STUDIO THE REBELLION, TIME WARNER CENTER.
QUEEN OF THE SUN KINGDOM
Ditulis oleh: Benjamin Chevalier
Lyric :
*Out of nowhere
You step into this concrete city
Your smile is just like a drug to me
Dark eyes, dark hair
Remedy for my lost soul
You give me shelter
Warm heart, warm arms
Flower in my winter storm
The sun kingdom queen
Lay me down on your valley
The sun kingdom queen
Give me your sympathy*
"So?" Ben memandang Gregory, Marcus dan Liam secara bergantian ketika ketiganya selesai membaca lirik lagu yang ditulisnya.
"Good lyric, as usual." Marcus mengambil gitarnya. Memutar tunner gitarnya ke Drop D dan mengutak-atik efek gitarnya sebentar sehingga menghasilkan suara distorsi yang bulat. Marcus memainkan beberapa riff untuk mencari intro yang cocok.
Gregory mulai memainkan gitar basnya dan merambati nada-nada yang dibuat Marcus. Begitupun dengan Liam yang telah duduk di belakang drumnya dan memainkan tempo-tempo pelan dan beratnya. Ben menyambar fender stratocaster nya lalu mencuri-curi melodi diantara cabikan gitar Marcus. Keempat lelaki itu meracik dan meramu lagu yang ditulis oleh Ben dan akhirnya secara mentah lagu pun telah berstruktur.
"Ini psikedelik," ujar Gregory." Sedikit berbeda dari lagu-lagu sebelumnya, album ini akan bagus."
"Definitely," sahut Ben seraya menenggak botol birnya.
"Hey Ben .. who's the sun kingdom queen? Is it your Cinderella girl?" goda Marcus.
Ben terkekeh. "Nah .. nobody!" jawabnya.
Pintu studio terbuka, tampak seorang lelaki berpakaian rapi, mengenakan satu anting di telinga kanannya memasuki ruangan dan mendekati keempatnya.
"Hello guys," sapanya. The Rebellion menjawab sapaannya dan berhigh five secara bergiliran dengan lelaki itu.
"Jack, apakah Columbia menyetujui rider (persyaratan ekslusif untuk sebuah band/penyanyi bersedia manggung-red) kita?" tanya Gregory kepada lelaki yang dipanggilnya Jack itu.
"Yep .. hanya saja honornya masih mereka diskusikan, mereka menawar menjadi 600.000 dollar saja. Mengingat Ben adalah mahasiswa di sana, mereka meminta diskon, bagaimana menurutmu, Ben?" tanya Jack kepada Ben.
"I don't mind, how about you guys?" Ben balik bertanya. Ketiga personel yang lain mengangguk-angguk tanda setuju.
"Okay deal," seru Jack. "Ow, jangan lupa ada interview di Fuse TV besok malam." sambung
Jack. "And Ben, don't be late!" ujar Jack
memperingatkan. Ben membentuk huruf O dengan ibu jari dan jari telunjuknya. Pertanda menyetujui.
***
CHANNEL FUSE TV, 1 PENN PLZ, NEW YORK
"The Rebellion .. how are you doing?" sapa Abraham Walley, lelaki keturunan afro-american, sang pembawa acara talk show.
"Good," sahut The Rebellion bersamaan.
"New album will be released soon, right?"
"That's right?" sahut Gregory.
"Sudah sejauh apa proses pengerjaannya?"
tanya Abraham.
"Mungkin sekitar 80 persen."
"Apa album ke tiga ini akan berbeda dengan dua album kalian sebelumnya?"
"Yeah, akan ada perbedaan tetapi tidak significant, masih dengan karakter yang Rebellion bangun sejauh ini." Marcus menerangkan.
"Okay, so .. kalian adalah sebuah band rock yang mempunyai karakter dan warna musik kalian sendiri, darimana inspirasi kalian dalam musik?"
"Kami mendengarkan banyak band di era 70an di antaranya Black Sabbath, The Rolling Stones, Led Zeppelin, dan lain-lain, mereka menjadi inspirasi kami dalam bermusik tetapi dalam prosesnya kami menemukan warna kami sendiri." Liam menerangkan.
"Wow .. that's cool."
"Kami hanya mengambil akarnya saja, kemudian mengembangkannya dengan karakter bermusik kami sendiri. Seperti Ben yang menyukai band stoner era tahun 90an dari California, Kyuss, dia menggemari teknik bermain gitar Josh Homme, tetapi pada kenyataannya Ben menemukan tekniknya sendiri." Gregory menambahkan.
"That's awesome, Benjamin, kau yang menulis semua lirik lagu The Rebellion, bukan? Apa yang menginspirasimu?"
"Well, I have a lot of things in my mind." jawab
Ben santai.
"What are they?" tanya Abraham.
"Society, aliens, other dimensions, marijuana,
loneliness, planets, women, something like that," terang Ben.
"That's amazing," puji Abraham.
Acara talk show itu ditayangkan secara live
di Fuse TV. Laras duduk di sofa apartemennya memperhatikan ekspresi Ben dalam layar televisi di depannya. Gadis itu mendadak tersenyum-senyum sendiri. Entah kenapa sejak pertemuan pertama yang menyebalkan di kampus beberapa minggu yang lalu itu, dirinya semakin sering melihat lelaki berambut pirang itu dimana-mana. Dan yang paling tak terduga adalah bekerja di rumah neneknya. Yang tentu saja hal itu membuat Laras akan sering bertemu dengannya. Rasa berbunga-bunga menyeruak di dalam dada Laras setiap kali mengingat Ben. Gadis itu menggeleng pelan berusaha menepis apa yang dirasakannya. Come on, he is Benjamin Chevalier, batinnya.
Dering ponsel membuatnya terjaga dari lamunannya. Dilihatnya nama Maya tertera di layar. Laras mengerenyitkan dahinya. Maya
adalah teman seperantauannya dari Indonesia yang juga kuliah di Columbia namun berbeda jurusan. Sudah lama Laras tak berkomunikasi dengan gadis itu karena kesibukan masing-masing. Ada apa gerangan tiba-tiba Maya menelpon, tanya Laras dalam hati.
***
Catatan Penulis:
Lirik lagu Queen Of The Sun Kingdom ditulis dadakan oleh saya sendiri untuk kebutuhan cerita ini. Boleh lah suatu saat saya aransemen. Hahaiii ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Dewa Qin
keren thor👍👍
2023-07-11
0
🌜melody 🌛
othornya kereennnn😍😍
2023-07-10
0
Yani Cuhayanih
Hebaaaat othor aku salut pada mu walaupun gk ngerti .....msklum emak2 ....
2023-05-20
0