Laras menghempaskan tubuhnya ke sofa.
Direnggangkannya otot-otot yang terasa kaku, gadis itu merasa sangat lelah. Tanpa mengganti pakaian seragam kerjanya Laras terlelap. Namun dia dikagetkan dengan suara ketokan pintu yang cukup keras. Laras melirik jam tangannya, menunjukan pukul satu malam.
"Siapa sih malam-malam gini," gumamnya sembari melangkah menuju pintu. Laras membuka pintu sedikit tanpa melepas grendelnya. Mata Laras membulat, di balik pintu Ben tersenyum lebar sembari menyangga tubuh dengan tangannya di dinding. Laras tahu, Ben dibawah pengaruh alkohol, setelah meninggalkan McFadden's Saloon satu jam sebelum Laras selesai kerja.
"Kau akan membiarkan aku berdiri di sini semalaman?" tanya Ben masih dengan senyuman lebarnya.
Laras menarik nafas pelan, lalu membuka grendel pintunya.
"Mau apa kemari?" tanya Laras sembari melongok ke luar. Tidak ada siapa-siapa.
Ben menghempaskan tubuhnya di sofa,di keluarkannya sebungkus rokok dari sakunya, lalu menyalakan sebatang.
"Kau tidak bisa diajak bicara tadi," ujar Ben.
"Kau tahu sendiri aku sedang bekerja." sanggah Laras.
"Just wanna say sorry, mungkin kau merasa tidak nyaman dengan pemberitaan itu."
Laras menarik nafas dalam-dalam.
"Anyway..it's not a big deal. Maybe I was overreacted."
Gadis itu mengambil sebotol anggur dan
dua buah gelas. Kemudian duduk di samping Ben. Dituangnya isi botol kedalam gelas.
Lalu menyodorkan satu gelas kepada Ben.
"Cheap wine," ujar Laras.
Ben terkekeh, lalu menyambar gelas dari tangan Laras dan menenggaknya.
"Lumayan," ujarnya seraya memeriksa merk botol anggur yang bertuliskan "Dragonfly Cabernet Shiraz" itu. Laras mengambil sebatang rokok dari bungkus milik Ben, lalu menyalakannya. Diteguknya gelas anggur di tangannya lalu bergantian menghisap rokoknya.
"Kau tahu salah satu pertanyaan bodoh yang ditanyakan wartawan-wartawan itu tadi siang?" ucap Laras memecah keheningan di antara mereka.
"Apa?" tanya Ben sembari menatap Laras,tedua sikunya menopang tubuhnya di atas kedua pahanya.
"Mereka bertanya padaku apakah aku seorang gold digger."
Laras terkekeh. Ben yang tengah meneguk gelas anggurnya hampir saja menyemburkannya dari mulutnya. Lalu tergelak.
"Apa kau sempat menjawab pertanyaan mereka?" tanya Ben.
"Mendadak lidahku kelu."
Keduanya saling berpandangan, lalu tawa keduanya meledak. Laras menyandarkan tubuhnya di sofa sembari menghisap rokoknya dalam-dalam.
"So, aku penasaran seperti apa musikmu, kenapa kau bisa seterkenal ini?" ujar Laras.
"It's a metal sub-genre, you can call it stoner I guess?"
"Hmm .. aku baru pernah dengar sub-genre itu."
"Aku rasa di asia lebih familiar dengan death, black, goth .. symphonic," sahut Ben. Laras mengangguk-angguk.
"I would like to listen to one of your songs."
"Now?"
"Yeah."
Laras mengambil sebuah speaker kecil lalu memberikannya pada Ben. Disettingnya speaker itu melalui ponselnya.
"Come on," ujar Laras.
"This is Amazon Echo,right?" tanya Ben.
Laras mengangguk. Ben berdehem sebentar.
"Alexa, play "Wreckage Of Tears" by The Rebellion," seru Ben kepada smart speaker di tangannya.
"Playing, Wreckage Of Tears by The Rebellion"
Tak lama speaker pun memperdengarkan sebuah lagu dengan rift-rift gitar yang berat.
*Lyric:
Why doesn't the world understand
The burden I have to carry
I live but I'm dying
This pain is so torturing
I'm sitting here in silence
And watch her dying
They laugh they hate
They full of lies and greed
I'm just a little man trying to live
In this mad world
I love I hate I feel desperate
What can I do*...
"Wow, did you write the lyric?"tanya Laras kagum.
"Yeah,"jawab Ben seraya meneguk anggurnya.
"Cerdas."
Ben terkekeh.
"Cerdas, tampan dan kaya," ujarnya memuji diri sendiri.
"Dan menyebalkan," sahut Laras sembari memukulkan bantal kecil ke kepala Ben.
Ben memegang pergelangan tangan Laras kemudian menarik gadis itu ke arahnya. Keduanya saling tatap.
Perlahan Ben mendekatkan wajahnya ke wajah Laras dan mendaratkan ciuman di bibir gadis itu. Membuatnya terkesiap.
"Oops.. I'm sorry," ujar Ben seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sial, ini pasti gara-gara anggurnya." Ben menggoyang-goyang gelas kaca yang berisi cairan anggur di tangannya.
"Yeah, definitely," sahut Laras dengan rona muka memerah.
Keduanya terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Menikmati rasa hangat yang mengalir dalam tubuh mereka.
"Sebaiknya kau pulang."
"Sebaiknya aku pulang."
Keduanya mengatakan kalimat itu secara bersamaan. Saling pandang, lalu terkekeh.
Ponsel Ben berbunyi, satu pesan masuk,lelaki itu memeriksa layar ponselnya. Sidney rupanya yang mengirim pesan.
Ben .. kau di mana? Aku menunggu di apartemenmu sekarang.
Ben tersenyum simpul membaca pesan dari teman kencannya itu.Disimpannya kembali ponsel di saku celananya.
"I think I should probably go."ujar Ben seraya beranjak dari duduknya. "Thanks for the wine,
Laras," sambungnya kemudian.
"My pleasure," jawab Laras seraya mengantar Ben sampai ke pintu apartemennya dan membukanya. Frontman The Rebellion itu melangkah keluar.
"See ya." ucap Laras seraya menutup pintu.
Sepeninggal Ben, Laras segera menghambur ke atas tempat tidurnya. Gadis itu tersenyum tipis dan mengelus bibirnya. Benjamin Chevalier menciumnya, gila, batinnya.
Tak butuh waktu lama gadis itu pun terlelap.
***
Catatan Penulis:
Saya aslinya adalah seorang penyanyi dan penulis lagu. Saya tergabung dengan sebuah group musik indie bernama Gardenia dengan genre depressive softcore.
Bisa dicek di youtube dengan kata kunci:
Gardenia Music Official
Dan instagram :@gardeniamusicofficial
Kemudian lagu berjudul Wreckages Of Tears adalah lagu dari proyekan solo sampingan dari saya yang ditulis oleh saya sendiri, dinyanyikan oleh saya sendiri, diaransemen oleh saya dan teman-teman band.
Lagu ini aslinya bergenre Gothic Metal.
Jika teman-teman penasaran bisa check di youtube dengan kata kunci:
Sagesse Du Chaos-Wreckages Of Tears
Selamat menikmati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Dewa Qin
wiiih keren,ternyata authornya seniman juga.luar biasa👍👍
2023-07-11
1
྅≞⃗ Yudho☘️"ķïťå"
benji buru pulang udah ditungguin di apartemen
2022-04-16
0
Chanik Lestari
multi talent keren. semua nya menghibur dr semua sisi
2022-04-04
0