STUDIO THE REBELLION, TIME WARNER
CENTER.
"Bener gak ya ini tempatnya?" gumam Maya seraya memeriksa nomer yang tertera di pintu.
"Udah ketuk aja," ujar Lola.
"Iya ketuk ajalah, May." Sari menyahut.
Sementara Laras sibuk menenangkan dirinya. Sedari tadi dadanya tak berhenti berdesir.
Maya segera mengetuk pintu. Tak lama pintu pun dibuka dari dalam, wajah Jack, sang menejer muncul.
"Hello, girls .. ayo silahkan masuk," ujarnya sembari membuka pintu lebar-lebar.
Keempat gadis itu memasuki ruangan studio yang begitu luas. Mereka diarahkan ke ruang tamu yang begitu nyaman dan mewah, membuat ke empat gadis itu terkagum-kagum. Di sana seorang wanita cantik berumur sekitar 30an telah menunggu.
"Aku Jack, yang kemarin berbicara dengan pihak konsulat, dan ini Simone, dia koreografer yang akan membantu kalian," kata Jack menerangkan.
"Aku Maya, ini Lola, Sari dan Laras." Maya memperkenalkan.
"Senang bertemu dengan kalian." Simone menjabat tangan ke empatnya. "Baiklah, langsung saja kita mulai latihannya, The Rebellion sudah menunggu kalian di sana." Simone menunjuk ke arah ruang kaca tak jauh dari mereka.
Laras melihat Ben yang tengah sibuk bersama para personel yang lain. Getaran aneh kembali menyeruak setiap kali melihat lelaki itu.
Simone membawa ke empat gadis itu menuju ruangan di mana Ben dan teman-temannya berada. The Rebellion menghentikan aktifitasnya ketika melihat kedatangan Simone dan ke empat gadis itu. Marcus mulai melempar senyum jahilnya yang langsung disambut pukulan ringan Gregory di atas kepalanya. Liam hanya tertawa kecil. Sementara Ben memandang Laras dan melambaikan tangannya.
"Hi, Laras," ucap Ben yang membuat Maya dan yang lainnya heran. Laras hanya tersenyum dan menyambut lambaian tangan Ben kecil.
"Simone .. darimana kau mendapatkan para bidadari ini?" tanya Marcus masih dengan senyum jahilnya.
"Boys, focus .. ini bukan saatnya menggoda gadis-gadis ini, okay?" Simone menyela dengan kesal." Alright .. so it's gonna be like this ...." Simone mulai menerangkan segala sesuatu yang harus dipersiapkan mulai dari skenario hingga koreografi.
Ben sesekali melirik Laras yang tengah fokus mendengarkan Simone berbicara. Sesekali pandangan mereka bertemu, namun setiap kali hal itu terjadi, Laras buru-buru memalingkan mukanya. Ben bisa menangkap rona merah yang ada di pipi gadis itu. Ben tersenyum tipis, batinnya mengatakan Laras begitu manis dengan rambut hitam panjang tebalnya yang tergerai itu. Lelaki itu merasakan desiran aneh yang sudah lama tak dirasakannya ketika bertemu dengan wanita.
***
"Ras, kok kamu kenal sama Benjamin sih?Kalian satu kelas apa gimana?" tanya Maya yang sedari tadi menyimpan rasa penasarannya. Keduanya tengah duduk di kursi panjang di Tudor City Park dekat apartemen Laras sembari menikmati bungkus burger yang mereka beli dari burger van yang mangkal di sekitaran taman.
"Owh itu .. aku kerja di rumah neneknya, kadang aku ketemu dia," jawab Laras.
"Tapi aku tadi perhatiin cara dia liat kamu tuh aneh gimana gitu."
"Aneh gimana?" tanya Laras berusaha menyembunyikan perasaannya.
"Ya sering banget aku pergokin dia lagi ngeliatin kamu, trus senyum-senyum tipis gitu, jangan-jangan dia suka sama kamu,"
goda Maya seraya menyenggol bahu Laras.
Tenggorokan Laras tercekat. Potongan burger yang sedang dikunyahnya terasa susah untuk ditelan. Diambilnya botol air putih di sampingnya kemudian meminumnya. Laras menghela nafas dalam-dalam. Maya terkekeh.
"Tuh kan ampe keselek deh," gurau Maya.
"Kamu sih, ada-ada aja," ujar Laras sembari memegangi dadanya yang nyeri karena sisa burger yang dikunyahnya masih tersangkut di sana.
"Kalau suka beneran gimana?" tanya Maya.
Laras memutar bola matanya.
"Gak mungkinlah, ngaco kamu," sungut Laras.
"Ya kali aja, Ras."
"Ya jelas gak mungkinlah, Benjamin itu siapa, aku itu siapa, beda kasta kali."
"Ishh .. kuno banget sih kamu Ras, hari gini masih ngomongin kasta, apalagi di sini .. ini New York, Laras, New York!"
"Ah pokoknya gak mungkin, dia pasti nyarinya juga dari kalangan selebritis kali," ujar Laras.
Maya terkekeh. "Kalau kamu gimana? Suka gak sama dia?"
Mata Laras membulat. "Aku? Suka Benjamin?"
Dada Laras berdesir. "Ya enggaklah, bukan tipeku." Laras menggigit bibirnya pelan. Gadis itu sedang membohongi perasaannya sendiri.
Laras melirik jam tangannya. "Udah mau jam tiga nih, May, aku mau berangkat kerja dulu ya," ujarnya sembari bangkit dari duduknya.
"Oke, Ras .. berarti kita ketemu lagi pas hari H ya, kita briefing dulu."
Kedua gadis itu berpelukan sekilas lalu berjalan terpisah. Laras membetulkan letak syal dilehernya lalu melangkah menuju tempat kerjanya di McFadden's Saloon.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
྅≞⃗ Yudho☘️"ķïťå"
getar getar cinta dihati laras
2022-04-16
0
Chanik Lestari
gayung pun bersambut...pelan pelan saja nikmati proses pdkt nya guessss
2022-04-04
0
Endang Purwati
aku...?? suka..?? Benyamin...??
Yaa enggaklah...bukan tipeku...???
tapi sambil menggigit bibir....dan itu slah satu pertanda bohong ..hehehe...
yyeeee kaann thoorr....??? 😀😀✌✌😜😜
2021-07-01
0