Enam bulan Kemudian ...
Sudah enam bulan berlalu sejak menjadi penghuni lapas di Kota A. El menjalani aktifitasnya sebagai warga binaan di lapas itu. Mau tidak mau ia harus menerima hukuman yang sudah diputuskan atas perintah Kai.
Awalnya El sempat terkejut karena ia harus tinggal mendekam di lapas tersebut selama dua tahun lamanya. Namun ia harus pasrah dan hanya menerima.
Dengan berat hati, ia terpaksa mengubur cita-citanya dan harus ikhlas.
Ia juga tidak menyangka, hanya karena menolak permintaan Kai untuk menjadi bed partnernya, ia harus berakhir di penjara. Kesalahan kecil yang dilakukannya itu tidak sebanding dengan hukuman yang diterimanya.
Karena tak ingin kejadian yang sama terulang lagi, ia memilih menolak tawaran Tara untuk membebaskannya dari jeratan hukum yang di timpakan padanya.
El memilih menjalani hukumannya hingga tuntas. Ketika bebas, ia sudah tidak berurusan lagi dengan Kai. Bebas menjalani kehidupannya seperti biasa.
Walaupun Tara jarang menjenguknya karena kesibukannya di kantor, Tara selalu mengutus Daniel dan tante Karin untuk memperhatikan segala kebutuhan yang ia butuhkan selama menjadi tahanan di lapas.
Tanpa sepengetahuan El, diam-diam Kai juga mengikuti perkembangannya gadis itu selama berada di lapas tersebut.
Tadinya Kai berpikir jika El akan menyerah. Apalagi melihat kondisi tempatnya yang terbilang tidak bersahabat, harus berbagi ruangan dengan sesama napi. Namun nyatanya itu tidak berlaku bagi El.
Gadis itu malah tampak biasa-biasa saja bahkan tak pernah mengeluh.
"Tuan? Apa Anda ingin bertemu dengannya?" tanya seorang sipir.
Kai hanya menggelengkan kepalanya dan terus memantau gadis itu lewat CCTV.
"Jangan sampai gadis angkuh itu tahu, jika aku masih mengikuti perkembangannya. Aku ingin lihat, berapa lama lagi ia mampu bertahan dalam kondisi seperti itu."
Entah mengapa, Kai tidak ingin melepaskan El begitu saja sebelum membuatnya benar-benar menderita.
"Inilah akibatnya karena kamu sudah berani bermain-main denganku!!" geram Kai. Setelah itu ia meninggalkan ruangan CCTV.
Di ruangan tempat El dan beberapa tahanan lainnya sedang membuat kerajinan tangan, El cukup menikmati aktifitas barunya itu.
Selama enam bulan menjadi warga binaan di lapas tersebut, banyak hal yang ia dapatkan dan ia pelajari.
Walaupun tak jarang ada beberapa yang tidak menyukainya, ia tidak mau ambil pusing bahkan tetap santai.
Ketika ia lagi fokus menyelesaikan satu buah bingkai foto, Vira tiba-tiba bertanya,
"El, sebenarnya kasus kamu itu apa sih?'' tanya Vira teman satu selnya dengan kasus narkoba.
"Menampar dan menipu orang," jawab El sambil terkekeh.
"Yang bener? Nampar dan nipu orang? Sepertinya tidak menyakinkan," jawab Vira ikut terkekeh.
"Yakinkan saja, Vir," timpal El. "Udah ah, kapan kelarnya jika mengobrol terus."
Vira kembali terkekeh menatapnya. Setelah menyelesaikan beberapa buah bingkai foto, El dan Vira pun, mengumpulkannya lalu keluar dari ruangan itu.
"El, kita pindah tempat saja yuk," ajak Vira.
El hanya mengangguk. "Boleh deh."
Mereka memilih ke kebun bunga tempat biasa mereka menghabiskan waktu untuk menanam bunga sekaligus merawat bunga-bunga yang ada di situ.
"Vira ... aku punya ide," cetus El.
"Ide seperti apa El," tanya Vira.
"Jika kita sudah bebas, kita budidayakan bunga. Kalau bisa, kita cari lahan untuk berkebun bunga lalu jual. Kita bisa menghasilkan duit," cetusnya lagi.
Ia mengeluarkan rokok yang ada di saku celananya lalu menawari Vira.
"Hmm ... aku rasa idemu boleh juga," jawab Vira lalu mengambil sebatang rokok dari gadis itu.
Hening sejenak ....
Keduanya kini sama-sama menyesap rokoknya.
"Oh ya, El, siapa sih cowok yang sering datang menjengukmu?'' tanya Vira sedikit penasaran.
"Why? Naksir ya? Kalau naksir bilang saja. Aku bisa menjadi Mak Comblang kalian," godanya lalu terkekeh.
Vira langsung mencubit tangan El karena gemes.
"Namanya Daniel, temannya Tara. Aku rasa dia pria yang baik, cuma sedikit kaku saja. Tapi sepertinya kalian cocok. Yang satunya kaku dan yang satunya lagi bawel," sambung El masih sambil terkekeh.
Vira menghembus asap rokoknya lalu menoyor kepala temannya itu. Keduanya sama-sama terkekeh.
"Ciiieeee, dia jadi salah tingkah. Brerarti naksir yaaaa?'' goda El lagi.
Vira hanya tersenyum tersipu malu dengan wajah yang kini merona.
.
.
.
.
Kantor B.A.M ...
Pak Mulia dan Bu Arini tampak sedang menyambangi kantor itu.
Semua karyawan yang berada di kantor tersebut terlihat menunduk takjim kepada pak Mulia dan bu Arini.
"Selamat datang Tuan, Nyonya," ucap salah satu karyawan dengan sedikit canggung karena kedatangan keduanya terbilang mendadak dan tiba-tiba.
Pak Mulia dan Bu Arini membalas dengan senyum ramah.
Daniel yang sedang memeriksa berkas-berkas di ruangannya juga tidak mengetahui, jika pak Mulia dan bu Arini sedang berkunjung ke Perusahaan tersebut.
Tok ... tok ... tok ...
Daniel mengarahkan pandangannya ke arah ketukan pintu.
"Siapa ya,'' bisiknya lalu berdiri kemudian menghampiri pintu lalu membukanya.
"Tuan, Nyonya, silakan masuk," sapa Daniel dengan sopan. Namun tentu saja ia sangat terkejut dan sedikit gugup.
"Terima kasih Daniel," kata Pak Mulia dan Bu Arini bergantian.
Keduanya pun duduk di sofa yang ada di ruangan itu.
Hening sejenak ...
Hingga Bu Arini membuka suara.
"Daniel? Apa anak bandel itu masih belum mau menempati ruangannya?'' tanya Bu Arini sambil menatap Daniel.
Daniel hanya menunduk dan tidak berani menatap wajah Bu Arini.
"Apa anak itu masih mau terus bermain-main?" Pak Mulia ikut menimpali.
Lagi-lagi Daniel hanya bisa tertunduk.
"Sampai kapan dia akan mengandalkan kamu terus-menerus seperti ini? Sedangkan, Perusahaan membutuhkan dia,'' tanya Pak Mulia dan terlihat geram pada putra satu-satunya itu.
"Maaf Tuan, Nyonya, saya sudah sering menasehatinya, bahkan kadang saya mengancam,tapi dia tidak peduli. Katanya belum saatnya dia memimpin Perusahaan ini."
Pak Mulia dan Bu Arini hanya bisa geleng-geleng kepala sambil menghela nafas.
"Tara bilang, dia masih ingin nambah pengalaman saja."
"Tara!! Anak itu bener-benar ya! Lebih baik dia bekerja di perusahaan orang lain daripada memimpin perusahaannya sendiri," geram pak Mulia.
Ya, Pak Mulia dan Bu Arini adalah orang tua dari Tara dan merupakan seorang Konglomerat yang cukup berpengaruh di Kota A.
Banyak yang masih penasaran akan sosok putra tunggal mereka. Namun, tidak ada yang tahu seperti apa wajahnya.
Tara sengaja menyembunyikan semua informasi dan identitasnya supaya tidak ada yang tau siapa dirinya yang sebenarnya.
Tok ... tok ... Tok..
Lagi-lagi pintu ruangan Daniel kembali diketuk seseorang.
Tumben? Tidak seperti biasanya aku kedatangan tamu hari ini.
"Sebentar ya, Tuan, Nyonya. Saya buka pintunya dulu," izin Daniel lalu bangkit dari tempat duduknya.
Daniel menghampiri pintu lalu membukanya, saat tahu siapa yang datang, Daniel langsung menyeringai menatapnya.
Akhirnya ...
"Kebetulan sekali kamu sudah datang. Masuklah ada yang ingin bertemu denganmu," kata Daniel dengan seringai penuh arti.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Dehan
gak adil untuk el
2022-08-01
2
Senajudifa
kupikir tara itu wanita
2022-07-27
1