Daniel masih menatap Tara di ambang pintu itu dengan menyeringai lalu mempersilahkannya masuk.
"Kamu kenapa sih, senyum-senyum begitu? Apa kamu baru saja menang lotre?" kelakar Tara dan belum menyadari jika orang tuanya ada di ruangan itu.
Saat akan melangkah, Tara kaget melihat kedua orang tuanya yang sudah menatapnya dengan tatapan tajam
Ia langsung mengusap tengkuknya sambil cengengesan .
"Apa kamu akan terus berdiri di situ, hmm?'' tanya Bu Arini.
"Mo-momy, sudah lama ya,'' tanya Tara terbata melihat tatapan tajam sang momy.
Habislah kamu Tara.
Daniel masih menyeringai. Sedangkan Tara, ia merasa nyalinya langsung menciut jika sudah berhadapan dengan Momy Arini.
"Kemarilah, Nak," panggil Pak Mulia sambil menepuk sofa di sampingnya.
Mau tidak mau, Tara menuruti perintah papanya.
"Tumben ... ada urusan apa Papa dan Momy ke kantor?" tanya Tara sesaat setelah duduk di samping sang papa.
Mommy Arini langsung menarik telinganya karena geram dengan sifat tengil putranya itu.
"Kamu ngomong apa barusan? Apalagi jika ingin memastikan kamu sudah ada di ruangan kerjamu," geram momy Arini sambil menarik telinganya.
"Aww, Mo-momy sakit ... sakit ... ampun my," rengek Tara mengaduh kesakitan.
Daniel dan Pak Mulia, hanya tertawa melihat Momy Arini yang terlihat geram saat menarik telinga Tara.
Setelah merasa puas baru lah momy Arini melepas tangannya dari telinga Tara.
Tara mengusap telinganya yang terasa panas dan terlihat memerah.
"Jadi, kapan kamu mau bekerja di perusahaan? Kasian Daniel kamu repotkan," kata Pak Mulia sambil menepuk paha putranya.
"Berikan aku waktu, Pah. Honestly, aku belum siap," akunya. "Saat ini aku lebih fokus dengan bisnis barku. Papa tahu kan, jika keuntungannya lebih besar di situ."
"Lalu apa bedanya dengan perusahaan ini, hmm? Selalu saja banyak alasan.Papa jadi heran sama kamu," keluh pak mulia.
"Aku hanya ingin nambah-nambah pengalaman saja, Pah,'' kata Tara dengan santai lalu menghisap rokoknya.
Lagi-lagi Pak Mulia dan Bu Arini hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Jika Tara sudah berkata demikian. Itu sama saja berbicara dengan tembok.
"Ya sudah, papa dan momy tidak akan memaksamu. Papa percaya padamu. Kalau begitu, papa dan momy pulang dulu," pamit pak Mulia lalu memeluk putra semata wayangnya itu.
Setelah kedua orang tuanya keluar dari ruangan Daniel. Tara langsung menoyor kepala asistennya itu.
"Kamu gimana sih, Dan. Kenapa nggak menghubungi ku, jika papa dan momy mau ke sini? See ... telingaku jadi sasaran momy!" Kesal Tara lalu kembali mengusap telinganya.
Lagi-lagi Daniel hanya bisa tertawa melihat kekesalan bossnya itu.
Sedetik kemudian ia menyandarkan kepalanya di sandaran sofa lalu memejamkan matanya.
"Aku kangen banget padanya," desisnya dengan hela nafas.
"Maksudmu El,Tara?'' tanya Daniel.
"Hmm ... sudah lama aku nggak menjenguknya. Seandainya saja dia mau menerima tawaran bantuan dariku saat itu, aku sudah membawanya pergi meninggalkan kota ini," desis Tara lagi.
"Tara? Apa kamu mencintainya?'' tanya Daniel.
"Entahlah Daniel. Jujur saja, aku juga bingung dengan perasaanku," akunya. "Setiap kali aku menatap matanya, jantungku langsung berdebar," akunya lagi.
Entah mengapa, setiap kali melihat El menangis, Tara seperti ikut merasakan sakit di hatinya.
"Semenjak El nggak bekerja di Bronze, sepertinya suasana club juga ikut berubah. Nico, Hamdan Siska, Varo sang DJ seperti kurang bersemangat. Belum lagi member yang sering bertanya keberadaan gadis itu," lirih Tara.
Daniel hanya diam menatap wajah tampan Sang CEO Perusahaan B.A.M itu.
Padahal, Tara memiliki kemampuan yang mumpuni juga kecerdasan di atas rata-rata.
Namun entah apa sebenarnya yang masih mengganjal di di hatinya, sehingga ia belum mau memimpin perusahaannya sendiri. Bahkan masih enggan menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya.
"Daniel."
"Hmm."
"Aku mohon data dan informasi tentang El, jangan sampai bocor sekalipun Kai meminta bantuan darimu. Berpura-pura nggak tahu saja. Sekaligus jelaskan jika kamu juga nggak bisa membuka aksesnya," pesan Tara mengingatkan.
"Baiklah."
"Aku nggak mau Kai semakin menyakitinya. Lebih-lebih lagi jika ia tahu jika El sudah tidak punya siapa-siapa," pesan Tara lagi. Seketika setetes air matanya ikut lolos .
"Jika aku mau, aku bisa saja menghancurkan, Kai.Tapi aku tidak selicik dan sepicik dirinya yang seenaknya menggunakan pengaruh dan kekuasaannya, hanya demi kepentingan dan kepuasan dirinya sendiri," pungkas Tara.
Sejenak ia menghela nafasnya sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Ada saatnya aku akan memintamu untuk membuka kembali semua akses dan informasi tentang El, maka lakukanlah seperti perintahku. Kamu mengerti kan, Daniel."
Daniel hanya mengangguk takjim.
"Aku juga heran dengan Kai, setelah ia membuat El mendekam di penjara, dia masih saja mengawasi gadis itu. Tapi aku nggak akan tinggal diam jika dia sampai menyakitinya. Walaupun Kai sahabatku. Salah satu alasanku jarang menjenguk El, karena Kai sering ke lapas memantaunya,'' jelas Tara dan sedikit geram.
"Nggak usah khawatir, Tara. El, baik-baik saja. Kamu tahu sendiri, El bukanlah wanita lemah," sahut Daniel.
"Ya kamu benar, Daniel. Syukurnya ada tante Karin. Dialah orang yang paling care terhadapnya," lirih Tara.
"Setelah El bebas nantinya, kita akan terus mendukungnya. Agar dia nggak merasa sendiri melainkan ada kita yang selalu memberi support," timpal Daniel.
"Ya itu sudah pasti," kata tara. "Sebaiknya aku ke ruanganku sebentar," pamit Tara lalu beranjak dari tempat duduknya.
Sesaat setelah berada di ruangannya,Tara berdiri di depan jendela besar lalu menatap gedung-gedung tinggi lewat dinding kaca ruangannya.
Pikirannya terus melayang memikirkan El. Gadis yang tangguh, tidak mudah ditindas, humble dan supel.
"El, aku berjanji, aku nggak akan pernah membiarkanmu disakiti oleh siapapu termasuk Kai meskipun ia sahabatku. Jika sedikit saja mereka menyakitimu, maka aku tidak tinggal diam bahkan tak akan segan-segan membalasnya. Entah mengapa naluriku selalu ingin melindungimu.
"El, percayalah jika kamu itu nggak sendiri. Ada aku, Daniel dan tante Karin yang selalu bersamamu," gumam Tara lalu memejamkan matanya sejenak selama beberapa detik.
Pikirannya terus larut bahkan ia tampak masih saja betah berdiri di depan dinding kacabesar itu sambil memikirkan El.
Entah seperti apa perasaan yang Tara miliki pada gadis itu. Apakah itu hanya perasaannya sebagai SAHABAT ataukah CINTA. Who knows?
How about Kai? Apakah perasaannya terhadap El, benar-benar BENCI, DENDAM atau CINTA?
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
nobita
menurut ku Kay.. pria yg arogan... sedangkan El jodohin aja sama Tara thor...
2023-07-31
0
nadin putri
jangan b Inggris dong ga mudeng
2022-12-04
1
rusidah siti
siapa ya kira-kira yg jadi pasangan kedua? moga Vina sama Daniel. aku ship mereka deh
2022-09-30
0