Baru saja Tara meninggalkan El. Suara-suara sumbang dan bisik-bisik tetangga mulai menyapa gendang telinganya.
"Wow ... lihatlah siapa ini? El, si wanita ja*lang. Entah sudah berapa banyak laki-laki yang sudah menjamah tubuhnya," sindir Viona tetangga El yang selalu iri pada gadis itu. "Aku yakin, dia baru saja selesai menjajahkan tubuhnya pada pria tadi."
El hanya tersenyum sinis seolah mengejek mendengar sindiran Viona. Dengan santainya ia menghampiri Viona lalu menatapnya dengan tatapan tajam.
"Jika aku wanita ja*lang lalu pantasnya di sebut apa dirimu? Wanita yang sudah bersuami tapi doyan main dengan laki-laki lain, hmm," bisik El di telinga Viona.
El menjeda kalimatnya lalu menarik nafasnya dalam-dalam.
"Jika aku mau, aku bisa saja memberitahu suamimu. Tapi aku nggak melakukannya. Karena nggak ada manfaatnya bagiku," sambung El.
Dengan susah payah Viona menelan salivanya. Nyalinya langsung menciut mendengar ucapan dan tatapan mata gadis itu.
"Lihat saja nanti, warga di sini akan mengusirmu dari kompleks ini," ancam Viona.
Lagi-lagi El tersenyum sinis tanpa mengalihkan tatapan tajamnya pada Viona.
"Silahkan saja. Dalam kamus El, aku nggak takut pada siapapun kecuali Tuhan. Sampai di sini kamu pahamkan?" balas El.
Melihat El yang seolah-olah tidak punya rasa takut, Viona mengangkat tangannya ingin menampar gadis itu. Namun dengan cepat, ia menangkap tangan Viona lalu memelintirnya.
"Aaaakhhh," pekik Viona kesakitan.
"Jangan pernah menyakitimu fisikku dengan tanganmu ini!! Sejak kecil, orang tuaku nggak pernah menyakitiku apalagi menamparku!" bentak El dengan perasaan geram lalu mendorong Viona hingga terjatuh.
Setelah itu, El kembali masuk ke rumahnya lalu mengunci pintu.
"Cih ... menjijikkan," decih El dengan perasaan dongkol.
Ia langsung menapaki anak tangga menuju kamarnya. Sesaat setelah duduk di sisi ranjang El tampak berpikir dan berencana akan menjual rumah peninggalan orang tuanya itu setelah lulus kuliah.
"Sebaiknya, aku jalan-jalan ke Mall saja, bosan banget dirumah."
Beberapa menit kemudian setelah mengganti pakaiannya, ia kembali ke lantai satu lalu menuju ke arah motornya besar kesayangannya diparkir.
Lagi-lagi suara sumbang kembali terdengar di telinganya. Seolah tak mau ambil pusing, ia hanya menulikan telinganya.
Saking geramnya, El sengaja memainkan gas motornya hingga ia merasa puas. Setelah itu ia pun mulai memacu motornya meninggalkan kediamannya.
Saat berada di lampu merah, seketika ia teringat kejadian kemarin pagi. Entah mengapa, ia merasa perasaannya langsung tidak enak.
Sepertinya dia bukan orang sembarangan, terlihat banget dari mobil dan outfit yang ia kenakan semuanya serba mahal.
El mengusap tengkuknya. Setelah itu, ia kembali melajukan motornya.
Setelah memacu motornya selama kurang lebih tiga puluh menit, akhirnya ia tiba juga di salah satu pusat perbelanjaan favoritnya dan Lois.
Tidak ada yang ingin ia beli, melainkan hanya ingin menghibur dirinya karena merasa bosan.
Ia terus menyusuri tempat itu hingga langkahnya terhenti di tempat bermain anak-anak.
.
.
.
Hotel bintang lima Kota A ...
Kai, Tara, dan wakil dari B.A.M sejak tadi masih bernegosiasi untuk melakukan kesepakatan.
Perusahaan B.A.M. yang bergerak di bidang IT, merupakan perusahaan yang cukup terkenal sehingga Kai ingin menjalin kerjasama.
Tidak ada yang tau siapa sosok CEO dari perusahaan tersebut, karena indentitasnya sulit dilacak. Jika pun ada pertemuan bisnis, hanya sang asisten yang sering mewakili.
Bukan tanpa alasan, Daniel sebagai asisten dari CEO tersebut selalu di andalkan karena sangat kompeten.
"Jadi ... bagaimana Daniel? Apa kita bisa menjalin kerjasama?" tanya Kai yang sudah mulai kesal, karena sejak tadi Daniel terus saja mempersulitnya.
Ting....
Suara satu notifikasi pesan seketika mengalihkan pandangan Daniel dari berkas yang ia baca. Setelah melihat isi pesan, Daniel tersenyum tipis lalu menatap Kai dan Tara.
"Baiklah ... perusahaan kami mau menjalin kerjasama dengan perusahaan Anda," jawab Daniel lalu menandatangani berkas penting itu.
"Thanks, Daniel," ucap Kai.
"Sama-sama, Pak."
"Jangan panggil Pak, Kai saja," balas Kai dengan seulas senyum.
Daniel hanya mengangguk lalu beranjak dari tempat duduknya. Setelah berpamitan ia pun meninggalkan tempat itu.
Sepeninggal Daniel, Kai melirik Tara yang duduk di sampingnya.
"Tara, aku penasaran siapa sebenarnya CEO di perusahaan B.A.M itu," tanya Kai lalu meneguk kopinya.
Tara hanya mengangkat bahunya dan terlihat cuek.
.
.
.
Mall kota A ...
Sejak tadi, El masih betah duduk dan memperhatikan anak-anak yang sedang bermain di tempat permainan itu. Senyumnya terus mengembang memperhatikan gelagat lucu mereka.
Ia merasa anak-anak itu sangat beruntung karena masih memiliki orang tua.
Saat sedang asik memperhatikan, anak-anak itu bermain, seseorang tiba-tiba saja menegurnya.
"El, sedang apa kamu di sini?"
Merasa seperti mengenal suara itu, ia pun menoleh membalikkan badan menghadap ke arah sumber suara.
"Kak Erwin," lirihnya lalu menghampiri dan memeluknya.
"Sedang apa kamu di sini?" tanya Erwin lagi sembari mengelus punggungnya. "Apa kamu nggak kuliah?'' Erwin kembali bertanya.
Erwin, pria yang sudah ia anggap sebagai kakaknya. Mereka terpaksa berpisah karena pria itu dan keluarganya pindah ke kota lain.
"Nggak soalnya hari ini aku libur," jawab El. "Kak Erwin, aku merindukan kakak, kenapa kakak sudah nggak pernah ke rumah lagi setela?" tanya El.
Erwin tak menjawab melainkan mengeratkan pelukannya dan terus mengelus punggung gadis itu.
Seorang wanita yang sejak tadi memperhatikan keduanya saling berpelukan, seketika di bakar api cemburu. Dengan perasaan geram ia menghampiri El dan Erwin.
"Sayang! Kamu apa-apaan sih sama dia!" bentaknya lalu memisahkan El dan Erwin.
Sontak saja ulah wanita itu membuat El dan Erwin kaget.
"Sayang, kamu jangan salah paham dulu. Ini nggak seperti yang kamu pikirkan," jelas Erwin. "Kenalin, ini El teman sekaligus tetangga lamaku di kota ini, dia sudah aku anggap seperti adikku sendiri," jelas Erwin lagi.
El tersenyum lalu mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Tapi orang yang ingin di salamnya malah menolak.
"Kak, sepertinya aku sudah menganggu quallity time kalian. Kalau begitu aku permisi," pamit El dengan perasaan sedih. Padahal banyak hal yang ingin ia share bersama pria itu.
Erwin hanya mengangguk namun merasa geram dengan sikap istrinya itu.
"Sayang, kamu apa-apaan?!" kesal Erwin.
"Apa-apaan gimana maksudmu?! Aku nggak suka saja sama dia, genit. Terus peluk-peluk kamu, pokoknya aku nggak suka," balas Mila.
Erwin hanya bisa menghela nafasnya dengan kasar sekaligus geram.
Sementara El yang kini sudah menjauh merasa miris karena lagi-lagi ia mendapat perlakuan yang tidak bersahabat. Ia terus berjalan sambil melamun.
Buuukkkk .....
"Aww, keningku," desis El lalu mengusap keningnya kemudian mendongak.
"Maaf," sesal seorang pria.
"Nggak apa-apa," desis El.
Setelah itu, ia kembali melanjutkan langkahnya dan menuju tempat parkiran.
Sedangkan pria tadi terus menatapnya lalu tersenyum.
Ada hubungan apa Tara dengan gadis itu? Sepertinya dia gadis baik-baik.
Daniel kembali melangkahkan kakinya. Namun tetap saja ia masih penasaran dengan sosok El.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
fima12
bos nya Daniel Tara kan?
2022-11-21
2
Dehan
sudah aku favoritin ya..
semangat terus berkarya 💪💪
2022-07-20
1