Tampak El dan penghuni lapas wanita lainnya sedang mengikuti senam bersama. El tak henti-hentinya tertawa karena ulah beberapa temanya.
Setelah hampir sejam mengikuti senam, akhirnya mereka kembali beristirahat.
"El, kamu itu kan bisa dikatakan do..."
Belum sempat Vira menyelesaikan kalimatnya, El sudah memotong.
"Ralat dokter, tapi masih calon. Kecuali tadi aku sudah lulus, baru bisa dikatakan dokter," sambung El sambil terkekeh.
"Iya, maksud aku gitu lah. Sebenarnya kamu tuh bisa saja kerja di poliklinik lapas ini, tapi kenapa kamu nggak mau?" tanya Vira.
"Nggak ah, nanti si pria psycho itu merasa di atas angin lagi. Itu sama saja akan membuatku semakin lama mendekam di sini. Menyebalkan," kesal El, lalu memutar bola matanya malas.
"Sudah lah, ayo kita ganti pakaian dulu. Setelah itu, kita isi kegiatan kita hari ini dengan membuat bingkai foto lagi. Kan lumayan duitnya, cepat lagi dear," cetus El.
Vira hannya mengangguk dan ikut berdiri. Mereka berdua sama-sama berjalan ke tempat huniannya.
Sesampainya mereka di kamar sempit itu, El hanya mengelap badan dan wajahnya lalu mengganti bajunya yang agak basah karena keringat.
Vira yang sempat melihat sekilas tatto black rose yang terukir dipunggung hingga ke tulang punggung El. Menahannya.
"El, sebentar. Bisa aku lihat lagi tatto mu? Keren banget," puji Vira.
El menggelengkan kepalanya. Karena ia memang tidak ingin.
"Ok, baiklah, Dear," sambung Vira sedikit kecewa.
"Vir, ayo kita gabung dengan temen yang lagi membuat bingkai foto. Kan, lumayan bisa buat beli rokok," cetus El lalu menarik lengan Vira.
Setelah sampai di ruangan khusus itu, El dan Vira langsung bergabung.
Dengan tekun dan sabar, El membuat bingkai foto itu dari bahan daur ulang seperti kertas dan koran.
Ketika El lagi seriusnya menggulung kertas, Bu sipir menyapanya.
"El, ada keluargamu yang datang menjenguk, mereka ada diruang tunggu,'' kata sipir wanita yang sedang bertugas.
"Iya, terima kasih, Bu,'' ucap El lalu berdiri kemudian berjalan ke arah ruang tunggu yang tidak terlalu jauh dari tempatnya membuat kerajinan tangan.
Setelah sampai diruang tunggu, El langsung mengulas senyum ke arah wanita paruh baya yang sudah ia anggap seperti orang tuanya sendiri dan juga Daniel.
Ia menghampiri tante Karin dan Daniel lalu memeluknya bergantian.
"Thanks, Daniel. Kamu selalu menemani Tante Karin ke sini,'' bisik El.
Daniel hanya mengangguk lalu mengelus punggung El.
"Tante, terima kasih karena masih mau datang menjengukku,'' ucap El dan matanya sudah mulai berkaca-kaca.
"Iya, El. Sudah, nggak usah sedih, Nak. Tadi sebelum ke sini, Daniel sempat mengajak Tante beli makanan kesukaanmu sekalian nanti bagi-bagi sama temanmu, ya,'' ucap Tante Karin sambil mengelus pipi mulus El.
El langsung menoleh ke arah Daniel lalu menggenggam tangannya.
"Terima kasih, Daniel. Kamu juga sudah banyak membantuku,'' bisik El lalu menggenggam dan menatap mata sipit pria blasteran Korea itu.
"Nggak masalah El karena kami menyayangimu,'' ucap Daniel lalu mengelus genggaman tangan El.
Jantung, kenapa kamu berdetak lebih kencang dari biasanya. Hanya karena tatapan dan genggaman tangan El.
"El, apa masih ada yang kamu butuhkan?'' tanya Daniel.
"Nggak ada Daniel, karena selama aku di sini, aku sudah bisa menghasilkan duit dari hasil berkebun dan membuat kerajinan tangan,'' jawab El lalu tersenyum.
"Bersabarlah, waktu akan terus berjalan dan akan berlalu dengan cepat. Kami juga sudah sangat merindukanmu. Ayo kita abadikan foto kita bertiga, biar ini menjadi kenang-kenangan," pinta Daniel lalu merangkul El.
"Bukan seperti ini, Daniel,'' protes El seraya melepaskan rangkulannya, tapi justru El yang memeluk lalu menyandarkan kepalanya di dada bidang Daniel lalu meminta Tante Karin mengambil foto mereka berdua.
Meskipun sebenarnya aturan lapas melarang membawa ponsel ketika menjenguk, namun karena sipir sudah tahu siapa Daniel, mereka memberi pengecualian.
Setelah mengabadikan foto El dan Daniel, mereka kembali berfoto bertiga. Tampak Daniel merangkul Tante Karin dan El sambil tersenyum.
Merasa sudah cukup puas menghabiskan waktunya bersama El dan melepaskan rindu. Akhirnya Daniel dan tante Karin berpamitan pulang.
Seperti biasa sebelum pulang, El memberikan pelukan kepada Tante Karin dan Daniel.
"Terima kasih. Kalian hati-hati di jalan, ya,'' ucap El lalu mengulas senyum sembari melambaikan tangannya.
Setelah kepergian Daniel dan tante Karin, El mengambil lima kotak pizza yang ada di atas meja. Ia memberikan dua kotak pizza untuk sipir yang berada di loket masuk.
"Bu, ini buat Ibu dan teman-teman,'' kata El lalu mengulas senyum, ia memberikan dua kotak pizza kepada Ibu sipir.
"Terima kasih, ya,'' kata Bu sipir.
Sebenarnya mereka sangat penasaran. Mereka bertanya-tanya ada hubungan apa El dan ketiga pria yang biasa datang menjenguknya dan salah satunya malah terus mengawasinya
Setelah memberikan dua kotak pizza kepada Bu sipir, El terus melangkahkan kakinya ke ruangan tempat ia membuat kerajinan tangan.
"Guys, aku bawakan kalian makanan, kita makan bareng, ya. Ayo Bu, gabung sama kita,'' pinta El lalu membuka kotak pizza untuk mereka santap bersama.
"Wahhh ... enak banget, ya kita. Selama ada El di sini, kita sering makan enak,'' celetuk salah satu teman penghuni Lapas itu.
El hanya terkekeh mendengar celetukkan temannya. Namun ada juga beberapa yang mencibir.
"Alaaah .... palingan juga itu dari SUGAR DADDY nya. Mana ada napi wanita yang sering dijenguk terus dapat makanan dari merek restoran mewah. Palingan dia kasih servis dulu,'' cibir Tasya, salah satu napi wanita yang memang tidak menyukai El.
El hanya tersenyum sinis seolah mengejek.
"Whatever!'' balas El santai sambil memutar bola matanya malas lalu memakan pizza favoritnya.
Tasya terlihat geram melihat El. "Lihat saja nanti, aku akan memberikanmu pelajaran,'' geramnya.
Setelah menghabiskan waktu satu jam di ruangan itu, akhirnya mereka kembali ke kamar masing-masing.
El dan Vira tidak tahu jika mereka dibuntuti oleh Tasya dan temannya. Di lapas wanita, tidak ada yang berani melawan Tasya, karena ia terkenal kejam, bahkan tak segan-segan menyakiti mereka.
Bagaimana jika ia berhadapan dengan El ?😅😅
Merasa ada yang mengikutinya, El langsung menoleh ke belakang. Ia mengerutkan alisnya.
"Ada apa kalian mengikutiku?!'' tanya El.
Tasya dan temannya hanya tersenyum sinis dan semakin menghampiri El yang masih diam di tempatnya.
Beberapa warga lapas wanita yang melihat Tasya semakin menghampiri El, merasa khawatir jika ia akan dihajar oleh Tasya yang terkenal kejam di lapas wanita itu.
"Tentu saja ingin memberimu sedikit pelajaran. Suka cari muka dan sikap sok ramah mu itu."
El kembali tersenyum sinis dan memberikan tatapan nyalang ke bola mata Tasya yang seolah menantangnya.
"Apa aku tidak salah dengar, hmm? Apa kamu bisa mengulang sekali lagi ucapanmu barusan?'' sinis El sambil memegang telinganya.
Melihat sikap tengil El, dan seolah tidak takut kepadanya, malah semakin membuat Tasya dan temanya geram.
Tasya langsung menyerangnya namun tanpa diduga-duga, El langsung menangkap tangan Tasya lalu membantingnya ke lantai dan menduduki belakang serta memelintir sebelah tangannya.
"Kamu pikir aku wanita lemah, huh? Jika kamu sering melihat aku hanya diam dengan semua perbuatan dan kata-kata kotormu itu, kamu salah besar. Aku nggak sama dengan dengan yang lainnya. Sekali lagi kamu berani macam-macam kepadaku, maka aku tidak akan segan-segan melukai atau merobek mulut besarmu itu!!'' ancam El.
Ia merasa geram lalu menarik baju Tasya dari belakang untuk ikut membuatnya berdiri, lalu mendorongnya dengan kuat hingga jatuh terjerembab di hadapan geng dan penghuni lapas wanita lainnya.
Setelah itu dengan santainya El berbalik lalu mengajak Vira meninggalkan tempat itu.
Namun saat akan melangkah salah satu dari mereka yang masih berada di sana berteriak.
"El, awaaaaassss!!!!!
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Ibelmizzel
puyeng dgan bahasa Inggris ny,ku tak mengerti.
2022-12-06
0
Senajudifa
sama2 napi begaya betul tasya ini
2022-08-08
0
Dehan
Bagus el..
good girl
2022-08-08
1