Gairah Pesona Sang Penggoda
Dia Wanita Sempurna
Perempuan cantik dengan kaos putih dengan celana coklat, perempuan itu berada di toko bunga. Toko sudah ia jalankan selama beberapa tahun.
Tangannya mengecek bunga yang sudah ia rawat, dengan satu karyawan yang selalu membantu dirinya. Ia mendengar suara pintu toko berbunyi.
Zoya/Tyas
Kamu gantikan saya dulu, urusan pelanggan biar saya saja!
Karyawan wanita itu mengangguk, ia menghampiri pelanggannya. Ternyata pelanggannya adalah bosnya sendiri.
Zoya/Tyas
Pak, Felix! Bapak ingin melihat bunga atau langsung membeli?
Felix Antonio
Kamu bekerja di tempat ini?
Zoya/Tyas
Bukan, pak. Saya yang punya toko bunga ini!
Felix mengangguk, matanya terus mencari bunga sampai dimana ia menemukan bunga kesukaan seseorang.
Felix Antonio
Bunga ini sangat indah
Zoya/Tyas
Iya, itu bunga saya rawat sampai bertumbuh sebagus itu!
Felix melirik Zoya. Zoya menyentuh tanaman tersebut sampai dimana ia kembali ke memori yang sudah lama hilang.
Zoya/Tyas
Tanaman ini tidak saya jual, pak. Apa bapak ingin mencari tanaman lain?
Felix Antonio
Kenapa tidak dijual? Bukannya sangat cantik, pasti harganya mahal!
Zoya tersenyum barulah ia menatap Felix
Zoya/Tyas
Berapapun harga yang ditawarkan pelanggan saya tidak akan menjualnya. Tanaman ini sengaja saya rawat sampai bisa menghasilkan bibit baru.
Felix melangkah menuju yang lain, ia menemukan tanaman kesukaan ibunya. Dan dia malah mengambil tanaman cantik itu.
Felix Antonio
Saya ambil yang ini saja.
Zoya/Tyas
Baik, pak. Saya akan membungkusnya
Felix mengikuti Zoya menuju kasir, dengan begitu teliti sampai Felix terus menatap Zoya.
Zoya/Tyas
Totalnya lima belas juta tiga ratus ribu!
Zoya beralih menatap Felix, malah bosnya ini tak mendengar perkataannya.
Felix Antonio
Eh, kenapa? Tadi kamu bicara apa?
Zoya/Tyas
Harganya lima belas juta tiga ratus ribu pak. Kenapa bapak bengong? Apa ada yang salah dengan saya?
Felix mengeluarkan dompet, ia membayar dengan kartu kredit. Setelah membayar tanaman, ia menuju mobil dibantu dengan karyawan lelaki membawa tanaman tersebut.
Zoya/Tyas
Terima kasih, pak! Semoga bapak menyukai tanaman saya.
Felix Antonio
Terima kasih kembali.
Zoya masuk ke dalam toko saat mobil Felix sudah pergi, mobil yang dibawa Felix sampai di rumah mewah bercat putih, abu-abu dan hitam.
Felix mencari keberadaan ibunya, saat dia melewati ruang tamu tak sengaja ayahnya menyuruh dia bergabung.
Mahendra (Ortu Felix)
Kenalin dia Felix putra kedua saya.
Felix memberikan senyuman kepada para tamu, ia duduk di sebelah Mahendra. Barulah sosok Wanita cantik ikut bergabung.
Micel (Ortu Felix)
Kamu di sini nak! Kenapa tidak menemui ibu?
Felix Antonio
Tadinya ingin menemui ibu, malah ayah menyuruhku di sini.
Sosok di samping Micel sangat cantik, begitu menawan. Hanya tatapan sekilas yang diberikan Felix tanpa tersenyum, wanita itu duduk di sebelah lelaki yang ia anggap ayah dari sang wanita.
Mahendra (Ortu Felix)
Adel ini putra om, Felix. Felix dia Adel anak temannya ayah.
Felix menerima uluran tangan Adel, Felix memutuskan untuk pergi ke kamar.
Mahendra (Ortu Felix)
Maafkan Felix ya Adel. Anak om memang gitu, kalau kamu ingin ngobrol dengannya, silahkan saja.
Adel
Enggak apa-apa, om. Saya mengerti mungkin Felix butuh istirahat.
Mahendra (Ortu Felix)
Kamu ini udah cantik, pengertian lagi. Cocok banget jadi istri Felix
Mereka semua tertawa, Adel melihat Felix begitu sempurna. Mungkin saja dia sudah jatuh cinta sama pesonanya Felix.
Felix turun dari kamar saat dia masih melihat teman ayahnya, tanpa menatap Adel ia memutuskan untuk bergabung.
Aksa (Ayah Adel)
Kamu sekarang sudah besar ya! Dulu om lihat kamu masih kecil, sekarang jadi asing saat bertemu dengan Adel. Dulu kalian berdua main bersama, Felix kamu mau kan sama Adel anak om?
Felix menghentikan sarapannya, ia menatap lelaki di depannya.
Felix Antonio
Maaf om. Saya belum kepikiran untuk menjalin hubungan dengan Siapapun, saya masih ingin fokus mencari uang. Mungkin anak om bisa cari lelaki lain yang lebih sempurna dari saya.
Aksa (Ayah Adel)
Wah, om bangga sama kamu. Ternyata anak kamu ini sudah jauh lebih dewasa dengan masa depan, saya yakin pasti wanita itu begitu beruntung mendapatkan kamu.
Mereka semua tersenyum dengan jawaban Felix, tidak dengannya. Ia malah melanjutkan sarapan tanpa mendengarkan ocehan para orang tua.
Aksa yang fokus dengan menyetir melihat kearah Adel. Melihat kebahagiaan Adel ia ikut senang, sepertinya Adel sangat menyukai Felix.
Aksa (Ayah Adel)
Menurut kamu gimana Felix?
Adel
Ayah, kenapa bahas Felix?
Aksa (Ayah Adel)
Ayah ini tidak bodoh, ayah tahu pasti kamu menyukai dia kan?
Adel
Ayah, aku hanya kagum saja tidak lebih. Tidak mungkin dia menyukaiku, walaupun dulu kita pernah bermain bersama tapi aku tak yakin kalau Felix menyukai ku.
Ling Ling (Ibu Adel)
Kenapa kamu bicara gitu nak. Ibu yakin pasti Felix menyukai kamu! Kamu inikan cantik, pintar, berbakat semua lelaki pasti menyukai kamu. Masa iya Felix tidak suka dengan kamu!
Aksa (Ayah Adel)
Benar, yang dikatakan ibu kamu itu benar. Mungkin Felix butuh waktu buat suka sama kamu, kalian sudah saling kenal masa tidak ada cinta di hatinya.
Micel (Ortu Felix)
Ini ibu nak. Ibu boleh masuk?
Felix Antonio
Masuk aja, pintunya tidak aku kunci bu.
Micel masuk, di sana ia melihat putranya sibuk dengan laptop.
Micel (Ortu Felix)
Apa ibu menggangu kamu?
Felix menghentikan mengetik dan menatap Micel, ia menyimpan dokumen itu sebelum dia menatap Micel kembali.
Felix Antonio
Tidak bu. Apa ibu perlu sesuatu?
Micel (Ortu Felix)
Ibu boleh tanya sama kamu?
Felix mengangguk, dia yakin pasti ibunya ingin membahas pernikahan.
Micel (Ortu Felix)
Nak, kamu ini sudah besar. Ibu tahu pasti kamu masih fokus mencari karir, apa kamu tidak ingin mencari wanita? Kamu sudah sempurna, masa tidak ada wanita yang kamu cintai.
Felix tersenyum dengan perkataan Micel.
Micel (Ortu Felix)
Menurut kamu gimana dengan Adel! Kalian sudah saling kenal, apa kamu tidak menyukainya?
Felix Antonio
Adel cantik, berbakat dia sudah sempurna di mata semua orang. Walaupun aku sudah mengenalnya tak mungkin bisa jatuh cinta.
Micel (Ortu Felix)
Kenapa tidak bisa? Ibu suka dengan Adel apalagi ayah kamu. Kenapa tidak jalani dulu saja, baru bisa memutuskan apa dia layak untuk kamu atau tidak!
Felix Antonio
Maaf bu, aku tidak bisa. Aku... Aku sudah mencintai wanita lain!
Micel (Ortu Felix)
Siapa dia nak! Apa dia cantik, kenapa kamu tidak kenalkan dia sama ibu.
Felix menarik nafas panjang, barulah ia bisa menceritakan semuanya. Micel diam sejenak menyusun setiap kata yang diucapkan Felix, barulah ia berdiri untuk duduk di samping Felix.
Micel (Ortu Felix)
Kalau kamu mencintainya, temui dia. Bawa dia ke rumah, semua keputusan ada di tangan kamu. Ibu akan selalu mendukung semua keputusan kamu!
Felix Antonio
Terima kasih, bu!
Micel mengangguk dengan memberikan senyuman kepada Felix, ia memutuskan untuk pergi dari kamar Felix.
Felix Antonio
{Aku pasti akan menemukan kamu, tunggu aku ya!}
Felix menyimpan foto yang sempat ia pegang, barulah ia memutuskan untuk tidur.
Comments