Tidak terasa, sudah berjam-jam El, di sel tahanan itu, hingga malam pun tiba.
El hanya bisa duduk termenung memikirkan nasibnya. Di saat ia akan menggapai mimpinya, Kai malah menjatuhkan nya.
"God ... kenapa takdirku seperti ini?'' desis El sambil memeluk kakinya dan menempelkan keningnya di lututnya.
Dingin malam sudah tidak ia hiraukannya, di tambah lagi nyamuk yang sudah mulai mengeluarkan bunyi khasnya.
Karena sudah lelah duduk seperti itu, akhirnya El berbaring di atas dinginnya lantai penjara dengan posisi meringkuk dan akhirnya ia tertidur.
Kai yang sejak tadi sudah berada di kantor polisi itu, terus saja menatap El dari kejauhan.
"Apa tadi, ada yang datang ke sini menjenguknya?'' tanya Kai.
"Tidak ada, Tuan."
Kai mengerutkan alisnya. Merasa heran.
Apa dia tidak punya keluarga? Sebenarnya mau ke mana gadis angkuh ini tadi siang? Pakaian yang dikenakannya pun terlihat formal dan sangat rapi.
Kai bertanya-tanya dalam hatinya. Setelah itu,
Kai berjalan menghampiri sel tempat El berada. Di balik jeruji besi, Kai terus menatap wajah lelap El yang tampak tenang.
"Tuan? Apa Tuan ingin di bukakan pintu sel nya?'' tanya petugas yang berjaga.
Kai mengangguk.
Setelah pintu di buka, Kai menghampiri El lalu berjongkok di hadapannya. Lagi-lagi Kai, terus menatap wajah cantik El.
"Who are you? Kenapa sulit sekali mendapatkan informasi tentang dirimu?'' desis Kai lalu mengelus pipi mulus El.
.
.
.
Bronze Bar ...
Tara yang sejak tadi menghubungi ponsel El, lagi-lagi harus kecewa karena El tidak mengangkat ponselnya.
"Biasanya jam segini, El sudah asik meracik minuman, tapi ini sudah jam sembilan, kenapa dia belum datang? Sebaiknya aku ke rumahnya saja."
Tara beranjak dari kursi bar, lalu buru-buru keluar. Ia sempat berpapasan dengan Kai, yang baru saja datang.
"Tara, mau ke mana?'' tanya Kai.
"Kai, aku ada janji dengan seseorang,'' jawab Tara.
"Ya sudah, aku masuk dulu ya,'' kata Kai.
Tara hanya mengangguk, lalu menghampiri mobilnya. Setelah berada di dalam mobilnya, lagi-lagi ia menghubungi El dan hasilnya tetap sama.
Akhirnya Tara melajukan mobilnya ke rumah El. Tidak butuh waktu yang lama untuk sampai ke rumah El, karena jalanan sudah mulai senggang.
Sesampainya Tara di depan rumah El, ia mengerutkan alisnya karena motor El tidak ada di situ dan rumahnya terlihat gelap.
Karena penasaran, Tara turun dari mobilnya dan menghampiri rumah tante Karin. Tara kaget karena motor El ada di situ. Dengan hati-hati, Tara membuka pagar rumah tante Karin yang tidak terkunci.
Setelah berada di depan rumah tante Karin, Tara mengetuk pintu.
"Maaf mengganggu, aku mau tanya, pemilik motor ini di mana ya?'' tanya Tara.
Tante Karin mengerutkan alisnya lalu menatap Tara.
"Maksudmu ... El ya?'' Tante Karin balik bertanya.
"Iya, Tante,'' jawab Tara.
Raut wajah tante Karin langsung berubah menjadi sedih dan matanya mulai berair.
"Ada apa tante? Katakanlah, El di mana? Aku mengkhawatirkannya. Soalnya sejak kemarin malam, katanya, dia nggak enak badan,'' tanya Tara .
"Tadi siang, saat El mau berangkat ke rumah sakit, tiga orang polisi datang dan menangkapnya. Tante nggak tega melihat El seperti itu, apalagi saat tangannya di borgol dan di giring masuk ke dalam mobil, dia seperti orang yang melakukan kriminal saja. Padahal El, tidak pernah melakukan kejahatan apapun apalagi menyakiti orang," Ungkap tante Karin sambil menangis.
Tara cukup terkejut mendengar penjelasan dari tante Karin.
Kai, sh*it! Jadi dia benar-benar melakukannya?
Tara langsung menghubungi Daniel. Tara meminta Daniel untuk melacak nomor polisi yang telah Kai hubungi tadi. Tara ingin tahu di kantor polisi mana, El di tahan.
Sambil menunggu pesan masuk. Tara meminta kunci motor dan kunci rumah El.
"Tante maaf, bukannya aku lancang, tapi bisa nggak aku minta kunci motor dan kunci rumah El? Ada sesuatu yang ingin aku ambil di dalam rumahnya."
"Iya sebentar tante ambilkan."
Bisa-bisanya Kai melakukan ini pada El, aku benar-benar nggak menyangka. Bagaimana nasib karir El nantinya?
Tidak lama kemudian, tante Karin keluar dan memberikan kunci motor dan kunci rumah El kepada Tara.
"Ini kuncinya, Nak. Peganglah."
"Terima kasih tante. Oh ya, motor El, biar aku saja yang bawa tante. Ini kunci mobilku, aku titip sama tante, besok ada yang akan datang mengambilnya,'' ucap Tara sambil memberikan kunci mobil miliknya ke tangan tante Karin.
Tara mengeluarkan motor El yang terparkir di depan rumah tante karin lalu memarkirnya di belakang mobilnya sebelum ia ke rumah El.
Tara berjalan menghampiri pintu rumah El, lalu membukanya menggunakan kunci yang telah di berikan padanya tadi.
Perlahan-lahan, Tara berjalan dengan menggunakan cahaya dari ponselnya mencari saklar lampu di dinding rumah El. Setelah menemukan saklar lampu,Tara langsung menekannya.
Tara naik ke lantai dua tempat di mana kamar El berada. Tara menyalakan lampu kamar El dan memperhatikan seluruh ruangan kamar yang tampak rapi dan bersih. Ia merebahkan dirinya di atas ranjang milik El dan menatap langit-langit kamar.
Ting .......
Menandakan ada pesan yang masuk di aplikasi WhatsApp nya.Tara langsung membuka pesan yang masuk. Tara tampak tersenyum setelah membaca pesan dari Daniel.
"Good job, Daniel. Kamu memang selalu bisa di andalkan."
Tara menghampiri lemari pakaian El, lalu membukanya. Tara dapat melihat banyaknya koleksi jaket-jaket El. Ia lalu mengambil salah satu jaket tersebut untuk di bawa serta satu setel baju ganti untuk El.
Setelah mengambil jaket dan baju untuk El, Tara kembali mematikan lampu kamar El dan turun ke bawah. Ia melihat tas ransel El yang tergeletak di atas sofa.
Tara menghampiri sofa itu dan mengambil tas El lalu membukanya.
"Pantasan saja."
Tara mengambil ponsel milik El lalu menonaktifkan benda pipih tersebut. Setelah itu, ia memasukkan baju dan jaket El ke dalam tas ranselnya. Ketika semuanya sudah lengkap, Tara pun keluar dan kembali mengunci pintu rumah El.
Setelah memakai helm, tas ransel, dan menyalakan motor, Tara langsung meninggalkan tempat itu dan menuju kantor polisi tempat El di tahan.
Cukup lima belas menit saja, Tara sudah sampai di kantor polisi tersebut karena Tara mengebut dengan kecepatan tinggi. Setelah memarkir motor, Tara langsung masuk ke kantor polisi tersebut.
Sebelum ke sel tempat El di tahan, Tara meminta izin untuk menjenguknya. Meskipun sekarang sudah bukan jam besuk, namun petugas yang mengenalinya sebagai asisten Kai, tetap mengizinkannya.
Dengan langkah kecil, Tara menghampiri tempat di mana El berada. Setelah petugas membukakan pintu sel, Tara menghampiri El yang masih meringkuk dan terlihat tangannya bergetar.
Ia pun berjongkok lalu menggenggam tangan El yang bergetar.
"El, bangun. Ini aku, Tara" panggilnya.
Tiga kali Tara memanggilnya, barulah El membuka matanya lalu menatap pria yang ada di depannya.
"Tara?" lirihnya.
"Ya, ini aku, Tara,'' bisiknya.
El langsung bangun lalu memeluknya sambil menangis.
Lagi-lagi Tara bisa merasakan betapa eratnya pelukan El. Tara mengelus rambut panjangnya dan hanya membiarkannya menangis di pelukannya.
"Menangislah, jika kamu ingin menangis, jangan di tahan. Setidaknya, menangis bisa mengurangi kesedihan, beban di hati dan pikiranmu,'' bisik Tara lagi lalu mengecupnya.
El tidak bisa berkata-kata, hanya badannya yang terus bergetar karena tangisannya.
Setelah cukup lama menangis di pelukan Tara, El melonggarkan pelukannya.
"Sudah puas menangisnya?'' ledek Tara lalu menangkup wajahnya kemudian mengusap sisa air matanya lalu mengecup keningnya.
"Jangan khawatir, semuanya pasti akan baik-baik saja,'' bisik Tara sambil menatap bola mata gadis itu.
"Dari mana kamu tahu, jika aku di tahan di sini?'' tanya El.
"Apa sih, yang Tara nggak tahu? Jika hanya tempat seperti ini saja, kecil bagiku,'' kelakarnya lalu mengacak rambut El sambil terkekeh
Tara melepas jaketnya lalu memakaikan ke tubuh El dan kembali memeluknya.
"Aku sangat mengkhawatirkan mu, El,'' bisiknya lalu kembali mengecup puncak kepalanya.
El hanya diam.
"Aku membawakanmu sepasang baju dan juga jaket, supaya nanti kamu tidak terlalu kedinginan,'' bisik Tara.
"Terima kasih, Tara," ucap El pelan.
"Apa kamu sudah makan?''
"Aku nggak lapar Tara. Aku hanya memikirkan nasib karir dan pendidikanku yang sekarang berada di ujung tanduk. Apa pun yang akan terjadi, akan aku terima. Jika hukuman ini berlangsung lama maka, mau tidak mau aku harus terima jika akan di drop out dari kampus."
El menjeda ucapanya sejenak.
"Jika aku akan di drop out dari kampus, itu artinya selama 3,5 kuliahku hanya sia-sia. Tapi aku nggak mau putus asa Tara. Sejak kecil aku bercita-cita menjadi seorang dokter. Jika perlu, aku akan mendaftar ulang,'' jelas El sambil terisak.
Tara hanya diam, namun sekaligus kagum dengan tekad dan semangat El.
Aku akan membantumu El.
"Ya sudah kalau begitu. Nggak apa-apa kan, aku tinggal sendiri? Aku akan sering-sering datang menjenguk mu. Ranselmu aku titip di petugas,'' ucap Tara.
El hanya mengangguk. Sebelum meninggalkan El, lagi-lagi Tara memeluknya lalu mengecup puncak kepalanya.
Tara terpaksa meninggalkan El sendiri dan menghampiri petugas yang sedang berjaga.
"Aku peringatkan pada kalian dan dengarkan aku baik-baik. Jangan sampai kalian berbuat kasar pada gadis itu. Sedikit saja kalian menyentuh atau menyakitinya, kalian akan menanggung akibatnya,'' ancam Tara sambil menatap tajam petugas itu.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Dehan
aduh el ditangkap polisi..
kasian 😩
2022-08-01
1