan melangkah dengan cepat meninggalkan Ben dan Claire yang masih berada dalam pelukan lelaki itu.
Ben berusaha melepaskan pelukan Claire dan setelah berhasil, dituntunnya tangan wanita itu menuju ke ruang tamu.
"Maaf, Claire .. aku tidak bermaksud mengusirmu tapi hari ini aku benar-benar ingin beristirahat dengan tenang," ujar Ben hati-hati.
Claire memanyunkan bibirnya. "Tapi aku rindu sekali denganmu," ujarnya seraya memeluk Ben namun lelaki itu menepisnya dengan halus.
"Aku sangat lelah, Claire, aku mohon kau mau mengerti."
Claire menghela nafas kecewa.
"Lalu kapan aku bisa bersamamu?" tanya Claire penuh harap.
"I'll call you," kata Ben seraya membukakan pintu untuk Claire. Mengusir wanita itu secara halus.
Claire mendengus kesal, dikecupnya bibir Ben sekilas kemudian melangkah keluar dengan langkah gontai.
Ben menutup pintu rapat-rapat. Kembali lelaki itu berjalan mondar-mandir dengan perasaan tak menentu. Dilihatnya Laras tengah menaiki tangga mengantarkan makan siang untuk Madame Rose. Gadis itu tak menoleh ke arahnya sama sekali. Raut mukanya begitu dingin.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
྅≞⃗ Yudho☘️"ķïťå"
ben kalo mau sama laras sebaiknya kamu berhenti bermain main dengan banyak wanita
2022-04-16
0
Chanik Lestari
dgn wanita diluaran sana jika butuh Ben hanya bilang "I'll call you , tapi tdk dgn Laras. laras harus jual mahal ya biar ben yg n
2022-04-04
0
Styaningsih Danik
sekali2 egois dan pake logikamu laras...ben kan playboy cap kadut😆
2021-09-28
0