setelah memutuskan panggilan telfon, senyum Daniel terus saja terbit wajahnya. Namun muncul pertanyaan di benaknya, kenapa El bisa ada di rumah sakit.
"Perasaan tadi pagi, El baik-baik saja. Tapi kenapa bisa sekarang dia ada dirumah sakit?" ucapnya pelan.
Daniel menghampiri wardrobe nya lalu mengambil pakaiannya. Setelah selesai berpakaian ia pun, keluar dari unit apartemennya yang hanya berjarak dua lantai di bawah unit apartemen milik Tara.
Begitu sampai di parkiran, Daniel lebih memilih motor daripada menggunakan mobil. Saat dalam perjalanan, Daniel sempat mampir di salah satu restoran cepat saji untuk membelikan El makanan favoritnya.
Tidak butuh waktu yang lama untuk sampai di rumah sakit tempat El dirawat. Karena jalanan belum terlalu macet.
Dengan langkah panjangnya, Daniel menaiki tangga menuju kamar tempat El di rawat. sesampainya ia di depan pintu, Daniel mengetuk pintu dan membukanya.
"Selamat malam, El," sapa Daniel.
Namun El hanya diam dan tampak termenung di depan jendela.
Daniel hanya mengerutkan alisnya dan meletakkan pizza yang dibawanya di atas meja sofa.
Bukanya El tidak ingin menjawab sapaan Daniel, namun ia larut dengan pikirannya. El baru tersadar saat Daniel menyentuh pundaknya.
"El, ada apa? Kenapa kamu melamun," tanya Daniel sambil memegang pundak El.
Sontak saja ulah Daniel membuat El kaget dan langsung menoleh.
"Daniel? Sejak kapan kamu di situ?"
"Baru saja, El. Apa kamu tidak mendengar, tadi aku mengetuk pintu dan menyapamu?"
El menggelengkan kepalanya.
"Ada apa, hmm? Kenapa kamu melamun?" tanya Daniel lalu menangkup wajah El.
El hanya diam menatap Daniel. Buliran bening lolos begitu saja dari kelopak matanya.
"Jangan menangis, El," bisik Daniel lalu menghapus sir mata El.
El langsung memeluk Daniel dan terisak di dadanya. Daniel hanya membiarkan El memeluk dan menangis di dadanya sepuasnya.
"Aku hanya berpikir, kenapa nasibku miris seperti ini, Daniel. Sejak kecil aku sudah nggak punya siapa-siapa. Aku di adopsi oleh Mama dan Papa angkatku. Namun takdir seolah mempermainkan ku. Mereka juga pergi meninggalkanku. Dan sekarang hidupku bahkan lebih miris lagi karena banyak yang nggak menyukaiku. Mereka seolah-olah membenciku, padahal sedikitpun aku nggak pernah mengusik kehidupan mereka. Apa salahku, Daniel?" El mulai terisak.
Daniel hanya diam dan terus mengelus punggungnya. Ia hanya bisa menjadi pendengar keluh kesah serta ungkapan kesedihan hati El.
Lama El terisak di dadanya, hingga akhirnya ia melepaskan pelukannya.
"Sudah nangisnya? Tuh kan, bajuku basah, mana kena ingus lagi. Lihat hidungmu, penuh ingus. Eeewww," kata Daniel dengan nada bercanda.
El langsung memegang hidung lalu baju Daniel. Merasa Daniel sedang mengerjainya, ia langsung memukul pelan dadanya sambil terkekeh.
"Danieeel, kamu kerjain aku ya?!" kesalnya.
Daniel hanya terkekeh lalu mengacak rambut El.
"Sudah, jangan sedih lagi, nggak baik jika kamu bersedih terus, anggap saja orang yang membenci dan nggak suka padamu seperti angin lalu," tutur Daniel lalu mengelus pipi El.
"Sebelum ke sini, aku mampir beliin kamu pizza. Ayo aku temenin kamu makan."
El kembali tersenyum mendengar ucapan Daniel.
Daniel pun, menghampiri meja tempat ia meletakkan pizza yang dibawanya tadi lalu membukanya.
"El kemarilah," pinta Daniel sambil menepuk sofa yang ada di sebelahnya.
El hanya menurut dan ikut mendudukkan dirinya di samping Daniel. Sambil makan, mereka saling ngobrol.
"El, kenapa bisa kamu harus dirawat di sini ? Apa ada masalah dengan kesehatanmu? Padahal tadi pagi kamu baik-baik saja," kata Daniel.
El pun menceritakan semuanya pada Daniel. Lagi-lagi Daniel merasa sangat prihatin dan iba kepada gadis malang itu.
"Besok aku akan di jemput kembali ke hotel prodeo itu," kata El sambil menghela nafasnya.
"Bersabarlah lah, El. Aku,Tara dan tante Karin selalu ada untukmu. Jangan bersedih ya." Daniel menghibur El.
Keduanya kembali melanjutkan makan mereka dan saling tukar-tukar pikiran. Sesekali Daniel menjahili El. Ada rasa yang sulit diungkapkan oleh Daniel. Namun ia sangat nyaman ketika bersama dengannya.
"El, ini sudah larut, tidurlah." perintahnya. Ia menemani El yang sudah berada di bed pasien.
El hanya mengangguk lalu berbaring miring dan menggenggam tangan Daniel hingga ia terlelap.
Setelah memastikan El sudah tidur. Ia mengelus kepala gadis itu lalu duduk di kursi yang ada di samping bed.
"Calm down Daniel. El wanita yang kuat. Dia pasti bisa melewati masa sulitnya," lirih Daniel dan terus menatap wajah El.
Entah mengapa, ia juga ingin melindungi El. Daniel bisa merasakan, El juga sosok yang rapuh, walau dia terlihat kuat.
.
.
.
Sementara itu, Tara dan Kai terlihat duduk di kursi bartender yang sama.
"Tara, ke mana saja kamu seharian ini? Apa kamu tahu? Clara sampai mencari keberadaanmu di kantor?"
"Ya aku tahu, tadi dia ke apartemenku dan bertanya."
"Lalu jawaban dan alasan apa yang kamu berikan?" sindir Kai dengan sinis.
"Sebenarnya apa masalahmu Kai? Sejak tadi pagi kamu terus bertanya sinis kepadaku." Tara balik bertanya dan sedikit terpancing emosi.
Kai hanya mengangkat bahunya lalu meneguk minumannya.
"Sorry, sepertinya aku ingin pindah ke bar lain saja," lanjutnya dan ingin meninggalkan Kai.
"Aku jadi curiga, jika kamu bertemu dengan EL tadi pagi. Iya kan," bisik Kai di telinga Tara dan sengaja mengeja dua huruf itu.
Tara mengepalkan kedua tangannya. "Jika iya, memang kenapa? Aku jadi curiga jika kamu sudah memprovokasi Clara. Aku kan sudah bilang, bersaing secara sehat, Bro," sindir Tara lalu menepuk pundak Kai.
Kai bergeming namun sedikit kesal dengan ucapan Tara.
Setelah itu, Tara langsung meninggalkan Kai.
Ia memilih pergi daripada harus berdebat dengan sahabatnya itu yang memiliki sifat egois.
Drttt ... drttt ... drttt ...
Ponselnya bergetar. Melihat kontak yang memanggil, Tara menghela nafasnya dengan kasar. Dengan malas, ia menjawab panggilan telfon dari Clara.
"Sayang, ada apa?"
"Sayang, aku nggak jadi menginap, aku harus packing malam ini, soalnya besok aku ada show di luar negeri."
"Secepat ini? Tapi kamu baru pulang kemarin, masa harus berangkat lagi?"
Tara berbasa basi, padahal dalam hatinya bersorak gembira.
"Iya, managerku mendadak menghubungi ku barusan. Nggak apa-apa kan, sayang?"
Seolah mendapat angin segar, Tara langsung tersenyum penuh arti.
"Iya sayang, nggak apa-apa. Kamu hati-hati ya. Jangan lupa nanti jika sudah di rumah, kirim foto kamu ya. Post yang hot biar aku selalu membayangkan mu."
Tara sengaja mengatakan hal seperti itu untuk membuat Clara bahagia. Tara juga ingin memastikan jika Clara tidak berbohong.
"Pasti sayangku, peluk cium untukmu, mmuaacchh ...."
Tut..tut..tut
"Huuufff ..... bagus lah. Jadi malam ini aku bisa menemani El," ucapnya pelan lalu tersenyum.
.
.
.
Setibanya di rumah sakit, dengan langkah perlahan, ia berjalan dan menaiki anak tangga satu persatu hingga ia sampai di depan pintu kamar El lalu membukanya.
Ia langsung disuguhkan pemandangan El dan Daniel yang sudah tertidur dengan tangan yang saling menggenggam, ada rasa cemburu di hatinya.
Perlahan tapi pasti, Tara menghampiri Daniel lalu menepuk punggungnya.
"Dan, Daniel, bangunlah."
Perlahan-lahan Daniel membuka matanya dan melepas genggaman tangannya dari El.
"Tara," lirihnya sambil mengusap matanya.
"Pulang lah, Daniel. Terima kasih sudah menemani El," ucapnya pelan.
"Kamu bilang Clara ....."
"Dia nggak jadi menginap," potong Tara dengan cepat.
Daniel hanya mengangguk lalu menoleh ke arah El. Setelah itu, ia mengambil jaketnya yang tergeletak di atas sofa. Berpamitan lalu meninggalkan kamar rawat itu.
Sepeninggal Daniel, Tara menutup pintu lalu menguncinya.
Ia menghampiri El yang sejak tadi sudah terlelap. Ia langsung mendaratkan kecupan di keningnya, mengelus pipi mulus wanita yang entah seperti apa status hubungan mereka berdua.
Jika El tidak memiliki perasaan apa-apa terhadap Tara dan menganggapnya hanya sebagai kakak, lalu bagaimana dengan Tara? Entahlah ......🤔
Karena merasa ada yang mengecup keningnya. El membuka matanya.
"Tara," lirihnya
Tara bergeming, namun menatap bibirnya yang begitu menggoda imannya. Perlahan tapi pasti, ia mengusap bibir El lalu ingin melu*matya, namun El menahan bibir Tara dengan dua jarinya.
"Jangan lakukan aku takut kamu akan kecanduan," bisik El dan langsung terkekeh melihat ekspresi wajah pria itu.
"Cih, kamu ini," decihnya melihat El terkekeh.
Hmm gagal deh ...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Dehan
Tanya sama author el.. knp kamu disiksa hahaha 😂
2022-08-15
0
Senajudifa
haduh
2022-08-15
0