Tak terasa sudah satu tahun lebih El menjadi warga binaan di lapas itu. Namun ia tetap sabar dan tetap menjalani kehidupan sehari-harinya sebagai napi.
Hari ini, merupakan hari minggu, banyak keluarga dari para warga binaan Lapas yang dijenguk oleh keluarganya termasuk Vira.
El hanya bisa menghela nafasnya, memilih melangkah perlahan sambil sesekali menghitung langkah kakinya lalu tersenyum kecil.
Langkahnya terhenti tepat di kebun bunga yang ia tanam dan ia rawat bersama temannya yang lain. El tersenyum melihat bunga-bunga itu yang terlihat subur dan sudah bisa dijual.
Seperti itulah cara mereka menghasilkan uang, dengan bermacam kreatifitas yang diarahkan kepada mereka.
El mengeluarkan rokoknya dari dalam saku celananya. Membakar lalu menyesapnya sambil memperhatikan bunga-bunga di kebun itu.
Setelah menghabiskan sebatang rokok, ia mengambil semprotan air untuk menyemprot bunga-bunga itu supaya terlihat segar. Senyumnya terus terukir di wajah cantiknya.
El tidak menyadari dari kejauhan ada sosok Kai yang terus memperhatikannya dan terlihat mengulas senyum menatap senyum gadis itu.
Saat sedang asik menyemprot bunga-bunga itu. Seseorang memanggil namanya.
El mengerutkan keningnya karena ia sangat mengenal dan merindukan sang pemilik suara berat itu.
"Tara,'' lirihnya dan langsung berbalik.
Tara menghampirinya sambil tersenyum dan merentangkan kedua tangannya mengisyaratkan jika ia ingin memeluknya.
El langsung meletakkan semprotan bunga di tempat semula dan langsung memeluk Tara sambil menangis.
Betapa gadis itu sangat merindukan sosok pria itu yang sudah sebulan terakhir tidak datang menjenguknya.
Lagi dan lagi, Tara merasakan begitu eratnya gadis itu memeluknya. Menangis menumpahkan segala kegalauan keresahan dan beban yang ada di hatinya.
"Ke mana saja kamu sebulan ini? Kenapa baru menjengukku?" cecarnya di sela-sela tangisannya.
Tara hanya diam dan mengelus punggungnya lalu mengecup puncak kepalanya.
"Maafkan aku, El. Belakangan ini aku sangat sibuk. Bukan hanya kamu tapi aku juga sangat merindukan dirimu," bisik Tara semakin mengeratkan pelukannya.
Tak ada Jawaban dari El melainkan hanya suara lirih tangisannya yang terdengar.
"Menangis lah, jika kamu ingin menangis. Tumpahkan lah semua air matamu, jangan di tahan, karena itu akan terasa sakit,'' bisik Tara lalu meletakkan dagunya di puncak kepalanya.
Setelah puas menangis, El menatap wajah pria yang begitu perhatian dan sudah banyak membantunya. Terlihat jelas jika Tara begitu menyayanginya
"Sudah? Jangan menangis terus, nanti kamu kelihatan jelek," ejek Tara lalu mengusap sisa air mata El lalu mengecup keningnya.
"Ayo kita ngobrol di dalam ruangan saja," ajak Tara lalu menggenggam jemarinya.
El hanya mengangguk menurut patuh.
Kai yang masih berada di tempat, langsung mengepalkan kedua tangannya. Entah mengapa hatinya cukup panas melihat El begitu dekat dengan Tara, bahkan tanpa rasa canggung dan tak menolak saat Tara memeluknya.
Kai bertanya-tanya pada dirinya sendiri, ada hubungan apa Tara dan El? Sehingga mereka terlihat cukup dekat dan tidak terlihat canggung.
"Tara? Apa dia sering ke sini ya? Tapi tidak mungkin karena setiap hari saat aku tinggalkan kantor, dia tidak pernah meninggalkan kantor malahan dia yang menghandle semua pekerjaanku."
"Sudah setahun lebih, tapi kenapa aku nggak bisa mendapatkan data dan informasi tentang gadis angkuh itu?'' gumam Kai.
"Bahkan Daniel yang andal di bidang itu juga nggak bisa membuka aksesnya data gadis itu. Sepertinya ada yang sengaja mengunci data itu. Tapi siapa?"
Kai tampak berpikir dan kembali terbayang wajah gadis itu ketika ia menangis. Untuk yang pertama kalinya ia melihat gadis itu menangis.
Sementara itu, Tara membawa El ke satu ruangan khusus yang sudah ia siapkan untuk mereka.
"El, aku punya kejutan untukmu dan aku yakin kamu pasti menyukainya," kata Tara masih sambil menggenggam jemarinya.
"Benarkah?' Apa itu?" tanya El sedikit penasaran.
"Kamu akan tahu nanti," jawab Tara.
Setelah keduanya sampai di satu ruangan yang di maksud oleh Tara, El tidak bisa menahan air matanya.
Ya, Tara mengajak teman-teman sekaligus partner kerja gadis itu yang bekerja bersamanya di Bronze Bar.
Hamdan, Nico, Siska dan Varo yang sudah menunggunya di ruangan tersebut. El langsung menghampiri partnernya itu lalu memeluk mereka satu persatu.
"El, kami sangat merindukan mu. So ... ucapanmu saat saat itu, apa ini yang kamu maksud?" tanya Nico sambil memeluknya.
El hanya mengangguk sambil menepuk punggung Nico.
"Maafkan aku, percayalah setelah aku bebas kita akan kembali menjadi partner kerja lagi. Walaupun tanpa aku, kalian harus semangat,'' ucap El.
"El, siapa yang sudah membuatmu mendekam di tempat ini?'' tanya Siska.
El hanya tersenyum lalu menggenggam jemari Siska.
"Pria yang menjadi bed partnermu malam itu, Sis,'' jawab El sambil terkekeh.
Siska langsung membelalakkan matanya.
"Apa?!! Beneran? Tapi kenapa?" tanya Siska merasa penasaran.
"Seperti biasa, aku menolak dan kamu yang menjadi penggantinya. Tapi ya sudahlah, lupakan saja. Soalnya semua sudah terjadi, nyatanya aku sekarang ada di hotel prodeo ini,'' tutur El sambil terkekeh.
Mereka hanya geleng-geleng kepala melihatnya terkekeh termasuk Tara.
"El."
"Hmm."
"Kelihatannya, kamu nggak masalah ya, berada di tempat seperti ini?'' tanya Hamdan.
"Hmmm ... karena aku sudah terbiasa. So ... bagiku nggak masalah bagiku. Di mana pun itu, aku bisa beradaptasi dengan tempat dan keadaan. Jadi nggak perlu khawatir," jelas El.
"Varo, bagaimana denganmu?" tanya El.
"Nggak ada kamu nggak asik El. Dua tahun, bagiku itu cukup lama," jawab Varo.
"Ya, mau bagaimana lagi Varo, kenyataannya seperti itu lah. Tapi aku sudah ikhlas,'' kata El.
"Sebaiknya kita makan dulu, dari tadi kita hanya mengobrol. Masa makanannya di anggurin dan hanya jadi pajangan,'' celetuk Hamdan.
Dua puluh menit kemudian setelah selesai makan bersama, mereka tampak bersantai sejenak sambil lanjut mengobrol.
Tara yang duduk di samping El, sesekali mengacak rambutnya.
"Tara, kenapa kamu nggak sekalian mengajak tante Karin dan Daniel?'' tanya El.
Tara hanya menggelengkan kepala lalu mengelus jemarinya.
"Karena hari ini aku dan mereka ingin meluangkan waktu kita bersama. Apalagi ini kali pertama mereka menjengukmu. Mereka sudah tahu jika kamu ada di lapas ini. So, kapan-kapan jika mereka ingin ke sini tidak masalah," jelas Tara.
"Terima kasih, Tara. Kamu sudah banyak membantuku. Bagaimana caranya aku membalasmu nanti,'' ucap El.
"El, kami duluan ya, kapan-kapan kami akan menjengukmu lagi. Yang sabar ya, El. Kami percaya kamu wanita kuat," ucap Hamdan mewakili teman-temannya.
El memeluk mereka satu persatu sebelum meninggalkannya. Hingga tersisa dirinya dan Tara.
"El, rasanya jika sudah seperti ini, rasanya berat ingin meninggalkanmu,'' aku Tara sambil menatapnya.
"Nggak apa-apa Tara. Kamu datang menjengukku saja, sudah cukup membuatku senang," sahut El.
"Mendekatlah ... aku ingin memelukmu,'' pinta Tara lalu menariknya masuk ke dalam pelukannya.
"Tara,'' bisik El dengan suara tercekat.
"Please ... no tears, El. Please,'' bisik Tara sambil mengecup lama puncak kepalanya.
Setelah melepas pelukannya, El mengelus rahang tegas pria itu lalu melepasnya.
"El, aku pamit ya,'' izin Tara.
Mau tidak mau El hanya mengangguk dengan perasaan sedih.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
karenina
gak suka sifat kay nya..
2023-01-25
0
Jans🍒
ell🥰
2022-10-15
0
Dehan
untung ada tara yg sering datang mengunjungi el..
kasihan el
2022-08-07
0